"Mama kesini sama siapa? Papa?"

"Enggak. Sama Bundanya Renjun, tapi dia lagi bantuin Renjun masak di bawah"

Guanlin mengangguk, masih mengusap punggung Ayden yang sepertinya mulai tertidur lagi.

"Udah tidur lagi tuh Lin. Rebahin aja ke ranjang, biar nyaman"

"Gak mau, ma. Pasti langsung kebangun, kan Ayden kalau sakit emang gak mau jauh dari Alin"

Mama Guanlin terkekeh. "Kalian ini akurnya kalau kakak lagi sakit doang. Selebihnya ribut mulu"

Guanlin ikutan terkekeh, ya memang benar yang dikatakan oleh Mamanya itu.

Tidak lama Renjun dan Bundanya masuk ke dalam kamar sembari membawa bubur yang mereka buat. "Loh? Tidur lagi?" Tanya Renjun yang di angguki Guanlin.

"Lin, besok besok jangan ninggalin Ayden sendirian gitu lagi ya. Musibah gak ada yang tau, nak. Kamu kalau kerepotan bisa bilang Bunda atau Mama kamu. Kami siap kok jagain cucu cucu kami"

Guanlin menoleh kepada mertuanya, ia kemudian mengangguk. "Iya, bun. Maafin Alin"

"Bunda nggak nyalahin kamu, cuma ya buat pelajaran aja"

Guanlin kembali mengangguk. "Punggung lo gak pegel?" Tanya Renjun.

"Pegel, tapi ya mau gimana? Gue gerak dikit pasti kebangun"

Renjun mendekat, mengusap tengkuk Guanlin. "Nanti gue pijetin" ucapnya sembari mengedipkan satu matanya membuat Guanlin terkekeh.

"Ini Mingrui udah waktunya mandi kan? Mama mandiin dulu ya"

Renjun menoleh kemudian mengangguk. "Renjun siapin bajunya ya Ma. Habis itu nanti Renjun masak buat makan malam. Mama sama Bunda makan malam disini aja"

"Bunda bantuin, dek. Nanti Ayah juga pasti nyusul kesini" saut Bunda Renjun.

Mama Guanlin langsung membawa Mingrui ke kamar mandi setelah Renjun menyiapkan air dan juga keperluan mandi Mingrui. Setelahnya Renjun dan bundanya turun untuk memasak makan malam.

Sekitar pukul setengah tujuh malam, Renjun kembali masuk ke dalam kamar dan masih mendapati Guanlin dan Ayden di posisi semula, namun kini Guanlin tengah memainkan ponselnya sembari memeluk Ayden.

"Belum bangun, lin?"

"Belum. Tadi sempet kebangun, kayaknya lagi mimpi buruk. Tapi gak lama, nangis bentar terus lanjut tidur lagi"

"Efek obat kali ya" Renjun mengusap pelan kepala Ayden. "Oh iya, kalau kakak bangun langsung bawa turun ya. Papa Ayah juga udah di bawah. Siap siap lu di sidang lagi kenapa Ayden bisa lo tinggalin sendirian"

Guanlin mendengus. "Namanya juga musibah"

"Ihhhh gemes banget gue sama lo!" Ucap Renjun sembari mencubit pipi Guanlin.

"Pwapiii.." gumam Ayden disela tidurnya

"Kenapa kak?"

"Pwapi belicik" lanjutnya sembari semakin menyamankan tidurnya di dekapan Guanlin.

Guanlin menahan tawanya, baru kali ini Ayden berada di pihaknya. Renjun menatap tak percaya sembari menggeleng pelan.

"Dih gak asik banget jadi komplotannya Papa"

"Ngalah lah yang, sekali kali gue ada pasukannya"

Renjun mencebik, "ya udah jangan lupa turun pokoknya kalau udah bangun"

"Udah bangun nih sebenernya, cuma mager aja dia melek" ucap Guanlin sembari menggoyangkan lengan Ayden. "Kak, Grandpa di bawah tuh, bawa banyak mainan"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now