Mahira yang tersadar kemudian segera membanting setirnya, hendak mengelak mobil sedan berwarna hitam dari arah depannya. Mobil dari arah berlawanan itu berbelok tajam, hendak mengelak juga.
Sayangnya, Mahira tak sempat mengelakkan kecelakaan itu- mobil bagian depan milik Mahira benar-benar menghantam mobil sedan yang ada dihadapannya, menyebabkan kedua mobil yang saling beradu itu rusak parah di bagian depan.
"Hah!"
Mahira yang awalnya sedang tertidur sontak saja langsung membuka keduanya, seiring rasa sesak mulai menghantam dadanya. Ia butuh obat penenang nya sekarang.
Wanita itu kemudian memukul-mukul dada nya sendiri, berharap jika aksi nya itu mampu mengurangi rasa sesak yang begitu menyiksa dirinya, seiring air mata jatuh membasahi kedua pipinya tanpa permisi.
Mimpi buruk itu selalu datang tatkala Mahira tengah tertidur- membuat Mahira tak pernah lagi tidur dengan nyenyak ketika sang surya berganti dengan sang rembulan. Mahira tersiksa, ia benar-benar tersiksa atas insiden kecelakaan delapan tahun silam.
"H-hanum..." Lirihnya tak berdaya.
Seluruh tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. Pandangannya mulai berkunang-kunang, bersamaan dengan rasa pening yang mulai menyerang kepalanya, seolah ingin membuat kepala Mahira meledak.
Dengan langkah kaki yang tertatih Mahira pun berjalan keluar dari unit apartment nya menuju apartement milik Hanum yang berada diseberang nya. Kemudian, kedua tangannya yang sudah berkeringat dingin itu mengetuk-ngetuk unit pintu apartemen milik Hanum dengan tidak sabar.
Rasanya sangat menyakitkan.
Ia benar-benar membutuhkan obat penenang nya, dan juga dekapan hangat yang selalu Hanum berikan ketika ia sedang lemah tak berdaya seperti saat ini.
"H-hanum...tolong s-saya..." Lirihnya, seiring tubuh lemah itu mulai meluruh- jatuh merosot diatas lantai koridor yang dingin.
Koridor itu selalu menjadi saksi bisu atas tak berdaya nya Mahira di malam hari.
Pandangannya semakin mengabur seolah hendak mengambil kesadaran nya secara paksa. Bersamaan dengan itu, pintu apartemen milik Hanum pun terbuka- menampilkan wanita berbadan mungil itu yang kini tampak sangat panik akan kondisi Mahira.
"Mahira!" Pekik Hanum. Perempuan itu segera bersimpuh sembari meraih kedua bahu milik Mahira, membawanya ke dalam pelukan nya. "Astaga, Mahira- sadar!" Pekiknya lagi.
Hanum merasa panik luar biasa, meskipun dirinya sudah berkali-kali menyaksikan Mahira yang terkulai lemas seperti saat ini.
Kepala Mahira seolah berputar hebat, seolah-olah jiwanya hendak dicabut secara paksa. Ia hanya bisa pasrah di dalam dekapan Hanum- berharap jika sang sahabat bisa menyelamatkan dirinya yang tengah tersiksa.
Hanum kemudian segera melingkarkan kedua lengan Mahira di kedua pundaknya, seiring tubuh mungil itu dengan bersusah payah berdiri, lalu memapah tubuh jangkung milik Mahira untuk masuk ke dalam apartement nya.
Sehabis mendudukkan Mahira yang berkeringat itu di sofa ruang tengah, Hanum pun segera berlari kearah kamarnya untuk mengambil obat penenang milik Mahira, dan kemudian berlari kearah dapur untuk mengambil secangkir air mineral.
Setelahnya, Hanum kembali lagi ke ruang tengah untuk menenangkan Mahira yang masih terisak itu. Ia menyerahkan dua buah pil penenang dan juga cangkir yang berisikan air itu kearah Mahira.
Tentu saja Mahira langsung menelan obatnya itu sekaligus, lalu meneguk air minumnya dengan rakus. Setelahnya, Mahira dengan nafasnya yang memburu langsung menghamburkan dirinya ke dalam dekapan hangat favoritnya, sembari berharap jika Hanum dengan segala magis nya itu mampu menenangkan keresahan hati dan pikirannya saat ini.
YOU ARE READING
Twilight | Catnipz
Random[Newjeans lokal AU, Catnipz; Kim Minji & Kang Haerin] . Sama seperti Senja yang keindahannya hanya sesaat, kisah Mahira dan Haura pun seperti itu. ©hyewonjoo, 2021 & 2023
2. Jiwa yang rapuh
Start from the beginning
