Tujuh puluh empat.

Start from the beginning
                                    

"Panas tau kak. Kita order online aja ya?"

Ayden mengangguk. "Micuuuu ya Papa"

"Iya. Satu aja ya?"

"Catu laca coklat ya?"

"Coklat mulu deh perasaan, nanti gigi kamu ompong. Mau?"

"Ndak! Tapi coklat enak Papa"

Guanlin menarik pelan pipi Ayden. "Bisaan aja sih lu cillllll" ujarnya gemas kepada anak sulungnya itu.

Setelah memesan ice cream melalui online, Guanlin dan Ayden pun melanjutkan menonton kartun bersama.

"Papaaa" panggil Ayden membuat Guanlin menoleh.

"Kenapa?"

"Kenapa petlik ndak pake baju? Ndak kedinginan kah Papa?"

Guanlin diam sejenak, sedikit kaget dengan pertanyaan anak sulungnya.

"Kenapa Papaaa??"

"Bentar, Papa mikir jawaban"

Ayden mencebik. "Apa Pa? Lama banet jawabna"

"Bentar dong" Guanlin kembali berfikir sejenak, "soalnya patrick gak punya baju"

Ayden menopang dagunya dengan kedua tangannya menghadap Guanlin. "Tenapa gak puna baju?"

"Soalnya gak punya uang, gak bisa beli baju"

"Tenapa gak puna uang? Gak kelja?"

"Enggak"

"Tenapa gak kelja? Papa, petlik culuh kelja di kantol Papa aja"

Guanlin kaget namun kemudian terbahak, Ayden kemudian berlari menuju kamarnya dan kembali dengan celengan berbentuk babi miliknya.

"Buat apa kak?"

"Nih, Papa beliin petlik baju dali celengan akak aja"

Guanlin menepuk keningnya, bisa bisanya Ayden berfikiran seperti itu.

"Kak, Patrick itu cuma karakter fiksi. Bagus kakak punya pemikiran membantu orang, tapi gimana ya kak" Saut Guanlin bingung.

"Gimana apana?"

Guanlin masih kebingunan menjawab pertanyaan Ayden. Ia tidak menyangka Ayden bertanya pertanyaan random begini.

"Papa, kata Papi kita halus belbagi cama yang membutuhkan. Petlik membutuhkan baju, Papa"

Guanlin menghela, "iya kak. Nanti ya kita berbagi. Emang ini celengan kamu isinya berapa?"

"Banak! Kemalin dikacih enma, enpa, akek, nenek langcung akak macukan cini"

"Wah pinter banget kakak. Simpen dulu ya kak, sampai banyak nanti kita berbagi"

"Tapi belbagi ke petlik ya?"

"Iya ke patrick" jawab Guanlin sembari terkekeh

Guanlin bisa sedikit bernafas lega kala Ayden mengakhiri pembicaraan mereka mengenai Patrick. Ia tidak menyangka Ayden tumbuh dengan sedikit random seperti ini, entah siapa yang menurunkan sifatnya itu.

Tidak lama ice cream pesanan mereka datang, Ayden segera berlari keluar dan mengambilnya.

"Papaaa ecklimna datang"

Guanlin terkekeh melihat Ayden berlari dengan satu kantong es krim berlari ke arahnya.

"Sini Papa bukain"

"Acikkk!!"

Ayden dan Guanlin memakan ice cream mereka masing masing sembari menyandarkan punggung mereka di sofa dan menonton spongebob.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now