Prolog

8 1 0
                                    

Dear Reza,

Sebelum selembar surat ini lebih jauh membahas tentang perasaanku padamu, aku ingin berterima kasih padamu yang bersedia memberikanku kesempatan untuk dekat dan mengenali dirimu lebih jauh. Mengajakku masuk dalam duniamu, sebagai seseorang yang istimewa. Sekali lagi aku berterima kasih atas segala bahagia yang kurasakan bersamamu.

Pada rangkaian kata yang kutulis dengan perasaan ini, aku ingin menyampaikan sebuah permintaan. Aku meminta izin untuk berhenti mencintaimu, aku juga ingin pamit darimu. Maafkan jika ini menyinggung perasaanmu. Kuakui memang, kamu adalah orang yang begitu kuat memperjuangkan mimpimu. Kamu ceritakan semua tentang mimpimu yang ingin menjadi sastrawan sehebat Chairil Anwar, pemimpin besar seperti Soekarno, dan pengusaha
sesukses Nadiem Makarim. Semua mimpimu itu kudukung dan sering ku-aamiin-kan dalam doa-doa. Namun sekarang, kamu terlalu sibuk dengan duniamu, tak kutemui lagi dirimu yang penuh perhatian seperti pertama kali mendekatiku. Kamu tak pernah lagi menanyakan kabarku, walau hanya sekadar berbasa-basi. Kamu tak tahu betapa kecewanya aku saat kamu online, tapi tak mengirimkan pesan untukku. Kamu bagikan semua kegiatan di instastory-mu, tapi kamu tak pernah bercerita padaku. Kadang aku bertanya-tanya, kita ini mempertahankan hubungan atau menunda perpisahan. Awalnya aku bisa bersabar dengan sikapmu itu, tapi semakin hari, kamu semakin tidak peduli. Aku seperti leyap dalam hatimu.

Barangkali memang aku yang tak pernah ada lagi dalam rencana masa depanmu. Lantas aku memilih mundur, bukan karena sudah ada yang baru, tapi aku ingin hidupku lebih baik. Sebab terlalu menyedihkan jika waktuku hanya dihabiskan dengan berjuang sendiri. Sedangkan kamu masih bisa berbahagia di luar sana.

Sekali lagi aku meminta maaf. Maafkan jika selama kita bersama, aku menuntut banyak hal darimu. Mungkin inilah akhir dari kisah kita. Semoga kamu terus berbahagia dengan hidupmu. Terima kasih atas segala kenangan dan suka-duka yang kita lalui berdua. Terakhir dariku, aku pergi.

16 Agustus 20XX

Wila, kekasihmu yang pergi

***


Di sebuah kafe yang ditemani segelas kopi, aku kembali membuka surat dari seseorang yang begitu mencintaiku pada masanya. Sebuah pengantar yang membuatku kembali mengenang tentang masa bahagia dan luka dalam satu garis waktu. Masih bisa kubayangkan wajahnya yang meneduhkan mataku dan hangat peluknya saat aku dalam keresahan. Sambil mengetik kata demi kata bersama laptop Acer kesayanganku, kunikmati dingin angin yang berhembus di tubuhku. Gelap malam dan melodisnya iringan lagu, membuat ingatan-ingatan tentang perjalanan hidupku dari awal memasuki fase kehidupan baru hingga akhirnya menemukan Wila semakin kuat.

Indahnya jatuh cinta, langkah untuk bermimpi, pedihnya kekalahan, dan lika-liku kehidupan, semuanya akan kukenang kembali, sembari menunggu kedatangan seseorang yang sudah lama kunantikan, dia sedang dalam perjalanan jauh menuju ke kafe ini. []

Linimasaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें