5. bus

38 29 2
                                    

kalo emang udah Takdir nya, pasti bersama ko..

Z

¶¶

Zulfa dan zalfan berlari ke arah ndalem, sesekali melempar tawa dan candaan sekilas, lama mereka tak bermain bersama. Dilihat ndalem sepi seperti tak ada orang, mereka pun memutuskan untuk pergi ke danau di belakang masjid, dengan langkah bersamaan keduanya pergi ke sana.

"Abang kejar ufa!!." Teriak Zulfa berlari meninggalkan zalfan yang hanya tersenyum menanggapinya.

Zalfan pun ikut berlari mengejar adiknya, dengan cepat zalfan menangkap sang adik membuat Zulfa tertawa kencang, lama juga zalfan gak mendengar tawa lepas adiknya itu. Sesekali zalfan menggelitiki perut sang adik dan membuat nya kembali tertawa.

"Abang udah..." Rengek Zulfa.

"Kira-kira kakek kemana ya?." Zulfa kembali membuka suara ketika mereka sudah berada di depan masjid, zalfan menggeleng kecil sebagai jawaban.

ketika matanya sibuk mencari kakeknya, ia tak sengaja melihat seorang ustadz yang dulu pernah bertemu dengannya disini, ustadz yang memberikannya hukuman membaca surah aj-jin, tapi Zulfa tak memenuhi ucapannya hari itu , ia tak menemui ustadz itu kembali ketika dulu bilang jika ia akan kembali untuk menjalani hukumannya.

Merasa tak enak sendiri, Zulfa berniat menemui ustadz itu dan menjalani hukumannya sekarang.

"Abang, temenin ufa ketemu ustadz itu yuk." Ajak Zulfa pada sang kakak, sebari menunjuk dalam masjid.

"Gak sendiri aja?."

"Kan gak boleh cowok sama cewek berduaan, ntar ketiganya setan."

"Eh, iya. Yudah ayok."

mereka pun akhirnya masuk ke dalam masjid untuk menemui ustadz yang dulu sempat Zulfa temui, zalfan tak mengenalnya karena memang zalfan jarang kemari, lagipun ia baru tinggal dua mingguan disini.

"Assalamualaikum." ujar Zulfa dan zalfan berbarengan mengucapakan salam, ustadz itu menengok ke arah mereka dengan membalas salam.

"Gus zalfan." ujarnya menatap zalfan dengan senyum yang lebar.

ustadz itu berdiri untuk menyalami tangan zalfan, zalfan hanya tersenyum sebari menarik tangannya untuk tidak di cium oleh ustadz itu, sang ustadz pun hanya tersenyum kikuk.

"ada perlu dengan saya gus?." tanya sang ustadz sopan.

zalfan menggeleng kecil, "bukan saya, tapi adik saya." Zalfan menjawab dengan menunjuk Zulfa dengan tatapan matanya.

Ustadz itu melihat Zulfa sekilas, sedikit terkejut ketika tau siapa gadis itu, ia hanya mengangguk kikuk, "oh, ng-nggih Gus."

"gue bukan niat ngelanggar janji, tapi serius gue sibuk banget dan gak punya waktu buat Dateng, lagipula gue bukan santri disini, jadi hukuman masih berlaku?." Zulfa mengatakan niatnya di hadapan pria itu.

"Maaf saya sudah salah paham, ning tidak usah jalanin hukuman itu lagi, nggih?saya bebaskan ning zulfa dari hukumannya."

Zulfa tersenyum senang, akhirnya. Untung saja, sungguh jika pria di hadapannya ini masih nekat menghukum dirinya, ia akan menyuruh kyai Hasan untuk menghukum nya lebih dulu, sebelum menghukum dirinya.

"kamu ngabdi disini?sudah berapa tahun?." Tanya zalfan mengalihkan topik.

Mereka bertiga tengah duduk kini di dalam masjid, zalfan dan ustad itu yang sering mengobrol singkat dan Zulfa yang tak peduli dan memilih berkutat dengan handphone nya.

Garis Takdir Z (End)Where stories live. Discover now