"It's you.. Isn't it?" Mata Owen memincing menatap Zophy penuh murka, tapi wajahnya tetap dingin dan datar.

Zophy mengendikkan bahu, playing innocent. "What're you talking about?"

"It's you! Admit it!"

"What did I do?"

Owen semakin menggeram, seperti hewan buas yang siap bertarung. Sementara Zophy tersenyum menantang, anak ini memang tidak kenal takut.

"Okay, class, please calm down," instruksi Mrs. Colin.

Dia menghela napas panjang dan memijat keningnya, murid-murid di kelas ini normal hanya jika Zophy dan Owen tidak masuk. Kapan kedua sejoli tidak masuk? Mereka rajin, masuk terus!

Malah kadang murid-murid yang bermasalah tuh rajin masuk.

"Owen, did you sleep during the lesson in my class?"

Owen tidak bisa mengelak, buktinya kuat. Jadi dia menerima konsekuensi. Toh, dia juga tidak takut. Mau dihukum ya hukum saja. Paling membersihkan ruang kelas atau toilet.

"Yes, mam. I did."

"Pft-"

Lirikan Owen ini mematikan sebenarnya, tapi Zophy ini kebal. Mau Owen meliriknya sampai nanti malam tidak akan mati yang ada nanti malah jatuh cinta, no.

Mrs. Colin menggeleng kepala, hal seperti ini bukan satu kali dua kali terjadi. Sudah makanan sehari-hari para guru. Tidak ada gunanya marah, dia sudah capek.

"Baiklah, karena sudah tidak ada lagi pertanyaan. Kita langsung saja ke tugasnya, ya." Mrs. Colin mulai menjelaskan membiarkan Owen lolos sekali ini saja. "Kita akan memulai tugas kelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang dan saya yang akan membaginya biar adil."

Mrs. Colin mulai membagikan kelompok. Dia membagi dengan adil, di setiap kelompok ada 1 anak yang pintar.

"Lalu, Zophy.." Pandangan Mrs. Colin menyebar ke ruang kelas, sedang mencarikan perempuan itu pasangan kelompok yang cocok. "Apa kau mendengarkan penjelasan saya tadi di saat pelajaran?"

Zophy mengangguk. "Tidak seperti oknum tertentu, saya selalu mendengarkan," ujarnya sembari melirik Owen tipis-tipis.

"Bullshit," ucap Owen sengaja agak keras supaya bisa didengar Zophy.

"Good," puji Mrs. Colin dengan senyuman. "Kalau gitu bisa dong kamu sekelompok sama Owen. Dia nggak mendengarkan pelajaran saya soalnya. Owen dan Zophy, ya."

Rahang Zophy terbuka lebar, kalau Owen terbuka kecil saja. Sontak keduanya berdiri dan menggebrak meja bersama. "ABSOLUTELY NOT!" / "AIN'T HAPPENING!"

Setelah serempak berteriak menolak, Zophy dan Owen menatap satu sama lain dengan kemarahan yang menggebu-gebu. Padahal sebelumnya hubungan mereka sudah membaik. Kalau saja Zophy ini tidak berulah.

No wonder why Owen hated her in the first place. Mereka berdua sama saja, sih.

"Jangan harap kita sekelompok!" Zophy menodong Owen menggunakan bolpoin yang ia pegang.

"Orang mana juga yang mau sekelompok denganmu," balas Owen seraya melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukan sisi dominan.

Zophy berkacak pinggang. "Kau pikir di kelas ini ada yang mau sekelompok denganmu?"

"Banyak."

"Oh, yeah? Let's see!"

Zophy menarik napas dalam sebelum berteriak dan seisi kelas mendengarkan. "Di sini ada yang mau sekelompok sama Owen nggak?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Let's Break The Wind Where stories live. Discover now