Valias berpikir mungkin Norra mengatakan itu karena dia pernah melihat sendiri gambaran masa depan dimana dia mati. Meskipun dia sadari dia tidak tau mati seperti apa yang sebenarnya Wistar maksud barusan. Mati karena sakit? Karena kutukan itu? Atau justru mati terbunuh oleh seseorang?

Apapun itu, Valias mendapatkan keputusan bahwa dia akan mencoba menghindari masa depan Norra itu.

Di istana, Frey yang ada di ruangannya didatangi oleh seorang pelayan yang memberitahunya bahwa Markuis Sera sudah ada di depan pintu istana dan sebentar lagi akan sudah ada di ruangan tamu pribadinya.

Frey memasang muka melongo tak percaya. Mendengkus terhibur kemudian.

Dia pasti ingin balas dendam padaku.

Ketika dia ke ruangan itu dengan Kalim, Markuis Sera dan Lucius sudah ada di sana. Frey tidak repot-repot memberi penghormatan. Dia langsung menghampiri sofa dan menduduki salah satunya.

Lucius membungkukkan bahu dan merendahkan sedikit kepalanya. "Frey. Maaf untuk kedatangan kami yang tidak mengabarkan terlebih dahulu."

Frey mengayun-ayunkan tangannya. "Sudah biasa."

Frey melihat ke arah Markuis Sera, tersenyum. "Lama tidak berjumpa, Paman. Ulang tahunku waktu itu juga kau tidak datang. Isi suratku membuatmu cemas?"

Willard membuat muka tidak senang. "Kau sedang merencanakan sesuatu. Apa yang kau rencanakan itu?"

"Setelah membuangku dan tidak mengindahkanku selama dua tahun, kau ingin tau apa yang kurencanakan?" Frey memasang senyum miring.

Willard menggelapkan wajahnya. Frey tidak terpengaruh. "Setelah ini kau tidak akan bisa mengabaikanku lagi. Karena aku sudah bukanlah seorang putra mahkota yang tidak akan melakukan apapun."

"Apakah itu karena dipicu oleh putra Count Bardev?"

Frey menaikkan sebelah alisnya. Willard hanya balas memandang Frey tanpa mengatakan apapun. Frey menjawab apa adanya. "Benar."

"Kau tidak mempunyai pendirian yang seharusnya dimiliki seorang calon raja." Willard berucap dengan pandangan datar tanpa emosi. "Apa yang akan orang-orang katakan ketika mereka mengetahui bahwa pergerakanmu dipengaruhi seorang putra bangsawan yang bahkan lebih muda darimu?"

Frey meraih wajahnya seraya tertawa-tawa kecil hingga kedua bahunya bergerak naik turun. "Sudah kuduga Paman akan berkomentar itu."

"Tapi aku sudah tidak mempedulikannya lagi." Frey menurunkan kembali tangannya. Tersenyum licik. "Yang terpenting adalah aku menunaikan peran yang kupunya sebagai seorang putra mahkota. Terlepas bagaimana orang membuat spekulasi terhadapku. Soal mereka bisa kuatur."

"Apakah Paman masih ingin tau apa sebenarnya yang kurencanakan, atau tidak?"

Dalam diamnya Willard membuat penilaian-penilaiannya terhadap Frey. Tapi pada akhirnya dia menyuruh Frey untuk menjelaskan rencana yang dimaksudnya. Tidak mengetahui kalau yang Frey beritahukan kepadanya hanyalah seporsi kecil dari lapisan terluar rencana sebenarnya yang Frey rakit. Dengan bantuan timbal balik dari Valias.

Di sore harinya, setelah sang tamu sudah kembali ke kediamannya, Frey memanggil Kalim menanyakan apakah Wistar sudah pulang. Jawaban yang dia dapatkan membuatnya melongo.

"Pangeran Wistar akan menginap di kediaman Count Bardev bersama Tuan Muda Dylan dan Tuan Muda Valias, Yang Mulia."

Frey membuat gerutu-gerutuan. "Membuat iri saja."

Berbeda dengan ketiga dari mereka, Frey tidak punya keleluasaan untuk meninggalkan istana seperti mereka. Karena semua pekerjaan Frey terpusat di bangunan tempat tinggalnya itu. Kecuali ada sesuatu yang mengharuskannya meninggalkan istana, maka dia kurang lebih terkurung di tempat kerja dan beberapa titik tertentu bangunan itu.

[HIATUS - 2026] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인 (🌘CFYM)Where stories live. Discover now