5

4K 367 11
                                    

EMERALD'S POV

Tadinya aku merasa lega karena bisa berleha-leha di UKS tanpa diketahui siapapun sebab dokter yang bertugas disini sedang tidak ada. Tapi tiba-tiba saja Bu Luna masuk tanpa aba-aba. Jadilah aku dan Daniel seperti orang yang tertangkap basah melakukan tindakan asusila di UKS padahal aku hanya bermain game online.

"Kalian berdua ngapain disini?" aku dan Daniel terperanjat mendengar suara itu. Bagaimana tidak, aku dan Daniel sedang berada di final game.

"Hah?" ucap Daniel kebingungan

"Kalian berdua ikut saya"

Aku dan Daniel mengekori Bu Luna dengan malas. Sepertinya aku akan hormat bendera untuk kesekian kalinya.

"Kalian berdiri disini sambil hormat ke bendera sampai jam pulang sekolah. Setelah jam pulang sekolah, kalian temui saya di ruang BK. Kalau kalian kabur, saya gak akan segan-segan untuk menskorsing kalian berdua"

Hukuman hormat ke bendera sudah seperti makanan sehari-hari untukku dan Daniel. Sepertinya hari ini akan kiamat kalau aku tidak mendapat hukuman di sekolah.

Setelah bel pulang berbunyi, aku dan Daniel pergi menuju ruang BK. Kembali aku mendapat ceramah dari Bu Luna. Jujur saja guru ini cantik, tapi kadar menyebalkannya melebihi si botak.

"Hukuman apalagi yang harus saya berikan agar kamu bisa berubah Emerald? Kamu bahkan masih menjalani hukuman untuk mengecat ruang teater. Dan sekarang kamu kembali berulah. Apa saya harus kirim email lagi ke Mama kamu?"

"Tapi tadi gak ada guru bu, jadi saya sama Daniel pergi ke UKS karena disana adem. AC di kelas saya gak dingin bu. Apalagi siswanya bejibun, makin gerah saya"

"Kelas kamu gak ada gurunya itu di jam ke-lima. Kenapa sampai jam ke-delapan masih di UKS?"

Aku tidak bisa mendebat lagi karena aku memang bersalah. Tapi tetap saja sebenarnya aku tidak mau disalahkan.

"Setelah ini kamu lanjutin hukuman kamu, hari ini terakhir kan? Saya harap kamu melakukannya dengan sungguh-sungguh"

"Iya bu"

Aku pergi meninggalkan ruang BK dan kembali ke kelasku untuk mengemasi barang-barangku.

"Ral, lo masih harus ngecat ruang teater?" aku mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari mejaku "Mau gue bantuin gak? Gue lagi gak ada kerjaan nih, biar hukuman lo cepet kelar juga"

Daniel ini memang sahabatku yang selalu bisa aku andalkan. Selalu menawarkan bantuan meskipun aku tidak membutuhkannya.

"Nggak perlu Niel, kalo Bu Luna tahu hukuman gue bisa nambah terus bisa-bisa lo kena juga. Ini terakhir kok, tinggal ngecat doang gampang lah"

*****

Sebelum mengecat ruang teater, aku membersihkan ruang-ruang lain terlebih dulu karena ruang teater masih digunakan anak-anak untuk latihan.

Aku berjalan membawa tangga dan cat untuk memulai pekerjaanku. Disaat sedang menyiapkan semuanya, aku melihat Olivia sang ketua osis yang galak sedang duduk di kursi penonton. Apa dia salah satu anak teater, kalau iya kenapa dia tidak ikut latihan dengan yang lain. Malah hanya berdiam diri saja sambil melamun. Dasar aneh.

Aku menunggu semua orang di ruangan ini untuk keluar, bisa-bisa harga diriku jatuh kalau mereka melihatku mengecat ruangan ini. Emerald yang hebat dan ditakuti semua orang kecuali ketua osis malah mengecat ruang teater. Mau dikemanakan wajahku ini.

Disaat aku sedang menaiki tangga dengan seember cat ditanganku, tubuhku malah tidak seimbang dan tangga yang kunaiki menjadi oleng. Dalam hitungan sepersekian detik, aku sudah terjatuh, cat yang tadi aku pegang mengenai seluruh tubuhku termasuk wajahku.

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang