"Mau temana?" Tanya Jaeyun penasaran.

"Jalan-jalan—"

"MAU! JEYUN MAU!" Balita lucu itu berlari meninggalkan mainannya dan memakai sandal motif bebek. Tidak mau kalah tampan dengan sang ayah.

"Terbalik sayang," dia membenarkan posisi sandal Jaeyun dan membiarkan bayinya mengekor. "Kita naik motor ya?"

"Waeee?" Jaeyun bertanya lagi, menatap bingung kendaraan yang baru saja dia lihat. Biasanya daddy membawa mobil besar, bukan itu. "Butan itu!"

"Sini, enak tau naik motor."

"Waeee?"

Tertawa gemas, Heeseung mengangkat tubuh kecil Jaeyun dan mendudukkannya di kursi depan. Kursi khusus bayi yang memang untuk motor.

"Ande, ande."

"Jangan takut, kita akan jalan-jalan dan jajan." Ucapnya seraya memasangkan helm bogo kecil di kepala bulat Jaeyun. Telinganya menyembul dari lubang khusus sebab semua hal untuk Jaeyun, Heeseung pesan secara khusus.

Membiarkan telinganya bergerak menerka-nerka apa yang akan ayahnya lakukan. Jaeyun berjengit lucu saat motor itu berjalan, "DADDY!"

"Tenang saja, tidak akan jatuh. Kau ini penakut sekali."

"Jeyun anio!"

"Hm.. tidak mau mengaku."

Ternyata tidak semenakutkan yang Jaeyun kira, lama-lama jadi suka juga. Dua tangan kecilnya berpegangan pada gagang spion, matanya beberapa kali menyipit diterpa angin.

Jalan melewati taman dimana banyak orang disana. Terus jalan sampai ke pasar malam.

"Apatcuhh?"

"Balon."

"Jeyun mau!"

"Nanti meledak."

Jaeyun memilih jadi penurut, tapi matanya kembali menangkap hal yang menarik, "apatcuh?"

"Lolipop."

"Daddy, Jeyun mau!"

"Terlalu besar untukmu, kita cari yang lebih kecil nanti."

"Waeeee? Jeyun cuka, becal cekali."

"Nanti sakit gigi."

Balita itu memicing curiga, bibirnya mengerucut sebal. Dia kembali pasrah menuruti permintaan sang ayah sedang Heeseung masih belum mau berhenti juga.

Tapi, namanya pasar malam. Ada banyak jajanan menarik yang Jaeyun lihat. Merengek sekesal-kesalnya, Jaeyun bertanya lagi, "daddy apatcuhh?"

"Hahaha... Itu permen kapas."

"JEYUN MAU!" Badannya bergerak gusar, memukul-mukul tangan kanan ayahnya yang sedang menyetir, "MAU DADDY! JEYUN MAU!"

"Sebentar-sebentar...."

"Ande, ande! Cetop, daddy cetop! Jeyun mau jajan canaaaa~~ ughh! DADDY TUYUN!"

"Iya astaga.." diparkirkan motornya. Lelaki bermarga Lee itu turun melepas helm dan juga helm Jaeyun kemudian menggendong bayi kecilnya jajan permen kapas. "Paman permen kapas sa—"

"CEPUYUH!""

Heeseung buru-buru membungkam mulut kecil Jaeyun, "satu saja paman."

"Mmmpuuahh! Waeee?"

"Tidak boleh banyak-banyak. Nah, ini permen kapas Jaeyun." Dia buru-buru membayar lantas pergi dari sana. Membiarkan Jaeyun memeluk permen kapasnya.

Setelah ini dia ingin membeli tteokbokki dan jajanan lainnya.

"Apatcuhh?"

"Tteokbokki."

"Wahhh, apatcuhh?"

"Tanghulu."

"Eeeh? Tanguyu?" Beonya. Jelas-jelas itu buah yang sering dia makan di rumah, Jaeyun kenal buah itu. "Ani, anggul!"

Heeseung tertawa sepanjang jalan, semuanya dipertanyakan. Jaeyun penasaran dengan banyak hal. Termasuk yang satu ini.

"Apatcuhh?"

"ASTAGA!" Dia langsung menutup mata kecil Jaeyun lantas putar arah sembari mengumpati dua orang yang asik berciuman di sudut pasar. "Kita pulang ya?"

"Waeeee?"

"Kita makan semua jajanan kita. Oke?"

"Owkeey!" Ekornya mengibas udara, tangannya memeluk erat leher sang ayah setelah pandangannya bebas. Mata kecil itu mengintip dibalik pundak tegap ayahnya.

Dua orang itu masih berciuman, sebelum salah satunya berbalik membuang pandang. Menyugar surainya ke belakang.

Mata bulatnya berkedip, Jeyun bergumam lucu, "paman cunghun?"

Mata bulatnya berkedip, Jeyun bergumam lucu, "paman cunghun?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒Where stories live. Discover now