Panggung Sandiwara

21 2 0
                                    

"Mengambil alih Arthdal? Bagaimana caranya? Dengan membunuh Tagon? Taealha?"

Eunseom telah membunuh Tagon dan Taealha puluhan kali, dengan berbagai metode, di dalam benaknya. Dan semuanya gagal. Tak semudah itu membunuh seorang raja dan ratu. Pengawal mereka banyak. Skill bertarung mereka juga tiada tanding. Makanan mereka pun dicicipi dahulu sebelum dimakan untuk menghindari resiko diracuni. Lagipula jika ia mendapatkan tahta dengan cara membunuh raja sebelumnya, ia akan diingat sebagai seorang pengkhianat. Rakyat Arthdal tentu tidak akan menerima seorang raja yang mengkhianati 'ayahnya'.

"Aku masih sedang memikirkannya. Pertama-tama, ajari aku segala hal tentang negeri ini, tentang Tagon, Taealha, juga Saya. Aku harus menjadi Saya."

"Aku tidak mau kau menjadi dia!" Tanya menolak dengan tegas.

"Kenapa? Apakah dia seburuk itu?"

"Bukan begitu. Aku mau kau tetap menjadi Eunseom yang kukenal."

"Seperti apa Eunseom yang kau kenal itu?"

Tanya menyentuh pipi Eunseom, "orang yang baik. Orang yang berjiwa kesatria dan juga berhati hangat. Orang yang menemukanku, menyelamatkanku, dan melindungiku."

Eunseom tersenyum kecil. Ia menyentuh tangan di pipinya, menggenggamnya.

"Aku akan tetap menjadi Eunseom yang seperti itu. Menjadi Saya hanya sebagai penyamaran. Kita tak bisa terus bersembunyi dari Tagon dan Taealha."

"Baiklah. Kita akan mulai pelajarannya besok. Sekarang ayo tidur, sudah terlalu larut."

Keduanya mencoba untuk memejamkan mata, namun tak berhasil menembus dunia mimpi. Eunseom kembali membuka matanya, menoleh menatap Tanya yang membalas tatapannya. Mereka terkekeh bersama.

~~~

Jabatan menteri administrasi kerajaan yang selama ini dipegang oleh Saya telah lama kosong. Sewaktu Saya diangkat menjadi jenderal perang, posisi itu sengaja dikosongkan. Beberapa orang yang ditunjuk sebagai bawahannya hanya mengurus hal-hal kecil. Kini Saya telah kembali dari medan perang, seharusnya mengisi kembali posisi itu. Tetapi Taealha mengusulkan untuk menempatkan orang lain menggantikannya, dengan alasan Saya yang masih dalam tahap penyembuhan yang mungkin akan memakan waktu lebih lama.

Sebelum Tagon menyetujui usulan sang ratu, pintu ruang singgasana dibuka. Eunseom melangkah dengan anggun seperti Saya. Ia melirik sekejap ke arah Tanya yang berdiri di jajaran para pejabat, kemudian berlutut hormat kepada sang raja.

"Hamba sudah siap kembali mengemban tugas, Niruha."

"Apa kau sudah baikan?"

"Jauh lebih baik, Niruha."

"Jangan memaksakan diri, nak. Istirahatlah beberapa bulan lagi sampai kau benar-benar pulih," Taealha sok cemas dan perhatian.

Eunseom diam-diam tersenyum sinis.

"Kondisiku sudah pulih, Yang Mulia Ratu. Silahkan suruh tabib memeriksaku."

"Mungkin secara fisik kau sudah pulih tapi secara mental..." Taealha mengetuk pelipisnya, "kau masih idiot -- maksudku hilang ingatan."

"Ingatanku memang terhapus, tapi kemampuanku tidak. Aku juga bisa belajar dengan cepat."

"Tapi--"

"Kau pernah bilang, jika aku tidak berguna lagi untuk negeri ini, maka aku akan disingkirkan. Aku tidak mau tersingkir."

Eunseom melirik ke arah kursi di sebelah Taealha, di mana ada bayi dalam keranjang yang tertidur di atas sana.

"Kursi itu seharusnya milikku."

(AC FF-IDN) DreamWhere stories live. Discover now