Mata mereka masih menatap, tetapi Jungoo kemudian mengalihkan pandangan nya ke bawah. Rasa nya ia seperti akan mati karena atmosfer dari pemuda Yamazaki yang terasa begitu mendominasi.
Jonggun mendongakkan wajah Jungoo agar kembali menatapnya, ia mengecup bibir pemuda yang sedang ketakutan itu sekilas. Saat itu juga Jungoo merasakan jantungnya seperti merosot, ia tak dapat berpikir apapun.
Pemuda dengan netra hitam itu berjalan elegan menuju sofa yang berada dalam kamarnya, meninggalkan Jungoo yang masih tak bergeming barang se inchi pun dari ranjang.
Dengan minimnya pencahayaan dalam ruangan, Jungoo melihat bagaimana Tuan Muda itu duduk dengan penuh wibawa dengan menyesap sebatang rokok, kepulan asap yang memenuhi wajah dari Tuan-nya terlihat samar, saat pandangan mereka bertemu Jungoo memutus kontak mata yang terjadi dengan gugup.
"Kesini, Jungoo." Jonggun menjentikkan jarinya sebagai isyarat agar yang diperintah mendekat.
Jungoo otomatis menuruti perintah, langkah kakinya gemetar, rasanya seluruh tubuhnya tak punya tenaga. Dengan pelan ia melangkah menuju yang memberi perintah. Ia berdiri tepat dihadapan Jonggun, Jungoo tertunduk, tatapan orang yang telah membelinya ini terasa menusuk, Jungoo merasa seperti dikuliti. Merasa tak nyaman Jungoo meremat piyama yang dikenakan gugup.
Jonggun menghembuskan rokok yang di sesap, "Duduk." Perintahnya kepada Jungoo yang terus menunduk.
Jungoo mendudukkan diri pada lantai beralas karpet yang tentunya sangat mahal.
Melihat itu Jonggun mengernyit, ia berdecak kesal, "Gue enggak nyuruh lo buat duduk disitu Kim Jungoo."
Jungoo bingung, dimana dia harus duduk? Bukannya memang seperti ini, dia kan hanya sebatas 'peliharaan'?
"Duduk disini." Jonggun menepuk kedua paha kokohnya, menyuruh agar Kim Jungoo duduk pada pangkuannya.
Jungoo membelalak tak percaya, kesialan apalagi yang akan ia hadapi setelah ini?
Merasa tak direspon, Jonggun berucap dengan suara yang penuh dominasi, "Duduk, lo enggak punya alesan apapun buat nolak."
Jungoo berdiri, ia menatap dengan ragu-ragu, apalagi ketika melihat manik hitam yang memandangnya intens. Jonggun menarik tubuh ringkih itu dengan kuat, membuat Jungoo langsung duduk pada pangkuannya.
Jonggun melihat reaksi pemuda rambut pirang tersebut yang tak berani menatapnya, kenapa sih Kim Jungoo ini takut sekali kepadanya? Masih untung Jonggun berbaik hati dengan tak langsung memotong tangan Jungoo karena tak becus melakukan handjob kemarin.
Tangan-tangan penuh ototnya mengusap pinggang yang sangat ramping untuk ukuran lelaki. Jungoo sedikit berjingkit, ia menggigit bibirnya sendiri.
Jonggun bertanya dengan masih melalukan kegiatannya, "Berapa usia lo?"
"22 tahun, Tuan." Jungoo menjawab lirih.
Jonggun mengernyit, yang benar saja, pemuda ini tak terlihat seperti 22 tahun, Jonggun kira Jungoo masih dibawah umur. Ia semakin mendekatkan tubuh mereka hingga tak ada jarak diantara kedua nya. Ia mengendus leher putih milik Jungoo, sesekali sapuan lidah basahnya akan mengenai tulang selangka yang menonjol.
Jungoo menggigit bibirnya dengan kuat. Menahan semua kepingan memori menakutkan yang kembali kepermukaan. Air matanya menetes pada mata yang terkatup rapat.
Jonggun merasakan tubuh yang bergetar halus dalam pangkuannya. Jonggun tersenyum sangat lebar ketika mendapati Jungoo yang menangis tanpa suara. Ia menghentikan kegiatan mengendusnya. Jonggun meraih wajah Jungoo agar tepat menghadapnya, ibu jarinya yang lumayan kasar menghapus air mata yang berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar || GunGoo
Acak"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo
