Prolog

336 1 0
                                    

Happy Reading...

"Kepada jiwa yang telah tiada
berdamailah pada dirimu sendiri,
sebab dunia selalu menanti dirimu tuk kembali."

"Untuk Papa, Mama dari anakmu."

𖡼𖤣𖥧𖡼𓋼𖤣𖥧𓋼𓍊

Suara derit pintu timbul sebab engsel sudah berkarat

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Suara derit pintu timbul sebab engsel sudah berkarat. Aku bisa mencium aroma busuk dari udara yang pengap melalui hidungku. Dulu ini adalah ruangan kamar. Kamar ini terlihat sedikit gelap, hanya ada sumber cahaya dari ventilasi jendela dan lilin kecil. Kamar yang begitu kotor membuatku risih dan ragu untuk melangkah memasukinya. Terlihat hamparan debu yang sudah menempel di beberapa prabotan, dan juga sarang laba-laba yang bergelantungan. Lantai yang terlihat kotor sebab tumpahan cat lukis berwarna merah segar, serta gumpalan-gumpalan kertas yang sudah tak berguna berserakan dimana-mana.

Dengan remang-remang aku melihat banyak sekali buku yang tersusun dirak lemari. Pandanganku teralihkan ketika melihat buku yang unik tergeletak diatas meja. Melangkahkan kaki berjalan maju, mencoba meraih buku dan mengambilnya. Mengusap-usap covernya dengan pelan karena debu menutupinya. Buku ini sudah lusuh. Bersampul putih salju yang mulai menguning, dipojok kanan atasnya ditempeli stiker kupu-kupu, buku ini juga terlihat ada bekas darah merah.

Buku yang berisi perjalanan penulis mencari mentarinya. Buku yang menerjemahkan ricuhnya isi pikiran dan sesak dihatinya. Buku ini menjadi kenangan bagi penulisnya, buku ini mencoba mengobati penulisnya, meringankan beban dipikirannya, namun tinta merah selalu mengotori tanganya. Aku mulai membuka buku dan membacanya. Dilembar pertama terdapat sepotong kalimat yang tidak asing untukku.


"AKU ADALAH KORBAN YANG DIANGGAP SEBAGAI PELAKU"

Kini aku terduduk dan diam seperti patung yang bisu. Beberapa menit aku menatap kalimat itu, mencoba memahami maksud dari kalimat yang tertulis dibuku itu.

Buntu.

Aku tidak tahu maksud kalimat itu. Aku menutupnya, lalu menyimpannya di dalam sorogan meja kayu jati.

Kembali menyusuri kamar ini, mataku kini beralih fokus memandang foto yang ada dirak samping piala penghargaan. Aku mencoba mengingat kembali gadis kecil yang ada di foto. Rambut keriting seperti mie goreng membuat gadis kecil itu terlihat lucu, matanya yang sipit, berkulit putih terlihat bersih. Gadis kecil itu memakai baju kuning dan rok mini berwarna biru tua. Tak lupa sandal ungu, terdapat tempelan boneka berbentuk kepala Dora.

Ada hal janggal difoto itu, "Kenapa gadis kecil itu terlihat sedih? Air matanya terlihat begitu jelas. kenapa dia menangis?"

Siapa dia? Aku tidak ingat siapa gadis yang ada di foto itu. Tapi aku yakin aku pernah melihatnya. Apa dia pemilik kamar ini? mencoba mengabaikan foto. Aku melangkahkan kaki mendekati cermin yang ada di sebelah rak buku. Aku berdiri di depan cermin, lalu memperhatikan pantulan didepanku. Mata sipit itu. Bibir tipis itu. Bahkan rambut yang berantakan.

AMYGDALA Место, где живут истории. Откройте их для себя