Cah ayu...

Aku ngenteni tekamu...

Lantunan dari suara yang lembut namun mampu membuat bulu kuduk meremang. Chika tertegun, mematung di dalam mobil yang kini dalam pandangannya dia duduk di tengah tanah lapang. Tanah lapang yang sangat luas dengan di kelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi.

Cah ayu...

Aku ngenteni sliramu...

Kembali sepenggal lagu itu terdengar menyapu ke gendang telinga Chika. Perlahan kepala Chika menoleh ke samping, dan hal yang selanjutnya dia lihat membuat tubuhnya terjungkal seketika.

 Perlahan kepala Chika menoleh ke samping, dan hal yang selanjutnya dia lihat membuat tubuhnya terjungkal seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harghhhhhhhh!!!!

"Dek?!"

Tubuh Chika tersentak, lalu menatap kesekitar, dia masih berada di dalam mobil, dengan kedua telinga yang masih tersumpal headset. Shani menatapnya dengan khawatir.

"Kamu kenapa? Nglamun ya?" tanya Shani, lalu mulai sibuk dengan stir kemudi. Chika terbengong, terheran-heran. Tunggu! Bukankah tadi dia yang duduk di belakang kemudi? Lalu kenapa sekarang dia bisa duduk di bangku penumpang? Siapa yang memindahkannya? Tidak mungkin Shani.

Dan makhluk tadi itu.... Apa???

"Aku nggak apa-apa kok mbak, cuman...."

"Cuman apa?" Shani melirik sebentar.

"Ah enggak, hehe nggak apa-apa kok mbak." Chika tersenyum, namun dengan otak yang terus berpikir.

Mobil itu terus melaju meninggalkan perumahan tempat tinggal Chika dan Shani. Namun Chika menyadarinya, ada sesuatu yang tengah mengikuti mereka dari belakang.

.

.

.

Gadis berkulit kecoklatan itu tengah menyisir rambutnya yang panjang, sambil memandangi cermin yang memantulkan dirinya, lalu bersenandung kecil dengan bahasa jawa yang khas. Beberapa menit dia melakukan itu, hingga panggilan dari wanita paruh baya dengan setelan kebaya dan jarik berwarna coklat menghentikan aktivitasnya.

"Nduk... Udah siang loh.." ucap wanita paruh baya itu. Wajahnya bulat dengan rambut yang di sanggul rapi khas jawa.

"Iya bu.. ini juga mau berangkat kok.." jawab gadis itu di sertai senyumannya yang terlihat manis. Dia kembali berdiri di depan cermin, merapikan dasinya yang berwarna abu-abu, lalu menyelipkan jepitan rambut berwarna emas ke kepalanya.

"Ibu tunggu diluar ya kalau begitu, itu Pak Maul udah nunggu di mobil.." jelas wanita paruh baya itu yang mendapat anggukan dari gadis berkulit kecoklatan.

Aku ngenteni tekamu...

Tembang itu meluncur begitu saja dari bibir gadis berkulit kecoklatan itu, sambil membelai rambutnya yang panjang. Dia perlahan berjalan meninggalkan kamarnya, meninggalkan sesuatu yang terduduk di kursi kayu.

Laki-laki berkumis tipis dengan perawakan gagah dengan setelan kemeja dan celana bahan itu membungkuk saat gadis berkulit kecoklatan itu datang. Wanita bersanggul dengan wajah bulat yang berdiri di samping mobil berwarna hitam itu tersenyum saat melihatnya.

"Bu.. aku berangkat dulu yaa.." ucap gadis berkulit kecoklatan itu, lalu mencium wanita bersanggul dan berjarik yang dia panggil ibu.

"Iya nduk.. hati-hati yaa.. Pak Maul, ndak usah ngebut yaa.." ucap wanita bersanggul disertai senyumannya yang terlihat meneduhkan.

"Baik Ndoro.."

Lalu tak lama Pajero Sport hitam itu melaju meninggalkan rumah gedongan khas jawa dengan deru mesinnya yang memecahkan keheningan pagi. Di dalam mobil, gadis berkulit kecoklatan itu membuka tas selempangnya, mengambil sesuatu dari tas itu lantas memakannya. Senyumnya yang tipis dan terkesan ganjil. Remahan bunga melati berjatuhan mengotori rok abu-abunya.





TBC.

WENGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang