Chapter - 1

17 1 0
                                    

"Cepat!" Alfhen menarik lembut istrinya, Viona, yang baru saja melahirkan sang buah hati. Nephilim itu menuntun Viona yang merupakan seorang manusia menuju jalan tak berarah. Menghindari monster yang turun dari sebuah kilatan cahaya jingga di tengah langit yang semakin menggelap.

Pepohonan berguncang dan jatuh seiring dengan monster yang menapak ke tanah. Getarannya bahkan mampu menghancurkan bangunan gedung yang kokoh. Tanah beraspal retak berhasil mengeluarkan suara menggeram yang mengerikan.

Suasana siang itu mendadak seperti kiamat. Langit gelap, bangunan runtuh, dan getaran gempa kecil membuat semua penghuni kota berhamburan. Mobil-mobil saling bertabrakan. Sehingga menciptakan ledakan hebat yang bertubi-tubi. Suara teriakan bergema tak henti-hentinya, sangat hara-huru.

"Aku tidak kuat lagi, Alfhen!" Viona merintih dengan langkah gontai. Darah mengucur hebat dari selangkangan yang tertutup gaun lebarnya dan mencipatakan jejak darah segar di aspal yang sudah retak tak beraturan. Beberapa kali dia tersandung kakinya sendiri karena sudah lemah. Perutnya sangat sakit pada bagian bekas melahirkan.

Alfhen lalu membopong Viona, melangkah lebih cepat dari monster layaknya membidik seseorang. Matanya bertatapan dengan mereka. Seketika monster tersebut mengejarnya. Sial! Alfhen melambat, langkahnya kian mengecil dengan napas yang terengah-engah. Dirinya begitu melemah karena sebagian besar kekuatannya mengalir ke buah hati yang masih tertidur nyenyak di dekapan Viona. Alfhen menatap nanar sang bayi, tersulut semangat untuk terus melindunginya.

Disekitar ada lebih dari lima monster yang mengejar Alfhen. Monster setinggi menara pemancar dengan badan berbulu hitam dan bergigi tajam. Di kepala mereka tersemat beberapa tanduk, ada yang memiliki dua bahkan empat tanduk dengan letak yang berbeda-beda di setiap kepala. Ada yang di dahi, wajah, kepala belakang, atau samping kepala. Bulu mereka pun tampak kumal dan gimbal, mata jingga menyala terang tertuju padanya. Tatapan membunuh mereka menebarkan teror ketakutan dan kepanikan.

Alfhen memicingkan mata, mengedarkan pandangan ke segala penjuru, mencari suatu bangunan untuk bersembunyi. Matanya terpaku pada sebuah bangunan yang masih berdiri dengan kokoh. Hanya saja pecah di bagian jendelanya, pintunya pun sudah terbuka lebar. Sesosok wanita tua juga berteriak minta tolong dengan terseok-seok dari dalam rumah.

"Ayo kita sembunyi di sana," ujar Alfhen lalu membawa Viona menuju bangunan tersebut. Namun, rencana Alfhen terhalang saat sebuah kaki berbulu dan berkuku tajam yang berukuran hampir satu meter menginjak bangunan yang hendak dia masuki. Pupilnya melebar, terkejut saat kematian berada hanya sejengkal saja dari dirinya. Darah mengalir dari celah bebatuan yang terinjak. Wanita tua malang itu ikut terinjak bersama dengan bangunannya.

Alfhen mendongak, sesosok monster dengan mata satu di tengah wajah dan gigi tajam seperti gergaji menatapnya berbarengan aura membunuh. Alfhen mematung sejenak, tubuhnya bermandikan peluh kecemasan. Alfhen berusaha mencari bangunan lainnya. Sebuah toko hewan masih berdiri walaupun sisi bangunan itu telah hancur. Suara gonggongan anjing ramai terdengar dari dalam. Alfhen segera berlari menuju toko itu. Namun, monster lain juga menginjak toko itu, seakan tahu ke mana Alfhen akan pergi.

Alfhen segera menjauh, tenaganya semakin melemah. Beban Viona memberatkan lengannya sehingga memaksa Alfhen untuk menurunkan Viona. Aku harus mengeluarkan Viona dari sini! Tapi bagaimana caranya? batin Alfhen panik. Dia terus memutar pandangan mencari tempat berlindung, namun monster tersebut sudah semakin mendekat. Salah satu monster mengangkat kaki lantas bersiap menginjak Alfhen yang memeluk Viona dan sang bayi sambil tertunduk.

Tiba-tiba, cahaya datang memukul tanah dan seseorang muncul dibaliknya. Cahaya tersebut sangat menyilaukan dan membuat monster-monster itu teralihkan. Alfhen dan Viona menatap dengan takjub saat melihat seseorang yang memendarkan cahaya itu. Monster itu ikut menoleh sosok tersebut dan mulai berjalan ke arahnya.

EPIC (Re-Written)Where stories live. Discover now