Chapter 79 ♗

Mulai dari awal
                                    

Vamir berbalik pergi bersama keenam mage Palis yang lain. yang mengenakan penutup kepala hingga wajah mereka tidak terlihat. Valias sesaat bertanya-tanya kenapa Vamir menjadi satu-satunya yang tidak memiliki penutup kepala serupa.

Vetra melihat Vamir dan para mage Palis itu yang sudah akan segera meninggalkan mereka. Dia cepat-cepat bolak-balik menoleh ke arah Vamir dan juga Valias. "Tuan Muda. Apa yang Anda coba lakukan? Anda sungguhan membiarkan mereka pergi?" dia berbisik dengan wajah gelisah setengah mati.

Valias diam menyangkutkan matanya pada Vamir dan para mage Palis yang memunggunginya.

"Yang tadi sudah cukup."

Seperti yang sudah sempat diucapkan Darius, Vamir sang salah satu mage Palis terbutakan oleh kekagumannya pada Jorel sang gubernur. Yang menjadi musuh utama kelompok Vetra adalah orang tua itu. Sedangkan figur seperti Vamir, hanyalah sosok figur yang masih bisa diputarbalikkan pemikirannya. Bualan kosong yang barusan dia berikan untuk Vamir pasti sudah mengganggu pemikiran juga keyakinan mage itu sedikit. Valias tidak merasakan keharusan untuk berburu-buru.

Akhir dunia. Vamir pasti memperoleh ucapan itu dari sesuatu yang diberitahukan seseorang kepadanya. Dan seseorang itu dapat diyakini adalah Jorel.

Karakter seperti apa Jorel? Ini dunia cerita fiksi. Jika Jorel adalah semacam karakter musuh, Valias seharusnya bisa menebak ciri-ciri khas juga sifat yang sekiranya akan dimilikinya. Apa tujuan yang dia punya? Apa yang incar? Apa yang dia inginkan? Lalu, tentang akhir dunia itu, darimana dia memperoleh omong kosong tersebut?

Apakah itu hanya hasil dari halusinasinya, omong kosong yang dia buat untuk dapat mengincar sesuatu yang lain, atau,

Ada sosok lain yang memberitahunya akan keberadaan akhir dunia itu.

Valias mulai memikirkan keberadaan sesosok dalang yang menjadi penyebab munculnya pemikiran akan akhir dunia juga kiamat itu pada Jorel.

Kemudian tertegun sekaligus dibuat tersadar dari pemikiran-pemikiran berspekulasinya ketika dia menyadari kehadiran belasan hingga puluhan atensi orang-orang yang tertuju ke arahnya. Para mage teman-teman Vetra menaruh pandangan mereka padanya dengan raut melongo juga penuh rasa tidak percaya.

Valias menyadari apa yang baru saja dia pertunjukkan kepada para mage itu. Hanya diam balas memandang ke arah mereka datar.

Vetra menyadari apa yang pasti sedang berada di benak semua teman-temannya itu. Dia dengan kikuk juga salah tingkah mencoba bertindak menenangkan teman-temannya yang sejatinya pun memang tidak membuat keributan sama sekali. "A- Ah. Tuan Muda-- Valias hanya mencoba membantu. Beliau--"

Vetra pun menemui jalan buntu tentang apa lagi yang harus dia ucapkan. 'Beliau tidak benar-benar menerima pesan Dewa'? Dia diam membisu di sana.

Tapi dia juga menjadi ingin tau. Ucapan-ucapan yang dibuat oleh Valias barusan, apa mereka sebenarnya? Sebelumnya dia sudah dibuat mendengar pengetahuan kalau Hayden akan berperang. Lalu dia dibuat melihat sesosok elf. Sekarang, akhir dunia? Apa ini? Namun Valias juga tampak sama tidak mengertinya dengannya. Walaupun Valias juga telah mengucapkan beberapa kalimat lain yang membuat Vetra kebingungan tentang apa sebenarnya yang sedang ada di pikiran Valias tadi. Putra Bardev itu bahkan memperkenalkan dirinya sendiri dengan nama lain.

Semua mage itu pasti punya kesibukan pikiran mereka masing-masing. Mempertanyakan pertanyaan yang serupa antara mage satu dengan mage lainnya. Namun, Caessar memecahkan keheningan yang nyaris membuat canggung itu. "Tuan Muda Valias, benar? Maafkan saya yang masih belum terbiasa dengan cara panggilan baru ini. Izinkan saya berterimakasih karena sudah menyelamatkan Selim Darius. Kami akan mengingat jasa Anda." Caessar berkata seraya merendahkan kepala dan menempatkan satu tangannya menempel pada dada ke arah Valias.

[HIATUS - 2026] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인 (🌘CFYM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang