Dengan sedikit kekehan ia berucap, "Lo berhenti nangis atau mau jadi koleksi patung tanpa kepala selanjutnya, Kim Jungoo?"
Jungoo langsung terdiam, ia sibuk menetralkan nafasnya yang terasa terputus beberapa saat lalu.
Jonggun meraih sebotol minuman keras yang memang diletakkan pada meja di samping sofa yang mereka duduki. Ia menuang pada gelas minuman berkadar alkohol tinggi tersebut. Disodorkan gelas tersebut pada Jungoo yang sudah bernafas lebih baik.
Suara rendah Jonggun berbisik tepat pada telinga Jungoo, "Minum."
Rasa pahit dan panas seperti terbakar menjalar memenuhi tenggorokannya. Jungoo meringis, ia langsung pusing. Dia tak pernah minum alkohol sebelumnya.
Pria dengan marga Yamazaki itu terkekeh, ia mendongakkan si pirang yang terkulai lemas pada pundak kokohnya. Wajah dengan kulit putih itu memerah, rengekan tak jelas keluar dari bibir yang terluka akibat gigitan yang kuat. Jonggun merasa gemas(?), ia tak pernah mengira jika orang mabuk akan selucu ini.
Tuan Muda Yamazaki itu kembali mendekatkan tubuh mereka, ia memeluk tubuh yang masih dalam pangkuannya. Tangan miliknya masuk ke dalam piyama yang dikenakan oleh pemuda yang sedang dalam pengaruh alkohol. Telapak tangan yang sering bermandikan darah mengusap punggung si pirang. Tak ada bekas luka yang tak bisa hilang, rupanya si Pak Tua itu sangat mengerti bagaimana menjaga sebuah barang agar tetap terlihat indah.
Lambat laun Jonggun mendengar dengkuran halus, entah kenapa semakin lama ia juga merasa mengantuk. Padahal sebelumnya ia harus meminum sebuah obat tidur terlebih dahulu agar bisa terlelap. Jonggun merebahkan dirinya dengan nyaman pada sofa yang tergolong luas. Ia tak bersusah payah untuk menidurkan Jungoo pada ranjang, dengan santai nya ia membiarkan Jungoo tidur pada dadanya.
Raut si pirang itu masih gelisah, Jonggun tak peduli, ia memberi gigitan-gigitan kecil pada leher Jungoo, menimbulkan kissmark yang terlihat sangat jelas. Untuk terakhir kalinya pada malam itu Jonggun menggigit leher Jungoo cukup dalam, hingga tanda yang lebih besar tercetak jelas. Jungoo bahkan sampai meringis dalam tidurnya. Seakan puas dengan tanda yang ia buat barusan, Jonggun menyeringai sangat lebar.
Lagipula bukannya sangat penting untuk memberi tanda pada sebuah barang milik kita kan?
.
.
Hidangan yang menggugah selera tertata rapi di atas meja makan. Sangat berlebihan untuk porsi satu orang. Tetapi memang seperti itulah kehidupan orang yang dipenuhi oleh lautan uang. Mereka dapat mengeluarkan berapapun lembar uang hanya untuk memenuhi kesenangan.
Jonggun menyuapkan sepotong daging sapi yang telah dimasak dengan sangat sempurna ke mulutnya. Menikmati setiap gigitan yang penuh dengan cita rasa. Sepasang manik kelamnya melihat sekitar, ia menatap para pengawal nya yang berdiri dengan tegap disekitarnya. Sebenarnya Jonggun merasa hal seperti ini tak perlu. Para pengawal ini hanyalah sebuah formalitas menurutnya. Mereka bahkan sangat tak berguna dibeberapa waktu, kecuali Kepala Pengawal yang lumayan bisa diandalkan. Tetapi tak apa, syarat dari pekerjaan yang dilakukannya adalah memiliki sebuah anggota. Lagipula jika Jonggun kesal, ia bisa meninju salah satu dari mereka, dan waktu itu barulah Jonggun merasa bahwa mereka 'sedikit' berguna.
Merasa bosan Jonggun memanggil si Kepala Pengawal, "Shaorung."
Pria berambut panjang dengan postur tubuh yang sangat sempurna mendekat ketika namanya dipanggil, ia membungkuk sekilas, "Ya, Tuan?"
Jonggun memberi perintah, "Panggil Kim Jungoo kesini."
"Baik Tuan." Ucapnya dengan sopan dan kembali membungkuk sebelum pergi.
Jonggun menatap datar pada jam besar yang berada pada rumahnya. Jarum pendek pada jam besar itu sudah menunjukkan pukul 11 siang, bahkan ini hampir tengah hari. Ia akan ada sebuah pekerjaan sebentar lagi, mungkin ini adalah pekerjaan yang cukup normal menurutnya.
YOU ARE READING
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo
