592. If You Want To Gain Something, You Have To Lose Something (1)

192 43 2
                                    

.

「Jika Kau Ingin Mendapatkan Sesuatu, Kau Harus Kehilangan Sesuatu」

»–R–O–M–H–S–«

Tringgg.

Ujung pedangnya bergetar dengan menyedihkan.

Getaran yang lembut tampak berangsur-angsur menjadi keras dan segera berubah menjadi gerakan besar seolah-olah mengguncang dunia.

Hwaaaak!

Dengan suara seperti kayu bakar kering yang memuntahkan bunga api besar, bunga-bunga merah yang dimuntahkan dari ujung pedang menyebar seolah menodai perkamen yang putih bersih.

Setelah beberapa saat, dunia dipenuhi dengan bunga-bunga yang beterbangan. Mata para bandit dipenuhi dengan keheranan melihat pemandangan itu.

‘Bunga macam apa ini!?’

Sungguh pemandangan yang sangat indah dan mengerikan. Dan segera kelopak-kelopak bunganya mulai mengincar darah seolah-olah ingin membuktikan kemerahannya.

Sratt!

Sratt!

Setiap kali qi pedang yang terbang dalam bentuk kelopak bunga menancap ke dalam tubuh, sebuah suara menyeramkan terdengar. Itu adalah suara daging dan tulang yang terpotong.

“Aaak!”

“Argh! Tanganku! Tanganku!”

Paaaat!

Pedang yang ada diantara bunga plum menusuk ke dalam mulut para bandit yang berteriak kesakitan.

Kwadeuk!

Tubuhnya yang gemetar dan kejang-kejang segera merosot dan membebani pedang.

Meskipun beban yang telah ia alami berkali-kali, itu tidak meringan sedikit pun.

Chung Myung, menghunus pedangnya dan bergegas ke tengah-tengah para bandit, menuangkan niat membunuh yang menakutkan.

Paaaaat!

Bunga-bunga berhamburan dan bermekaran.

Di wajah Chung Myung, ada sedikit ketidaknyamanan untuk sesaat.

‘Belum cukup.’

‘Bukan seperti ini.’

Aslinya, pedangnya beberapa kali lebih tajam dan beberapa kali lebih mengerikan dari ini.

Sejak dia dilahirkan kembali, dia tidak pernah mengayunkan pedang sesempurna dulu. Rasanya seperti terperangkap di dalam sangkar dengan seluruh tubuhnya dirantai.

Semakin dia bergerak, semakin rasa hausnya yang mengerikan meremas dan menggores sarafnya.

Zrash!

Darah panas memercik di wajah Chung Myung. Perasaan itu tidak hilang bahkan setelah menyekanya dengan lengan bajunya, dan darah menyebar lebih luas.

Lebih cepat, lebih kuat.

Dia ingin meraih pedang yang hilang. Dia ingin mendapatkannya lagi, secepat mungkin.

Kegugupan menumpulkan ujung pedangnya. Wajah Chung Myung, yang selama ini tidak peka, perlahan-lahan berubah karena perasaan sesak yang terus muncul.

“Tidak cukup!”

Dengan emosi yang terpelintir, pedang pembunuhnya menusuk tubuh bandit itu, membelah dan akhirnya merobek-robeknya.

Darah dan daging mengalir deras seperti hujan, tapi Chung Myung hanya mengertakkan gigi karena frustasi melihat tubuhnya yang basah kuyup dan seperti kapas yang tidak bisa bergerak sesuai keinginannya.

Cho Sam [ 4 ] ✔Where stories live. Discover now