"Hhmm...," Jimin memicing, menahan tawa.

"Ya sudah kalau tidak boleh." Sera buang muka, cemberut saat tawa Jimin terdengar sangat menjengkelkan di belakangnya.

"Hei, pagi-pagi sudah cemberut." Jimin berdiri dari kursi dan mengambil gelas kopi. Dia melirik Sera sebelum menyeduh kopinya dalam cangkir bening, berdiri menghadap Sera yang tengah sibuk dengan roti panggang dan sirup maple.

"Love, mau kopi atau teh?" tanya Jimin, nadanya selembut kapas, senyumnya lebih manis dari sirup maple yang tengah dipegang Sera.

Sera otomatis tertawa, berpaling pada Jimin dan tawanya jadi lebih lebar, saat Jimin tahu-tahu sudah mencium pipinya.

"Kopi, buatkan sama denganmu."

Butuh tiga menit lebih lama bagi keduanya menyiapkan sarapan, lalu menghabiskannya dalam lima belas menit dan bergegas berangkat. Sera menyambar tisu meja sebelum menyusul Jimin, menahan lengan pria itu di depan pintu lift sembari berjinjit.

"Kenapa?" tanya Jimin.

"Ada remahan roti." Sera membersihkan sekitaran dagu dan bibir suaminya dengan tisu, lalu meneliti sebentar penampilan Jimin dari atas ke bawah sebelum mengangguk pasti.

Jimin tertawa melihat tingkah istrinya, seolah-olah Sera manager yang tengah memastikan penampilan artisnya sebelum naik panggung.

Keduanya turun ke basement, selagi menyeberangi lobi bawah Jimin sibuk menerima telepon. Di sebelah Jimin, Sera tenggelam dalam grup chat karyawan Heur Magazine yang masih terus memberinya ucapan selamat, padahal pesta indah itu sudah berlalu empat hari. Sera jadi tidak enak hati, dia tidak mengundang teman kantornya dikarenakan kasus ayah mertua.

Saat keduanya hampir sampai dipintu lobi, Sera merasakan Jimin menahan lengan. Otomatis dia berhenti, menyadari nyaris menabrak pintu yang baru saja dibuka oleh petugas apartemen.

"Terima kasih," ucap Sera dan Jimin hampir bersamaan.

"Kalau tidak sempat jemput, nanti aku pulang dengan Sunghoon saja." Sera berkata saat sudah duduk di kursi mobil, sembari menarik safety belt.

"Oke," jawab Jimin singkat, lalu mobil melaju kencang meninggalkan pelataran apartemen.

Di sisa perjalanan keduanya membahas hal kecil tentang cuaca, atau tentang penampilan Sera yang terlihat manis dan lebih dewasa karena rambutnya digelung. Sera sering melihat Elena menggelung rambut dan terlihat anggun, dia memutuskan mencoba penampilan baru agar tidak bosan.

"Oppa, aku turun." Sera membuka pintu mobil, sesaat setelah mobil Jimin berhenti di depan kantornya.

Jimin mengangguk samar, memperhatikan Sera yang berbalik menghadapnya lagi.

"Ada yang ketinggalan?"

Sera menggeleng, memajukan badannya dan menarik bahu Jimin untuk dipeluk sebentar.

"Saranghae, semoga semua urusan hari ini lancar." Sera merasakan Jimin menggangguk, dia menunggu sebentar, tapi tidak ada ucapan apa pun dari Jimin sampai pelukannya melerai.

Sera turun dari mobil, memandang mobil Jimin melesat cepat meninggalkan pelataran, hilang dari pandangan. Dia menarik napas panjang sebelum memasang senyum terbaik, melangkah pasti menuju lobi, menyambut kesibukannya hari ini setelah menyisihkan semua dugaan yang lagi-lagi mengganggu pikiran.

🍁🍁🍁

Jimin tiba di kantornya di bawah sinar Matahari yang terasa hangat, sementara dia keluar dari mobil, melangkah cepat ke kantornya. Setelah terbebas dari deretan staf yang menyapa, Jimin sampai di ruangannya dan langsung disambut oleh seorang pria yang telah menunggu.

The CovenantOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz