10. Orang asing

218 16 21
                                    

“Dulu, Aku pernah mengganggap bahwa kamu adalah milikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu, Aku pernah mengganggap bahwa kamu adalah milikku. Tapi kini, semua hanya bagian dari masalalu ku”

**

   Seperti biasanya, bandung selalu di selimuti awan hitam yang menghiasi langit. Sepertinya, beberapa menit kedepan hujan akan kembali mengguyur kota bandung di pagi redup ini. Akira memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper kecilnya, ia berniat untuk menginap beberapa hari di hotel yang ada di Jakarta setelah acara pernikahan Afan selesai, ia tak berniat langsung pulang ke Bandung juga tak berniat untuk menginap di rumah sang Ayah yang ada di Jakarta.

"Lama amat Neng. " Sindir Prisma, pria itu terlihat sedang menggulung lengan kemejanya sembari sedikit melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Akira hanya membalasnya dengan menjulurkan lidah.

"Udah sana, berangkat. Nanti keburu Hujan." Sari berucap setelah selesai merapikan meja makan bekas sarapan.

"Kita berangkat ya, Bun." Prisma, Kayla, dan Akira menyalimi tangan Sari.

"Bang, jagain Istri Kamu" Perintah Sari kepada Prisma yang di balas anggukan kecil dari Pria itu.

Sari mengantarkan mereka hingga ke halaman rumah. Akira melambaikan tangannya dari dalam jendela sebelum mobil hitam itu melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Jalanan kota bandung terlihat masih sepi oleh aktivitas manusia. Pukul enam dini hari mereka sengaja berangkat agar bisa sedikit membantu persiapan acara nantinya di sana. Mobil itu melaju membelah jalanan kota bersamaan dengan jutaan rintik hujan yang turun menyapa bumi membuat suasana kian dingin.

"Tumben gak bareng Efan Dek?" Prisma membuka topik pembicaraan, melirik ke arah Akira lewat kaca.

"Efan udah berangkat tadi malam, katanya mau sekalian bantu-bantu di sana" Akira menjawab tanpa mengalihkan pandangan matanya dari jendela mobil yang memperlihatkan guyuran air hujan yang kian deras.

"Kalian udah lama deket, gak ada niatan buat nikah apa?"

Kayla terkekeh karena pertanyaan Prisma. Gadis itu terlihat sudah hafal dengan masalah hati Akira, berteman dengan Akira sedari SMA membuat Kayla tau betul isi hati sahabat sekaligus adik iparnya itu.

"Udah ada yang pasti di depan mata, masih aja nunggu yang gak pasti" Kayla membalas ucapan Prisma yang hanya di balas sebuah decakan sebal dari Akira yang berada di bangku belakang.

**

Sebuah gedung putih itu terlihat mulai ramai dengan orang-orang yang datang. Mulut Efan nyaris kaku karena terlalu lama tersenyum, beberapa kali Pria itu menarik dasinya dan merapikan rambutnya. Entah sudah berapa kali helaan nafas yang Efan hembuskan. Hingga sebuah Gadis dengan dress berwarna hitam itu membuat Efan menajamkan penglihatannya.

"Efan kesana dulu ya Ma," Pamit Efan pada sang ibu lantas melangkah mendekati Prisma, Kayla, dan Akira yang baru saja datang.

Efan menyapa Prisma sejenak lalu bertukar senyum tipis dengan Akira.

"Maaf baru sampe, tadi macet banget di jalan, padahal udah sengaja berangkat pagi" Jelas Prisma.

"Gak papa Bang. Ayo masuk"

Mereka memberikan ucapan selamat kepada Afan. Sebenarnya hanya acara resepsi yang gelar di gendung ini, acara ijab qobul sudah di lakukan di KUA tadi pagi. Afan terlihat bahagia duduk berdua dengan wanita yang sudah menjadi tujuannya. Sehari pria itu akan menjadi pemeran utama di sebuah gedung sebesar ini.

"Ma, ini Akira" Akira mrnyalami tangan Ibu Efan. Ini kali pertama Akira bertemu Ibu Efan. Pria itu tinggal di Bandung sedangkan sang Ibu dan Afan hidup bersama di Jakarta. Ayah Efan sudah meninggal saat Pria itu masih berumur tiga tahun. Efan dan Afan harus hidup mandiri sedari kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ibu Efan tersenyum tipis "Efan sering nyeritain Kamu loh" Wanita itu sedikit berbisik ke arah Akira, gadis itu hanya tersenyum menanggapi. "Efan bilang Kamu suka makan kura-kura" Akira melebarkan matanya, melirik ke arah Efan, Pria itu hanya tersenyum.

"Efan bohong Tante."

Ibu Efan terkekeh karena melihat ekspresi wajah Akira yang mencoba menyakinkan Ibu Efan bahwa dirinya tidak suka makan kura-kura. Lagian Efan ada-ada saja.

Prisma dan Kayla duduk di salah satu kursi setelah menyalami tangan Ibu Efan dan setelah berbincang-bincang sejenak. Akira menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari keberadaan Efan, pria itu menghilang dari penglihatannya, padahal baru saja ia melihat Efan ada di sampingnya.

"Duduk sini Ra," Kayla menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya. Akira masih menoleh ke kanan dan kiri.

"Nyariin siapa sih Dek?" Prisma bertanya sembari memasukan sebuah bolu coklat ke dalam mulutnya.

Akira tak menghiraukan pertayaan sang Kakak, Gadis itu masih mencari keberadaan Efan untuk meminta penjelasan tentang apa yang saja yang sudah Pria itu ucapkan tentangnya di depan sang Ibu. Akira melangkah mendekat saat menemukan punggung seseorang yang tak asing baginya, pria itu hendak berjalan keluar. Akira mempercepat langkahnya,

"Hei!" Akira menepuk punggung pria itu. Pria dengan setelan jas hitam itu membalikkan badannya.

"Hei?" Balas Pria itu. Akira membelalakan matanya, suara itu memasuki indra pendengaran Akira, suara itu— sama seperti terakhir kali Akira mendengarnya. Punggung yang tak asing baginya itu, ternyata bukan Efan, punggung itu milik orang asing. Tapi anehnya, Akira tau apapun tentang Orang Asing itu, makanan kesukaannya, minuman kesukaannya, apa yang membuatnya marah, dan apa yang membuatnya pergi. Sesuatu yang pernah hilang, kini dia telah kembali. Aksa, dia sedang berada di depan mata Akira sekarang.

**

Tbc
See you <3

AKSARAJASA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang