Guanlin menarik nafasnya dalam, sedangkan Renjun yang sudah duduk di kursinya sontak menoleh. "Mau pupup kak? Turun dulu ya? Pupup dulu diantar Papa" ucap Renjun yang diangguki Ayden.

"Kenapa gak daritadi sih cil pas masih di dalam? Giliran udah ketutup semua pintunya malah minta pup"

"Jangan dimarahin. Mending dia bilang ketimbang tiba tiba pupup di celana" saut Renjun menasehati suaminya.

"Iya iya. Ayo kak, ayo masuk lagi sama Papa"

Ayden mengangguk, Guanlin kembali melepaskan Ayden dari carseatnya dan menggendongnya kembali masuk.

Selang lima belas menit, Guanlin kembali dengan Ayden yang sudah berganti pakaian.

"Loh? Kenapa ganti baju?" Tanya Renjun

"Pwapa ndak mawu nyebokin akak. Akak diculuh coba cebok cendili, jadi bajunya akak bacah Pwapi.." jawb Ayden lirih

Renjun menoleh pada Guanlin dengan tatapan meminta penjelasan. "Kan gue ngajarin kakak mandiri yang, biar dia nyoba cebok sendiri"

"Hadehhh.. ya udah deh, ayo udah telat nih"

Guanlin mengangguk, setelah memastikan semua pintu dan pagar terkunci, ia kembali masuk mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju rumah sakit tidak jauh dari rumahnya.

Awalnya semua berjalan lancar, hingga tiba giliran Mingrui harus di imunisasi.

"Hikss... Dedekkkk.." Ayden kembali mulai terisak

"Haduhhh, gapapa kak dedeknya biar sehat" ucap Guanlin yang menggendong Ayden di dekat ranjang yang ditempati Mingrui imunisasi.

"Gapapa ganteng, ini biar adiknya makin sehat makin kuat ya" ucap dokter

"Hikss.."

Semuanya sontak menoleh kalah ada suara tangis dari orang lain selain Ayden.

"Lah? Lo kenapa ikutan nangis yang?" Tanya Guanlin saat sudah melihat air mata membanjiri pipi Renjun.

"Kasian adek, imunisasi hari ini gak cuma satu, kasian disuntik berkali kali. Nanti malam juga pasti demam"

Guanlin menghela nafas pelan. "gue berasa punya anak tiga kalo gini" ucapnya yang kemudian merangkul dan mengusap pelan lengan Renjun.

"Ini kan anak kedua,pak. Masa masih sedih aja?" Saut dokter anak tersebut

"Sedih lah dok. Bayi semungil itu udah ditusuk tusuk jarum, denger dia nangis bikin saya sedih" jawab Renjun

"Hiksss huhuuuu dedekkkk huhuuu" tangis Ayden semakin keras kala melihat adiknya di suntik dan menangis

"Astagaa!! Pi mending lo bawa kakak keluar aja deh, biar gue yang nemenin. Ya meskipun gue juga takut, ketimbang kita berempat nangis barengan disini" ucap Guanlin

Renjun terisak kemudian mengangguk pelan dan mengambil alih Ayden dari gendongan Guanlin.

"Jagain dedek ya Pa.."

Guanlin menarik nafas panjang. "Iyaaaa, udah sana"

Renjun mengusap pelan lengan Mingrui kemudian keluar dari ruangan.

Setelah selesai dari dokter, keluarga kecil Guanlin memilih makan siang terlebih dahulu dan dilanjutkan sekaligus belanja bulanan.

Sekitar pukul tiga sore, mereka sudah kembali pulang dengan keadaan Renjun, Mingrui dan Ayden tertidur.

"Harus banget ini gue gendongin satu satu masuk?" Gumam Guanlin sembari memandang bergantian mereka bertiga yang tertidur dengan tenangnya.

Guanlin pun akhirnya memutuskan menggendong mereka satu persatu dimulai dari Ayden, Mingrui kemudian Renjun.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now