Ch04 - Leisha

118 22 1
                                    

Seperti sebuah rutinitas, setiap pekerjaanku telah selesai aku akan mengunjungi Alex. Pria itu masih juga belum menunjukkan tanda-tanda akan merespons segala usahaku untuk mendekatinya. Jika aku jadi Alex aku pasti akan begitu juga, jelas tingkahku ini didasari oleh kepentingan pribadi. Alex tahu jelas niatku mendekatinya untuk mendapatkan informasi tentang Sovish dan uang yang mereka bawa kabur.

"Sudah tiga hari kita bicara seperti ini, tapi aku belum pernah benar-benar memperkenalkan namaku!" seruku tiba-tiba setelah baru saja aku termenung memikirkan apa yang harus kuceritakan lagi pada Alex.

"Namaku Ghina, ngomong-ngomong. Di bandingkan kakak-kakakku aku mengerjakan tugas yang paling tidak berguna di pulau ini. Memberimu makan misalnya!"

Alex melirikku sinis. Aku belajar dari pengalaman, hewan-hewan akan jinak pada akhirnya jika terus diberi makanan. Di tunjukkan kasih sayang, juga diajak bicara.

"Tam dan Sovish yang bertanggung jawab atas transaksi ke luar pulau. Leisha mengurusi pertunjukan, walau aku sendiri tidak tahu pertunjukan itu seperti apa, tapi selama ini pertunjukan disebut sebagai penghasilan yang paling besar."

Mau tidak mau aku kembali memikirkan Leisha, ini baru berselang satu minggu sejak pertunjukan bulan ini berlangsung. Setidaknya Leisha akan kembali ke rumah penghuni dalam dua minggu, kadang lebih cepat kadang bisa lebih lama.

"Apa kamu punya saudara?" tanyaku tiba-tiba. Alex tentu saja tidak menjawab. Ia tetap duduk diposisinya bersandar pada dinding dan melirikku tanpa usaha.

Dengan senyum kecut aku berkata, "Aku seperti bicara pada dinding, tidak diberi respons sama sekali."

"Lepaskan rantainya!"

Aku tahu Alex tidak bermaksud untuk menggeram, tapi suaranya terdengar seperti itu. Yang bisa kuberikan sebagai jawaban hanya kepalaku yang menggeleng tidak setuju.

"Ayah akan membunuhku jika melepaskanmu, kamu juga tidak akan bisa keluar dari pulau ini. Lagi pula, apa sebenarnya yang Sovish dan kamu lakukan di luar sana sampai-sampai ayah jadi sekesal itu. Padahal Sovish anak kesayangan ayah!"

"Siapkan tangisanmu kalau begitu, saat rantai ini terlepas aku akan membunuh ayah kalian!" ucap Alex dengan mata berkilat.

Aku memandangnya lama untuk sesaat. Berbagai pikiran mulai berkecamuk dalam kepalaku. Bisakah aku memanfaatkan pria ini?

"Apa sebenarnya yang Sovish rencanakan?" tanyaku pelan dan serius, tapi Alex tidak menjawab, ia ikut menatapku lama.

"Setelah aku mengatakannya aku akan mati, jadi untuk apa aku membuat diriku tampak bodoh!"

Sebenarnya ini sebuah kemajuan, Alex mau merespons kalimatku. Bicara terus menerus padanya sepertinya membuat Alex agak kesal. Tapi itu sesuatu yang bagus bukan? Saat aku tidak lagi mengunjunginya, ia akan merasa kesepian dan bertanya-tanya di mana keberadaanku. Atau mungkin, pria ini juga bisa mengkhawatirkanku.

Aku menekuk kedua kakiku dan bersandar pada rak. Sedikit termenung saat hendak mengatakan sesuatu tentang Sovish.

"Aku harap Sovish baik-baik saja," ucapku pelan. Mataku menatap hampa pada lantai basemen yang terlihat buram di bawah temaramnya sinar lampu. "Sovish pasti punya alasan meninggalkan kami di sini. Dulu dia pernah berjanji akan membawaku juga Leisha berjalan-jalan keluar pulau. Mungkin, saat ini Sovish sedang merencanakan hal itu."

Aku menoleh pada Alex dan tersenyum, "Andai itu benar, sebaiknya memang Ayah tidak tahu keberadaannya. Jadi meskipun aku gagal mendapatkan informasi darimu, Sovish bisa menyelamatkanku dari amukan Ayah. Dia pasti punya rencana sendiri, benarkan?"

Aku menunggu jawaban Alex. Tapi pria itu diam. Mungkin akibat matanya yang terlalu sering menatapku dengan tajam, kini aku terbiasa dengan tatapan itu. Sambil menumpukan pipiku di lutut, aku duduk memeluk kakiku dan menikmati matanya yang indah. Tidak tahu berapa lama kami saling menatap, hingga akhirnya aku tertawa kecil dan Alex mendengus mengalihkan pandangannya.

Infernos SpicyWhere stories live. Discover now