Heeseung suka cemilan, dia akan menyimpan banyak untuk dirinya sendiri. Mana tau jika bayinya juga memiliki pikiran yang sama.
Jaeyun menatap penuh binar jajaran cokelat dan permen di depan sana. Tangan gembul itu meraih berbagai macam makanan hingga memenuhi kedua tangannya.
Hanya cokelat tiga bungkus dengan permen yupi dua bungkus yang berhasil dia raih. Berjalan cepat sebelum sang ayah meninggalkannya.
Padahal Heeseung dari tadi diam membaca tiap komposisi untuk dia pilih sebagai cemilan Jaeyun.
"Sayang, daddy—"
"DADDY!" pekiknya. Tersenyum senang menunjukkan gigi-gigi mungilnya. "JEYUN MAU!"
Kalau dirampas lagi, yakin Jaeyun akan menangis. Maka, dia menggendong tubuh Jaeyun dan membiarkan Jaeyun meletakkan semua jajanannya di troli. Ekornya melilit tangan sang ayah lantaran senang.
"Kita belum ambil popokmu. Mau duduk atau jalan?"
"Jayan."
Tumben. Jadi, dia turunkan lagi. Jalan pelan saja sebab satu tangannya mendorong troli, sedang satunya menggandeng tangan kecil bayinya, "hm.. merek yang biasa cuman dua."
Dia melirik Jaeyun sebentar, "kalau merek lain tidak papa kan?" Menimang sesaat. Akhirnya dia meraih dua pack merek lain. "Kalau iritasi, dibuang saja. Atau untung Jungwon, barangkali cocok."
"Daddy!"
"Hm?"
"Jeyun mau!"
"Ap— astaga itu milik perempuan hey!"
"Jeyun pakai," katanya. Dia menunjuk pantat sendiri.
"Itu pembalut."
"Apatcuh?"
"Aishh..." Langsung dia gendong Jaeyun sebab sudah ada beberapa pasang mata yang cekikikan melihatnya. "Kembalikan sayang."
"Um~ Jeyun mauuuuu~" dia keras mempertahankan pembalutnya.
Tidak kehabisan akal, Heeseung dengan cepat mendudukkan Jaeyun di dalam troli kemudian menarik paksa pembalutnya. Mengabaikan si bayi yang menjerit-jerit.
"ANDE, ANDE!"
"BUAH!"
"Um?"
"Kita pergi ke tepat buah, Jaeyun bilang mau jeruk kan? Ayo kita kesana."
Sampai di bagian buah. Heeseung memarkirkan trolinya, dia memilih beberapa buah untuk mereka. Mengabaikan Jaeyun yang kembali berulah. Tangannya terjulur berusaha meraih buah terdekat, "ugh.. anggul~~"
Dia melirik perutnya yang tertahan troli, berusaha sedekat mungkin dengan tempat buah sampai tangannya berhasil meraih satu biji anggur yang lepas dari kawan-kawannya.
"Waaah~~" Jaeyun memekik senang lantas memakan buahnya tanpa dosa. Satu, dua, tiga kali sampai anggur keempat dia raih kembali. "Unggh~ Jeyun mau!"
Heeseung berkacak pinggang melihatnya, "Lee Jaeyun."
"Uhm?!"
Sepertinya Heeseung harus segera menyelesaikan ini.
•••
"Apatcuhh?" Jari kecil itu menunjuk makanan yang sedang Heeseung panggang. Ayahnya juga tampak sangat menikmati itu tanpa menghiraukan dirinya yang hanya diberi nasi semangkuk kecil.
"Daging." Dia lahap memakannya setelah daging itu di panggang.
Berkali-kali. Melihatnya, Jaeyun ikut membuka mulut saat daging itu masuk ke mulut ayahnya. Merasa geram sebab belum juga diberi jatah, Jaeyun kecil langsung melempar sendoknya ke meja dan memukul-mukul ayahnya sendiri.
"Jeyun mau! Jeyun mam itu!"
Heeseung tertawa sepanjang Jaeyun memukulinya, tidak sakit sama sekali. Sampai balita miliknya mulai mengeluarkan isakan, dia langsung memberikan secuil daging panggang yang sudah dia tiup di depan mulut kecil Jaeyun.
Bayi itu mengurungkan niatnya menangis, buru-buru membuka mulut menyambut makanannya.
Pipinya bergerak samar, Jaeyun mengunyah pelan dagingnya tanpa melepas cengkeram tangannya pada baju Heeseung. Dari mimik wajahnya, dia berusaha menerka-nerka dari rasa daging panggang sampai mata itu mengerjap dan berbinar-binar.
Dia suka, Jaeyun langsung membuka lebar mulutnya lagi.
"Suka?"
"Cuka cekali~~ A—"
Heeseung menyuapkan nasi dengan sumpitnya.
"DADDY!"
"Bercanda, bercanda, buka mulutmu.." dia langsung menyuapi bayinya sebelum menangis. Tidak enak jika membuat keributan meski Jaeyun bukan tipe yang menangis menjerit-jerit.
Pipi gembulnya bergerak secara bergantian, memakan daging panggang yang di bakar Heeseung sembari menunjuk nasi. Paham sekali bayi ini cara menikmati makanan.
"Pakai sayur, mau?"
"Ciyo."
"Lihat daddy, ini jauh lebih enak sayang. Coba sedikit saja."
Tampak sangat nikmat, mau tidak mau karena penasaran, Jaeyun membuka mulutnya ingin mencoba. Jari itu menunjuk selada di tangan Heeseung, "cedikit caja."
Heeseung kembali menurut, menyuapkan sedikit daging dengan selada pada mulut kecil Jaeyun yang terbuka. Menanti dengan sabar bagaimana reaksi Jaeyun. Saat makanannya dikunyah, dirasa cukup lama kemudian ditelan, Jaeyun kembali membuka mulutnya. Berhasil membuat ayah muda itu tertawa puas.
Sebelum Jaeyun meremat nasi di mangkuk kecilnya dengan tangan kiri, lalu mengarahkannya pada Heeseung, "daddy Aaaaa~~"
"Hah..."
"Daddy AAA!"
Satu jam mereka makan, dengan Heeseung yang menyuapi Jaeyun dan Jaeyun yang terus merecokinya. Nasi di mangkuk kecil itu habis diremat-remat yang sesekali rematannya disuapkan pada Heeseung.
Sekarang bayi puppy itu tertidur dengan pacifier di mulutnya. Keadaannya jauh dari berangkat tadi pagi. Celana jeans-nya sudah lepas akibat kekenyangan dan jaket denim-nya teronggok di kursi mobil sedangkan Jaeyun tidur pulas di kursi bayinya berselimutkan jaket milik Heeseung.
"Menyenangkan dan cukup melelahkan, sepertinya aku tidak sanggup jika tinggal berdua saja denganmu Jaeyun-ah. Semakin hari kau semakin aktif dan kau tidak mengizinkan aku untuk berkencan dengan siapapun astaga.. bayi ini. Kau mau aku melajang sampai tua?"
"Umm~~"
Heeseung menoleh, mendapati Jaeyun menggeliat sesaat sebelum melanjutkan tidurnya.
Terkekeh geli, dia berujar, "sepertinya iya."
•••
Sampai di rumah, lelaki bermarga Lee itu langsung menggendong Jaeyun ke kamar. Membaringkan bayinya yang masih tidur lelap dan makin nyenyak saat tubuh gembulnya langsung bersentuhan dengan kasur.
Dia jadi tidak tega memandikan Jaeyun. Berakhir mengganti bajunya dengan piyama dan membersihkan wajahnya dengan tissue basah sebelum dia mandi lalu kembali untuk merebahkan diri di samping Jaeyun.
Ayah muda itu mengecup cepat bibir kecil Jaeyun, pipinya, kemudian keningnya, "jangan cepat besar ya? Daddy akan mencari cara untuk membonsaimu agar kecil terus."
YOU ARE READING
𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒
FantasyLee Heeseung mengadopsi bayi hybrid atas rujukan sang bibi. Mengharuskan dia menjadi ayah muda dan menghabiskan seluruh waktunya untuk si bayi yang selalu menjeritkan kata 'daddy' setiap hari. "Sudah belum?" "Beyum." "Kenapa kau posesif sekali? biar...
A Date With Jaeyun
Start from the beginning
