“Yaudah, gue keliling dulu deh nyari hotel sekitaran sini.” Sahut Tara lesu, menutup ponselnya dan memasukannya kedalam saku jegging navynya. Dia pun berbalik meninggalkan meja resepsionis sambil membawa semua barangnya.

*****

“Kebetulan ibu Naomi juga tidak bisa datang hari ini, jadi jadwal kita aman hari ini.” Jelas Tim yang sekarang sedang duduk di samping supir pada Reza.

Reza hanya mengangguk sambil tetap memejamkan matanya. “Bagaimana dengan bungalo?”

“Kosong, jadi bisa langsung masuk.”

Reza kembali mengangguk sambil menahan senyuman. Entah kenapa dia benar-benar tidak sabar.

*****

Hotel ke lima dan lagi-lagi penuh. Hah! Seharusnya dulu dia booking sendiri hotelnya. Oh… harusnya dia ingat kalau Tio itu pelupa. Di musim liburan seperti sekarang, mendapatkan hotel di Bali dadakan seperti sekarang ini merupakan sebuah keajaiban!

“TARA!”

Tara berhenti berjalan dan mengerutkan keningnya sejenak. Ada yang memanggilnya? Tidak mungkin, siapa juga yang mengenalnya disini? Tara pun kembali melangkah dengan barang-barang bawaannya. Tinggal satu hotel terahir di ujung jalan harapannya.

“TARA!!”

Suara itu terdengar lagi. Tara pun akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh untuk memastikan apakah dia dipanggil. Dan memang benar itu adalah panggilan untuknya. Tapi sayangnya, laki-laki dengan celana pendek cokelat dan kaus putih bertuliskan ‘I’m cool and I know it’ berwarna emas yang sangat tidak ingin dilihatnya itu yang memanggilnya.

“Ngapain lo disini? Nguntit gue?” tanya Tara langsung tanpa basa-basi.

Reza menatap Tara tidak percaya. “Hey, bukan lo aja yang punya urusan di Bali.”

“Dari mana lo tau gue punya urusan di Bali? Lo pasti emang lagi nguntit gue kan?”

Reza mengendikan bahunya sambil mengikuti langkah Tara. “Pegawai lo yang bilang ke gue. Jadi, gue bukan nguntit elo.” Jawab Reza. Dia pun menyipitkan matanya menatap barang bawaan Tara. “Lo abis di usir dari hotel?”

Tara berhenti melangkah dan menoleh lalu menatap Reza galak. “Emangnya tampang gue pantes buat diusir dari hotel?!” gerutu Tara kesal sambil kembali melangkah. Dengan menghentak kesal.

Reza tertawa melihat tingkah Tara.

“Belom dapet hotel?” tebak Reza jitu.

Tara diam. Dan disimpulkan oleh Reza sebagai pembenaran. “Hotel itu juga pasti penuh,” sahut Reza saat Tara berbelok menuju hotel yang memang sudah menjadi tujuannya setelah di tolak hotel sebelumnya. “Bungalo gue kosong,” sahut Reza “Ehm maksud gue ada satu kamar kosong.” Ralatnya cepat.

Simple PastDonde viven las historias. Descúbrelo ahora