Enam

378 51 4
                                    

Rumah akan kembali terasa sepi, Karen menangis saat kedua orangtua dan saudara-saudara yang lain berpamitan pulang setelah menginap selama dua hari di rumahnya.

Pasangan suami istri itu kini berada di teras, saling memberikan salam perpisahan pada keluarga Karen.

"Titip Karen" ucap Fajar, sambil menepuk bahu Erick beberapa kali. Fajar adalah Kakak tertua Karen. Karena Fajar juga Erick bisa menikahi Karen. Kebetulan Fajar dan kedua orangtua Erick berteman baik. Rencana perjodohan awalnya tercetus dari Fajar yang khawatir dengan sang adik yang selalu tak percaya diri dan ketakutan setiap didekati lelaki, saat itu juga tercetus rencana perjodohan yang keluar dari mulut kedua orangtua Erick.

"Siap, Mas. Karen aman sama saya" balas Erick.

Erick melingkarkan tangannya dipinggang Karen, mereka melambaikan tangan saat rombongan mobil itu perlahan mulai pergi.

"Sepi lagi rumah" gumam Karen.

"Yang, semangka udah mateng deh kayanya" ujar Erick, saat matanya tak sengaja melihat pada buah semangka yang Karen tanam di pekarangan rumah terlihat sudah sangat besar.

Kemudian Karen meminta Erick menuntunnya pergi mendekat ke pohon semangka yang ia tanam, sepertinya benar apa kata suaminya itu. Ada satu buah semangka yang bisa dipetik.

"Aku petik, ya" izin Erick, karena bagaimanapun Karen yang menanam semua ini.

"Iya, Mas"

"Gede banget liat" Meski terlihat sangat besar, dengan mudah Erick bisa mengangkat semangka tersebut hanya dengan satu tangannya karena tangan lainnya harus digunakan sebagai tumpuan tubuh Karen.

Kini keduanya kembali duduk di teras, Erick sudah mengambil sebuah pisau dan wadah untuk membelah semangka tersebut. Dibelahnya menjadi potongan kecil, yang pertama langsung Erick berikan pada Karen agar wanita itu mencobanya terlebih dahulu.

"Maaf ya mas, gara-gara aku kamu enggak jadi pergi" ucap Karen penuh sesal, selain tak bisa menghadiri rapat ke luar kota, suaminya itu bahkan selama tiga hari kemarin tidak pergi bekerja.

"Enggak masalah, sayang. Malah si Denish kesenengan bisa deket terus sama istrinya" balas Erick, sambil mengelus lembut puncak kepala istrinya.

Di siang hari beranjak sore itu keduanya asik mengobrol sambil menikmati potongan-potongan buah semangka yang terasa menyegarkan. Tak mereka sangka memangkan langsung semangka yang baru dipetik rasanya jadi jauh lebih menyegarkan.

"Mas Erick" cicit Karen.

"Apa sayang?"

"Aku mau coba satu kali lagi" cicit Karen. Erick memotongkan lagi semangka lalu ia serahkan pada sang istri.

Karen menipiskan bibirnya. Padahal bukan itu maksud Karen, tapi Karen yang malu memilih menerima semangka yang Erick beri. Kemudian ia suapkan ke dalam mulut meski tanpa minat.

"Sebenernya bukan semangka" gumam Karen, tapi Erick bisa mendengarnya dengan jelas karena sejak tadi ia tak bisa berhenti menatap istrinya itu. Fokusnya sejak tadi ada pada wajah istrinya.

"Apa? Kamu mau coba apa?" Tanya Erick, tak mengerti.

"Aku mau belajar jadi istri seutuhnya buat kamu, Mas"

"Yakinkan aku kalo semua sentuhan yang kamu beri itu karena kamu cinta sama aku" ujar Karen, seketika Erick bisa mengerti maksud ucapan istrinya. Erick semakin membawa tubuh Karen merapat padanya, menggunakan sebelah tangannya ia dekap tubuh sang istri dari samping.

"Oke, nanti, ya" ucap Erick yang mengerti tujuan ucapan Karen, tidak mungkin ia menyentuh istrinya dalam keadaan seperti ini. Kaki Karen saja belum sepenuhnya pulih.

Passive SideМесто, где живут истории. Откройте их для себя