IV

512 84 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ting!

"[Name], bos memanggilmu!"

"Baiklah, aku segera kesana!"

Lekas helm yang ia pakai diletakkan diatas meja miliknya, setelah habis keluar dari kantor untuk menjalankan tugasnya sebagai pengantar beberapa paket disekitar daerah tempat dia bekerja. Gadis yang rambutnya dikepang dua memeriksa ponsel disaku jaket birunya, tidak ada satupun panggilan atau notifikasi pesan yang tengah ia tunggu.

Walaupun, sudah beberapa kali mengirimkan pesan dan melakukan panggilan teruntuk seseorang yang terpampang jelas namanya dilayar ponsel, namun sama sekali tidak ada balasan dari orang tersebut.

Ini benar-benar gawat.

Ketika dia datang ke tempat kemarin dan menunggu kehadiran sosok pemain pesepakbola terkenal Itoshi, malah harus berakhir dengan harapan kosong. Sebelum bekerja, si gadis menyempatkan diri guna pergi kesana sesuai janji yang mereka tetapkan, guna mendiskusikan lagi rencana cuti dengan Itoshi.

Akan tetapi, Itoshi Sae tidak menampakkan batang hidungnya sekalipun.

Selama waktu yang dia janjikan. Entah Itoshi lupa atau mendadak sibuk hingga tidak bisa dihubungi.

Mau tidak mau, terpaksa karyawan Sentral 24 Jam ini menghadapi bos nya sendirian, tanpa bantuan dari siapapun. Mau gimana lagi. Lagipun, ini hanyalah masalah sepele yang cuma memerlukan alasan sederhana saja. Toh, sudah lima bulan semenjak tanda tangan kontrak setahunnya belum dia ambil bagian cuti kerjanya tersebut.

Dia cuma butuh putar otak lagi.

Helaan nafas rileks meluncur begitu didepan pintu ruangan bos [Name], "Kau hanya perlu tenang, jangan panik, kau pasti bisa." gumamnya demi memberi semangat pada dirinya sendiri sebelum masuk ke arena pertarungan melawan bos nya itu. Hingga, saat tangannya mendorong pintu masuk.

Hawa tegang langsung menusuk kulit si gadis yang sudah masuk kedalam ruangannya.

Lantas, dia membungkuk demi memberi sapa bernada sopan kepada sang atasan, "S—Selamat siang, bos! Apa anda memanggil saya?"

Sorot mata tajam tertuju tepat arah visual karyawannya yang baru saja masuk dan menyapa. Perawakan wanita tua paruh baya berkepala lima dengan penampilan bentuk tubuh agak menggempal pada kedua pipi itu menyuruh anak bawahannya duduk. Dia meletakkan putung rokok di asbak meja panjang.

"Duduklah, [Name]."

"Ah, iya, terimakasih."

Sontak, gadis kepang dua mendaratkan bokongnya pada sofa empuk yang berhadapan langsung dengan atasannya. Jangan tanya lagi suasana didalam kantor bernuansa vintage tersebut. Sudah pasti banyak tekanan menuju kepada [Name] yang tengah mengalihkan perhatiannya beberapa kali. Kedua tangannya saling mengusap kasar di atas paha, seakan gelagatnya sedang merasa gugup.

72 Hours? || Itoshi SaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang