"Cantik... yukk ikut kita yukk.. makan yukk disana.."

"Lepasin bang.. jangan ganggu saya.."

"Gak ada yang ganggu kok.. kan mau di ajakin makan.. itu di warung depan.. yuk ikut, sekalian makan bareng gitu.. ayuk lah..."

"Engga bang.. saya mau pulang.."

Gadis itu terus menolak ajakan anak muda itu dengan sedikit perlawanan. Namun mereka tetap enggan untuk berhenti mengajak pergi gadis itu.

"Woooyyyyyy... lepasin dia.." ujar Galang sambil mengendurkan dasinya yang mencekik leher.

Beberapa anak muda itu pun langsung menoleh begitu pula dengan gadis itu. Galang terlihat menunjukkan sisi gelapnya yang memang sejak dulu adalah preman kampungnya.

"Apaan sih oom.. oom.. ini.. ganggu kita-kita aja.." gumam Mereka.

"Sial gw di bilang oom... oom.." gumam Galang kesal.

"Sejak kapan gw jadi oom kalian.. bocah-bocah tengik sok jagoan.. lo gak tau siapa gw? Gw penguasa di kampung ini.. kali ini gw emang sendiri.. partner gw uda berbuntut soalnya.. jadi uda pensiun ngepreman.. tapi gw masih punya kuasa di kampung ini.. dari pada lo pada gw habisin.. mending lo pada pergi sebelum gw ngamuk.." ujar Galang.

"Apaan sih nih oom.. oom.. udah yuk kita balik.. gak level ngurusin oom..oom.. balik bro..."

Mereka terlihat menyepelekan Galang yang sejak tadi menunjukkan kekuasaannya. Tidak mengherankan sejak menjadi orang kantoran pamor Galang yang terkenal garang pun menurun drastis. Di tambah lagi partner sejatinya sudah lama pensiun dan memilih menjadi ibu rumah tangga dengan tiga kurcaci dan kini sudah bertambah satu lagi.

"Sial mereka nyepelekan gw.." gumam Galang.

"Kamu gapapa?" Tanya Galang.

"Iya gapapa mas.." jawabnya.

"Ehhhhh... ini gurunya Jean di sekolah tadi kan?" Ujar Galang kaget saat mendapati yang di ganggu oleh pemuda tadi adalah gurunya Jean. Namun Galang masih bingung mengapa gurunya Jean ada di daerah kampungnya. Jelas saja Galang pasti sangat paham seluk beluk kampungnya. Bahkan anak gadis yang tinggal disana namun Galang sama sekali tidak pernah menyangka kalau gurunya Jean ternyata tinggal di kampungnya. Apakah ia melewatkan anak gadis di kampungnya sampai ia tidak mengenali gurunya Jean itu.

"Iya mas.. saya Lisa gurunya Jean.." jawab Lisa.

"Kenapa kebetulan sekali ini ketemu disini.. memangnya kamu tinggal disini?" Tanya Galang penasaran.

"Iya mas.. baru pindah kesini seminggu yang lalu.." jawab Lisa.

"Yah pantesan.. baru pindah toh.. tapi kok kebetulan gini ya.. jangan-jangan ini cewek emang jodohnya gw.." gumam Galang di dalam hati.

"Mas.. mas.. mas.." ujar Lisa bingung melihat Galang mendadak melamun.

"Ehh maaf.. ohh kamu baru pindah kesini.. di gang mana rumah kamu? Mana tau deket sama rumah saya.. sekalian saya anter kalau emang gak keberatan.." ujar Galang memulai aksinya.

"Rumah yang deket sama SMP situ mas.. rumah yang paling ujung deket gang.." jawab Lisa.

"Oohh jadi kamu yang beli rumahnya tante Rosa.." ujar Galang saat mendengar Lisa berkata rumah ujung gang dekat sekolahan. Jelas saja itu rumah sahabat kecilnya Bya yang memang sudah di jual semenjak bu Rosa memilih tinggal bersama dengan suaminya.

"Iya mas.. saya sekarang pemilik rumah itu.." jawab Lisa sambil tersenyum.

Galang akhirnya benar-benar mengantarkan Lisa pulang sampai ke rumahnya. Biasanya ia ke rumah itu untuk bertemu dengan sahabatnya. Namun kini rumah itu sudah di miliki oleh orang lain.

"Makasi ya mas Galang.. saya jadi ngerepotin mas.." ujar Lisa.

"Hahaha engga.. engga apa-apa.. saya tidak merasa kerepotan kok.. lagian rumah saya itu di gang sebelah.. deket banget kok dari sini.." jawab Galang.

"Kalau begitu saya permisi ya mas.. sekali lagi terima kasih.." ujar Lisa pamit.

"Iya.. iya.. silahkan.." jawab Galang.

Galang masih menatap Lisa yang berjalan menjauh darinya menuju ke rumah. Galang menunjukkan raut wajah tersenyum seolah-olah ia baru saja mendapatkan sang kekasih. Padahal nyatanya mereka belum berteman sekali pun.

"Ohh iya gw lupa.."

"Lisa... Lisa... apakah kita saat ini mulai jadi teman?" Ujar Galang.

Lisa seketika menoleh dan menganggukkan kepalanya yang berarti kalau ia setuju untuk berteman dengan Galang. Galang menyunggingkan senyumnya bahkan sampai menunjukkan giginya yang rapi.

"Yessss... gw dapet jodoh..yesss.." gumam Galang lalu berjalan menuju ke mobilnya. Tanpa Galang sadari ada seseorang yang menatap gelagat dirinya yang baru saja mengantarkan seorang gadis.

"Mama.." gumam Galang saat mendapati mamanya tengah berdiri di ujung gang menatap ke arah mobilnya. Galang pun segera menghentikan laju mobilnya.

"Mama abis dari mana?" Tanya Galang.

"Kamu gak liat mama bawa apa?" Jawab mamanya Galang. Galang pun menatap ke arah kresek yang berisikan makanan matang. Itu artinya ibunya Galang tidak masak hari ini dan memilih untuk membeli makanan jadi.

"Ohh mama beli makanan ya.. Galang uda laper banget ini ma.. yuk pulang.." ujar Galang.

"Kamu ini taunya makan aja.. nganterin cewek bukannya di ajakin makan di luar.. gak punya duit kamu?" Ujar mamanya Galang.

"Apaan sih ma.. cewek apaan.. Galang jomlo masih kok.. mama jangan ngadi-ngadi deh.." jawab Galang.

"Itu tuh.. mama liat kamu nganter tetangga baru yang tinggal di rumahnya si Bya.." ujar mamanya Galang.

"Ohh itu.. cuma kebetulan aja ma ketemu di jalan.. udah ma.. Galang laper.. Galang mau pulang.. mama gak mau naik ke mobil? Yauda mama jalan aja kan dikit lagi nyampe.." jawab Galang lalu melajukan mobilnya meninggalkan ibunya.

"Dasar anak kampret.." gumam Mamanya Galang kesal. Lalu pergi melajutkan perjalanannya menuju ke rumah.

RUN ON YOU [END]Where stories live. Discover now