18

3.3K 300 18
                                    

OLIVIA'S POV

Kalau saja bukan karena Bu Dira yang menyuruhku untuk menjadi pembawa acara di acara sekolah nanti. Aku tidak akan sudi berada di kafe ini. Bukan apa-apa bagiku, aku bahkan tidak memiliki masalah dengan pemilik kafe ini, apalagi setahuku tempat ini baru dibuka beberapa hari yang lalu.

Masalahnya adalah orang yang saat ini bersamaku disini, orang yang benar-benar tidak aku senangi. Setelah semua kejadian yang dia lakukan kepada Emerald dan Daniel, aku selalu muak ketika melihat wajahnya.

Aku tidak masalah apabila Bu Dira memintaku menjadi MC untuk acara sekolah, yang menjadi masalah untukku adalah orang yang menjadi pasanganku dalam membawa acara. Padahal dia bisa saja menunjuk siswa lain selain Ryan, yang memiliki track record lebih bagus.

Sampai sekarang aku masih tidak paham bagaimana bisa Ryan ditunjuk untuk menjadi pembawa acara bersamaku, padahal di sekolahku tidak kekurangan orang yang pintar.

"Liv, ini rundown acaranya dan ini orang-orang yang akan datang. Oh ya sorry kalau gue minta lo datang kesini, Bu Dira minta gue buat ngasih ini ke elo. Kalau gue gak kasih langsung hari ini, takutnya besok malah lupa"

Ryan memberikanku susunan acara untuk minggu depan dan sebuah paper bag yang berisi kebaya lengkap dengan aksesorisnya. Aku hanya mengambil barang yang diberikan Ryan tanpa melihat kearahnya.

"Mau gue pesenin makanan?" tanya Ryan padaku

"Gue udah pesen kok, thanks"

"Ok... kalau gitu mau latihan dulu?"

"Latihan?"

"Ya... kali aja lo gugup besok"

"It's okay, gue udah biasa kok. Lagian acara juga masih minggu depan, kalau emang mau latihan nanti di sekolah aja"

"Ok, kalau lo emang maunya begitu"

Tidak berapa lama, makanan yang aku pesan datang begitupun makanan yang dipesan Ryan. Aku dan Ryan makan bersama tanpa berbicara sepatah katapun. Hingga akhirnya Ryan memulai kembali percakapan antara kami.

"Gue minta maaf ya Liv. Gue tahu, apa yang gue lakuin waktu itu dah fatal banget karena bisa aja nyawa Emerald dan Daniel jadi taruhannya"

"Kemarin lo gak mikir begini?" suaraku mulai sedikit meninggi ketika menanggapi perkataan Ryan.

"Sorry Liv, gue cemburu liat lo deket sama Daniel dan gue ngerasa Emerald ngejodoh-jodoin lo sama Daniel jadi gue gelap mata"

"Lo gak usah bahas ini lagi deh, lagipula lo gak ada hak apapun untuk cemburu. Satu lagi, gue nolak lo saat itu bukan karena gue suka sama Daniel tapi karena gue emang gak punya perasaan apapun sama lo. Jadi mulai sekarang, lo jangan berharap lagi" jelasku

"Tapi lo masih mau jadi temen gue kan?"

"Gue gak masalah temenan sama siapa aja. Tapi kalau kejadian kemarin sampai terjadi lagi, jangan harap gue mau kenal sama lo lagi"

Setelah makananku habis tanpa sisa, aku meninggalkan Ryan yang masih menyantap makanannya. Sekilas aku melihat Emerald dan kak Tiara meninggalkan kafe ini.

Aku berlari kearah parkiran namun ternyata sepertinya aku salah. Aku tidak melihat mobil Emerald atau kak Tiara di parkiran. Mungkin hanya mirip saja.

"Lo pulang sendirian Liv?" aku tersentak ketika Ryan tiba-tiba berdiri di sampingku

"Sama sopir gue" jujur saja aku belum menghubungi Pak Jon untuk menjemputku

"Dimana sopir lo?"

"Ini mau gue telpon" aku mengambil ponselku dan sialnya ponselku kehabisan daya. Lebih sialnya lagi aku tidak membawa power bank

Last Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now