Prolog

17 3 0
                                    






AVES POV.
---

Aku terbangun karena mendengar suara kegaduhan yang membuat telinga ku sakit, sedikit tersadar aku menutup hidungku akibat mencium bau anyer darah. "Ada aroma mesiu?"

Aku mencoba membuka mataku dan..

"AAAARGH!!” Teriakku histeris, hal pertama yang kulihat membuat ku membelalakkan mata sempurna, langit berwarna kemerahan di penuhi lontaran batu berapi, bendera merah tersobek sebagian yang berkibar, serta suara pedang beradu dan jeritan kesakitan orang-orang.

Dimana?

Suara suara itu terdengar sangat nyata, suara tembakan bertubi-tubi dan sesuatu besar yang jatuh. "HENTIKAN!!" teriak ku lagi yang reflek menutup kedua telinga ku.

Keringat dingin mulai mengucur, kakiku berusaha mundur selangkah demi langkah.

DUARR!!!

YANG TADI ITU BOM?

"JANGAN BIARKAN MEREKA NAIK KE BENTENG!!" Terkejut mendengar teriakan menggelegar itu aku mulai mencoba memahami apa yang terjadi.

Aku telah terbangun dan berada di tengah-tengah situasi mencekam ini.

Suara ledakan itu datang kembali bersamaan dengan orang-orang berbaju zirah yang menembakkan meriam ke arah luar benteng.

Sebenernya apa yang terjadi?

BOOM!!

"AAARGH SIALAN," Teriak terkejut.

Ada ratusan panah melewati atas kepalaku, menembakkan orang-orang yang berada di luar benteng, aku mencoba merangkak lebih dekat pada pembatas benteng dan melihat ratusan bahkan ribuan orang bertarung satu sama lain.

mereka sedang berperang.

TUNGGU? MEREKA APA?

DUARR!!

Meriam itu meledak sendiri ketika di aktifkan membuat para bapak bapak prajurit berbaju zirah itu dan aku yang berada di dekatnya sedikit terpental.

Tubuhku gemetar tak bisa di gerakkan, wajahku pucat pasi mengetahui hal itu. Mataku bergulir mencari keberadaan bapak tadi, ia menatap ku kemudian bersujud memukulkan kepalanya berkali-kali ke lantai memohon ampun.

"Ampunilah saya yang mulia karena saya anda-" Ia bermaksud mendekat namun tiba-tiba terhenti sebab seorang kesatria muda berlari tertatih menemui ku dengan sekujur tubuh yang di penuhi goresan pedang dan darah pada baju zirah nya.

"Yang Mulia Pangeran, pasukan garda depan dalam ambang kehancuran!!" Teriak kesatria yang bersimpuh di depanku itu dan menghiraukan luka pada tubuhnya.

Dari atas benteng aku melihat gerbang di buka dan banyak sekali orang berbaju zirah berlarian menuju ke arah depan sembari berteriak, pertarungan tak bisa di hindarkan, satu persatu dari mereka mencipratkan banyak darah dan kehilangan anggota tubuh.

"TAHAN!!" Suara teriakan keras itu terus muncul. 

Situasi ini sungguh mustahil,

"KITA AKAN MATI?"

AKU MEMEGANGI KEPALAKU PANIK.

Kesatria yang kini bersimpuh di hadapan ku ini kembali membuka suaranya, "Pangeran, kita dalam situasi yang buruk, saya akan membawa anda ketempat aman,” ujarnya.

Suara ledakan mulai tak terdengar, hanya tersisa suara pedang dari kejauhan dan orang berlarian.

Aku terlarut dalam pikiran ku sendiri dan kesatria muda di hadapan ku ini mengoceh tak jelas.

Ini mimpi? APAKAH MIMPI SEBRUTAL INI?

"Yang mulia pangeran mohon mengerti ini demi keamanan-"

BUGHH!!

Aku tanpa pikir panjang memukul rahang kesatria itu, ini nyata, rasa sakit di tanganku nyata.

Sedikit mengaduh kesakitan aku melihat reaksi kesatria muda itu, aku sedikit keterlaluan, seharusnya aku mencubit saja, tapi itu akan terlihat aneh.

Kesatria itu terdiam beberapa saat, kemudian berlutut di depanku.

DUK!!

Suara lutut yang mengenai lantai batu keras itu terasa sangat ngilu, apakah ia tidak sayang lututnya..

"MAAFKAN SAYA YANG MULIA SAYA MELAMPAUI BATAS, SAYA MENGERTI KOMANDAN PERANG TAK MENINGGALKAN PASUKANNYA," ujarnya dengan suara keras tapi sedikit bergetar.

Komandan perang yang meninggalkan pasukannya?

"Apa maksudmu .. Aku-bukan, Saya.. " Kesatria itu diam tak merespon, apakah suaraku kurang keras?

"Saya tidak ingat siapa saya dan siapa anda, apakah anda bisa menjelaskan?" Tanyaku sedikit lantang dan sedikit mencondongkan wajahku menatap kesatria muda yang kini menunduk ketakutan itu.

"Sa-saya Arthur, saya hanyalah kesatria rendahan dan yang mulia adalah bintang kekaisaran, pangeran kedua Arbasta Aves Rdega, maaf atas kelancangan sa-" ketika kesatria muda itu ingin melanjutkan ucapannya aku menghentikannya.

"Diam lah," kesatria itu langsung terdiam.

Siapa Aves? Bahkan aku tak mengenalnya, dari awal aku memang tak mengerti ini dimana dan kenapa aku di hadapan pada situasi ini.

Daratan luas saat matahari terbenam, di penuhi dengan mayat ribuan orang, serta banyak pisau dan tombak menancap di tanah.

Kapan ini berhenti.

Dari arah belakang terjadi keributan hingga tak sengaja ada sebuah panah nyasar mengenai perutku membuatku menjerit kaget, entah ini yang keberapa kalinya aku menjerit.

SYUUNG!!

"AAAARGH!!"






---

Kata kata hari ini?

Aves : AARGH!!

---


Lalu bagaimana?








Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Oct 01, 2023 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Perfect Stranger Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin