- 𝙁𝙖𝙧𝙚𝙬𝙚𝙡𝙡

37 7 5
                                    

Phawin adalah seorang mahasiswa jurusan seni rupa yang bercita-cita menjadi seorang pelukis terkenal. Ia memiliki bakat dan minat yang besar dalam hal melukis, terutama melukis wajah orang-orang yang kerap kali ia temui. Salah satu tempat favoritnya untuk melukis adalah pasar malam yang berlokasi di pinggiran kota dan hanya akan buka disetiap akhir pekan saja. Di sana, ia bisa menemui berbagai macam ekspresi dan emosi dari para pengunjung pasar, mulai dari senang, sedih, marah, takut, hingga bingung.

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Team yang bekerja sebagai penjual bunga di pasar malam itu. Team memiliki wajah yang tampan dan juga senyum yang manis, membuat Phawin tertarik untuk melukisnya. Ia pun mendekati Team dan meminta izin. Team awalnya ragu, tetapi setelah melihat kepolosan dan ketulusan Phawin, ia pun menyetujuinya.

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Team yang bekerja sebagai penjual bunga di pasar malam itu. Team memiliki wajah yang tampan dan juga senyum yang manis, membuat Phawin tertarik untuk melukisnya. Ia pun mendekati Team dan meminta izin. Team awalnya ragu, tetapi setelah melihat kepolosan dan ketulusan Phawin, ia pun menyetujuinya.

"Hai, aku Phawin. sebelumnya, aku minta maaf kalau tiba tiba mengganggumu seperti ini.. tapi, kamu sangat tampan. boleh tidak kalau aku melukismu disini?"

"Eh.. aku Team, tapi aku ini hanya penjual bunga loh. apa kamu yakin mau melukisku?"

"Tentu saja aku yakin, sungguh ya, aku bahkan sudah memperhatikanmu sedari tadi. Wajahmu ini sangat menarik, jadi aku ingin sekali bisa mengabadikan nya dalam lukisan ku. tolong izinkan aku yaaa"

"Okee oke, kalau kamu sebegitu ingin nya. Tapi.. jangan lama lama ya? Aku masih harus menjaga dagangan ku."

"Yeyy, Terimakasih banyak!! aku janji tidak akan lama. Kamu hanya perlu duduk diam dan tersenyum saja di sini."

"Baiklah, aku akan mencoba untuk tidak banyak bergerak."

"Hai, aku Phawin. sebelumnya, aku minta maaf kalau tiba tiba mengganggumu seperti ini.. tapi, kamu sangat tampan. boleh tidak kalau aku melukismu disini?"


"Eh.. aku Team, tapi aku ini hanya penjual bunga loh. apa kamu yakin mau melukisku?"

"Tentu saja aku yakin, sungguh ya, aku bahkan sudah memperhatikanmu sedari tadi. Wajahmu ini sangat menarik, jadi aku ingin sekali bisa mengabadikan nya dalam lukisan ku. tolong izinkan aku yaaa"

"Okee oke, kalau kamu sebegitu ingin nya. Tapi.. jangan lama lama ya? Aku masih harus menjaga dagangan ku."

"Yeyy, Terimakasih banyak!! aku janji tidak akan lama. Kamu hanya perlu duduk diam dan tersenyum saja di sini."

"Baiklah, aku akan mencoba untuk tidak banyak bergerak."

Phawin pun mulai melukis wajah Team dengan penuh konsentrasi dan perhatian. Ia merasakan ada sesuatu yang istimewa dari diri Team, sesuatu yang membuatnya ingin dapat lebih mengenalnya. Ia memperhatikan setiap detail dari wajah Team, dari bentuk alisnya, warna matanya, hingga senyumnya yang manis. Ia berusaha menangkap ekspresi Team yang ceria dan ramah, dan menuliskannya di atas kanvas dengan kuasnya. Sementara itu, Team juga merasakan hal yang sama. Ia merasa ada sesuatu yang menarik dari Phawin, sesuatu yang membuatnya nyaman berada dekat dengannya. Ia melihat bagaimana Phawin bekerja dengan serius dan teliti, dan merasa kagum dengan bakatnya. Ia juga menyukai cara Phawin tersenyum padanya sesekali, dan merasa hatinya berdebar.

Setelah selesai melukis, Phawin memberikan hasil lukisannya kepada Team dan memuji kecantikan wajahnya.

"Ini untukmu. Kamu sangat cantik, tahu?" Ujar Phawin sambil menyerahkan lukisan tersebut. Team merasa senang dan sedikit tersipu karenanya.

"Wow... ini sangat bagus sekali Win. Kamu benar-benar punya bakat melukis rupanya. Ini nampak mirip sekali dengan wajahku." Team mengagumi lukisan tersebut. Team juga memberikan bunga kepada Phawin sebagai tanda terima kasih.

"Ini untukmu juga. Terima kasih sudah melukisku"

Phawin pun menerima bunga tersebut dengan senang hati.

"Terima kasih. Bunganya sangat indah, seperti kamu," katanya sambil mencium bunga tersebut.

Mereka pun saling tersenyum dan bertatapan, merasakan adanya benih-benih cinta yang mulai tumbuh di antara mereka.

-----------

Sejak saat itu, mereka pun menjadi lebih akrab dan sering bertemu di pasar malam walau hanya buka sepekan sekali. Mereka saling bercerita tentang diri mereka, cita-cita mereka, hobi mereka, dan hal-hal lain yang membuat mereka semakin dekat. Mereka juga saling memberikan hadiah kecil, seperti bunga, permen, gelang, atau bunga. Mereka merasa bahagia bersama dan tidak menyadari bahwa perasaan mereka sudah berubah menjadi lebih dari sekedar teman.

"Team, apa cita-citamu?"

"Aku... aku ingin menjadi seorang dokter."

"Dokter? Wah... itu cita-cita yang mulia sekali. Terus kenapa kamu ingin menjadi dokter?"

"Karena... karena aku ingin membantu orang-orang yang sedang sakit. Aku ingin membuat mereka sembuh dan bahagia kembali."

"Kamu punya hati yang baik dan selalu peduli dengan orang lain yaa."

"Ah... tidak usah memuji aku begitu. Kamu juga punya cita-cita yang bagus. Kamu ingin menjadi pelukis terkenal kan?"

"Iya... Aku ingin menjadi pelukis terkenal. Aku ingin mengungkapkan perasaan dan pikiranku melalui sebuah lukisan yang membuat orang-orang terpesona dengan karyaku."

"Aku yakin kamu bisa mewujudkan cita-citamu itu Win. Kamu sudah punya bakat dan semangat yang luar biasa, hahaha."

"Terima kasih atas dukunganmu. Kamu membuatku lebih percaya diri."

Mereka pun tersenyum satu sama lain dengan penuh arti.

-----------

Suatu hari, ketika mereka sedang berjalan-jalan di pasar malam, tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya. Mereka berdua berlari mencari tempat untuk berteduh. Mereka menemukan sebuah tenda kosong yang terletak di sudut pasar dan berteduh dibawahnya. Di bawah tenda itu, mereka merasa lebih hangat dan dekat satu sama lain.

Disana terdapat sebuah bangku kayu panjang sedikit basah terkena rembesan air hujan, pasar malam yang sudah mulai sepi hanya tinggal menyisakan mereka berdua disudut itu. Mereka duduk berdampingan saling menatap, merasakan denyut jantung mereka semakin cepat dan napas mereka semakin pendek. Mereka merasa ada getaran aneh di antara mereka, sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Tanpa berkata apa-apa, Phawin mendekatkan wajahnya ke wajah Team dan mencium bibirnya dengan lembut. Team kaget namun juga tidak menolak. Ia membalas ciuman Phawin dengan penuh gairah. Mereka pun berciuman dengan mesra dan lupa akan segala hal di luar sana.


Namun..

Mereka tidak tahu bahwa itu adalah ciuman pertama dan terakhir bagi mereka.

Pada minggu berikutnya, ketika Phawin datang ke pasar malam untuk mencari Team, ia mendapati bahwa stand penjual bunga sudah tidak ada lagi. Ia pun bertanya kepada beberapa penjual lain tentang keberadaan Team. Namun, tidak ada yang tahu menahu atau bahkan sekedar mengenal Team. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat ada penjual bunga di pasar malam ini.

Phawin merasa bingung dan sedih. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia mencoba menghubungi nomor telepon yang Team berikan saat pertama bertemu, tetapi tidak ada jawaban. Ia merasa seolah-olah Team adalah orang yang tidak pernah ada.

Win pun menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada seseorang yang sangat misterius dan saat ini menghilang begitu saja.

Ia pun menangis tersedu meratapi nasibnya saat ini.

Phawin tidak tahu bahwa Team sebenarnya adalah roh seorang remaja rupawan yang terjebak di pasar malam karena meninggal dalam sebuah kecelakaan mesin ketika akan mengambil seikat bunga yang tersangkut di sana beberapa tahun yang lalu. Roh roh terdahulu disana seolah senang bahwa Team menjadi salah satu dari mereka, lalu mengutuknya sehingga ia tidak bisa meninggalkan pasar malam kecuali jika ada seseorang yang mencintai dan menciumnya dengan tulus ikhlas.

Ketika Phawin menciumnya malam itu, Team merasakan bahagia dan juga lega. Akhirnya ia bisa melepaskan diri dari belenggu pasar malam dan pergi dengan tenang.

Ia berharap Phawin bisa mengerti dan mau memaafkannya.
Ia juga berharap Phawin bisa menemukan cintanya yang nyata.

Win Team AUWhere stories live. Discover now