8- Peristiwa Mengerikan

Start from the beginning
                                    

Derap langkah terdengar mendekat disusul dengan suara gaduh di sekitarnya.

"Mbak ada apa?"

Hanzel berjengkit saat seseorang menyentuh bahunya. Rasa takut kembali menyergap hingga tangisnya semakin kencang. Ia tidak tahu ada berapa orang yang mengelilinginya karena Hanzel menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Mbak kenapa? Orang di angkot tadi jahatin Mbak?"

"Dia apain, Mbaknya?"

"Mbak ndak apa-apa?"

"Ayo duduk dulu di warung saya, Mbak!"

Suara orang-orang saling bersahutan. Mereka mencoba menenangkan, tapi tubuhnya refleks menolak dan terus menghindar, takut hal tadi terjadi lagi.

Suara ponselnya terdengar, tapi Hanzel tidak tahu letak benda pipih tersebut. Ia juga tidak ingat di mana tasnya berada. Apakah Hanzel membawanya turun dari angkot atau tidak.

Dipikirannya saat ini hanyalah dirinya yang ingin pulang.
***

Suara seseorang yang tengah mengetik memenuhi sebuah kamar berbentuk persegi. Keadaan di luar sudah cukup sepi, hanya sesekali bising kendaraan terdengar. Gamma melirik ke arah benda pipih yang terletak di sebelah laptop berukuran 14 inci. Hampir dua puluh menit lalu beberapa panggilan masuk secara beruntun dari orang yang sama. Namun, sengaja ia abaikan karena tanggung dengan pekerjaannya.

Hanzel biasanya menelepon karena beralasan insomnianya kambuh. Ujungnya gadis itu akan terus mengajak bicara dan pekerjaan Gamma akhirnya tidak selesai tepat waktu.

Lelaki itu menghentikan pergerakan tangannya. Tiba-tiba merasa penasaran dengan pesan yang sejak tadi ikut ia abaikan. Gamma mengambil ponselnya membuka chat dari Hanzel yang membuatnya berubah khawatir.

Hanzel: Ga bisa jrmput? Aku takut
Hanzel: ada orang mabuk di angkpt
Hanzel: Dia godsin akutetus
Hanzel: Ga
Hanzel: Pppll

Setengah jam lalu.

Gamma langsung menelepon gadis itu. Jantungnya berdetak tak karuan selepas membaca pesan Hanzel. Ia berjalan ke sana kemari, menunggu dengan tak sabar sang pemilik menerima panggilan masuk darinya.

Tidak terjadi sesuatu yang buruk, kan?

"Azel-"

"Halo?"

Langkahnya terhenti. Ia mencoba menerka siapa yang sedang berbicara dengannya. Itu bukan suara Hanzel. Namun, dapat ia dengan keributan di seberang sana disertai suara tangisan.

"Zel? Kamu-"

"Mas? Mas maaf ini pemilik ponselnya nggak bisa diajak bicara. Masnya bisa datang ke sini?"

Ada apa?

Pertanyaan tersebut langsung menyerbunya. "Ada apa, Bu?" tanya Gamma cepat setelah yakin yang mengajaknya bicara adalah wanita paruh baya. "Temen saya nggak-"

"Mbaknya nangis terus, Mas tolong langsung datang aja ke jalan Aruji seberang Garmen ya, Mas."

Entah siapa yang mematikan telepon lebih dulu karena Gamma sudah tidak ingat apapun selain kunci mobilnya. Ia menutup pintu sembarang hingga terdengar bedebum keras. Naya yang berada di kamar sebelah langsung berlari ke luar.

"Ada apa, Kak?" tanyanya, tapi Gamma mengabaikannya dan berjalan cepat menuruni tangga. Naya ikut turun untuk mengejar. "Kak Gamma ada apa?" Tentu saja Naya menjadi ikut khawatir melihat raut muka sang kakak yang tampak sangat cemas.

Seandainya KitaWhere stories live. Discover now