Hah?

6 0 0
                                    


Hari ini adalah hari terbaik dalam hidupku! Lihat ini! Sebuah perusahaan rintisan unicorn walau dengan 100 pegawai itu memutuskan untuk menerima lamaran kerjaku ditambah sidang skripsiku diterima dengan lancar oleh para dosen penguji juga tentunya dengan dosen pembimbingku. Ga kebayang rasanya!  "OMG! Tunggu aku pulang ya, Ma! Aku ga sabar untuk cerita tentang hari ini ke Mama! Aku ga sabar untuk peluk Mama!"

"Ehem...!" tulisku di deskripsi singkat, dan kirim! Yang kemudian ramai dan gaduhlah grup pesan singkat diantara aku dan teman-teman satu kosku. Hehe...baru saja aku kirim hasil tangkapan layar dari e-mail mengenai diterimanya lamaran kerjaku di perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Kebanyakan mengucapkan selamat dan mengatakan bahwa mereka tidak mengira kalau aku bisa diterima bekerja di sana. Namun yang membuatku kesal adalah tidak satupun yang menanyakan bagaimana hasil sidang skripsiku yang baru saja selesai. Iya..mereka hasrusnya mengetahui hal itu karena hari ini adalah jadwal sidang skripsi hari pertama yang kebetulan aku mendapat giliran terakhir di hari yang pertama dan sebagian besar dari mereka satu tingkat denganku dan mereka berhasil menyelesaikan skripsi di semester ini sehingga besok mereka juga akan sidang skripsi. 

"EHEM....!" kembali terkirim sebuah tangkapan layar ke grup kosanku, hanya saja kali ini aku mengirimkan jadwal sidang skripsi berharap mereka menyadari kalau aku baru saja menyelesaikan sidang skripsi dengan lancar tanpa ada halangan yang berarti. Namun, sepertinya teman-teman sudah hilang fokus dan seakan unggahanku tidak pernah ada mereka kini membahas tentang siapa yang sudah melamar kemana saja tapi belum ada respon dari perusahaan, ada pula yang membahas kalau ada kakak tingkat yang kena penipuan dari iklan lowongan kerja yang ada di internet dan masih banyak topik lainnya yang mereka bicarakan. Yah..lumayan..percakapan mereka bisa jadi bahan hiburanku sambil menemani aku jalan pulang. Jarak dari kampus ke kosan memang tidak terlalu dekat dan aku lebih memilih untuk berjalan kaki daripada harus menghabiskan uang untuk beli BBM dan menggunakan motor. Toh, hanya sekitar 5 menit saja dengan berjalan kaki. Iya, aku sedang menabung uang dan target uang yang harus aku kumpulkan lumayan banyak, tapi, hei..sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit, bukankah itu yang orang-orang katakan, bukan?!

"Hmm..sepertinya seporsi mie ayam langganan cukup menggiurkan". Kucoba untuk meraih dompet kecil di dalam tas punggungku. "Aha! Sial! Ternyata uang di dalam dompet hanya tersisa 15 ribu sedangkan mie ayam langgananku seharga 20 ribu! Kurang 5 ribu kalau begini jadinya" pikirku sambil melepas sepatu dan jaket di depan pintu kamarku. "Oh iya, bagaimana dengan promo di aplikasi ojek online ya?" sambil meletakan tas punggung yang berisikan laptop dan 1 copy skripsi sehingga menghasilkan bunyi yang cukup keras karena lelah pundakku seakan tak tertahan dan aku memilih untuk melepaskan begitu saja dari pundak dibandingkan melepaskannya perlahan. 

Layar aplikasi ojek online bergulir seiring tanganku yang sedang memilih restoran dan menu yang kiranya enak dan memutuskan untuk tidak jadi makan mie ayam langganan karena teringat kalau aku sudah makan mie selama seminggu berturut-turut dikarenakan kesibukanku membuat skripsi dan menyiapkannya untuk sidang hari ini. Dan...iya. baru saja aku memesan seporsi ayam geprek yang ada di kantin kampus. Kampusku...terima kasih ya atas hampir 6 tahun yang sangat berkesan ini. Terima kasih atas semua kesempatan yang kamu bukakan untukku. Maaf, sudah jadi tempat persembunyianku ketika Mama pergi dari dunia ini 3 tahun yang lalu dan kini aku harus beranjak pergi meninggalkanmu menuju bintang dan melampauinya. Terima kasih ruangan sekretariat Senat Mahasiswa, yang sudah menjadi warnet pribadiku ketika penyusunan metode dan materi dan teori-teori. Kini seorang Alya Anindhyra sudah resmi menjadi Alya Anindhyra S.Kom. 

Panggil aku Dhyra, ya Dhyra.. bukan Alya, bukan Yaya...bukan siapa pun. Anindhyra adalah kata yang ditambahkan Mama ketika aku lahir. Awalnya Papa hanya ingin anak semata wayangnya ini bernama Alya tidak ada kata lain dan Mama menambahkan Anindhyra dibelakangnya. Itulah kenapa aku lebih suka dipanggil Dhyra, karena itu adalah nama yang diberikan Mama. 


                                                                    - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 

2 tahun lebih terlewat semenjak aku bekerja di perusahaan ini, yang sampai sekarang aku masih berpikir kalau ini semua cuma mimpi. Iya, 2 tahun yang sangat berat. terlebih tanpa Mama. Mama yang selalu aku rindukan, Mama yang dulu setiap malam selalu mengingatkan untuk untuk bermimpi dan bekerja giat untuk mewujudkannya. Mama yang selalu kuhiasi dengan bunga Aster segar berwarna merah muda di pusaranya setiap akhir pekan. Bunga kesukaan Mama. 

Ah...sial... aku terlalu asik menonton reality show di hape, sehingga aku lupa sudah hampir gelap dan aku masih terjebak di kemacetan panjang di Puncak sehabis outing kantor. Yah, memang keseruan di kantor tidak ada habisnya hanya saja jaraknya yang lumayan jauh dari Jakarta membuatku harus menghabiskan waktu di perjalanan sementara aku belum sempat mampir ke makam Mama minggu ini. 

"Kak Andin..." ketikku singkat di aplikasi pesan singkat yang kutujukan ke tetangga rumah sebelum aku merantau ke Jakarta yang juga teman mainku sejak kecil. "Oi, kenapa?" balas Kak Andin dengan singkat. "Kak... tolongin aku bisa ya...plis...ya..?" ujarku. Sebelum Kak Andin bisa membalasnya, aku bergegas menelponnya. "Kak..aku masih di jalan habis outing di Puncak. Masih macet banget nih kak." "Hmm.. terus? Piye?" ucapnya singkat. Kemudian aku jelaskan keadaan aku dan maskud aku untuk mengirimkan setangkai bunga Aster ke makam Mama.  "Ga bisa Dhyra. Aku lagi di jalan juga. Aku lagi anter Ibuku belanja. Maaf  ya?" tolak Kak Andin sambil menutup telepon. Memang suara di belakang Kak Andin terdengar seperti dia sedang berada di pinggir jalan. Ah..ya sudahlah. Maaf ya Ma.. aku belum bisa mampir minggu ini. 

Sembari terisak karena aku belum bisa mampir ke makam Mama minggu ini dan sebagai obat kebosananku oleh macet yang seakan tak berujung ini, aku putuskan untuk lanjut menonton reality show yang berisikan para oppa-oppa dari boyband kesukaan di hape. Yah, namanya juga masih keroco di dunia kerja, akun yang aku gunakan untuk menonton reality show  tersebut masih yang bersifat gratisan, jadinya masih harus menikmati iklan yang sesekali tertampil di layar tapi tidak apalah yang penting oppa ganteng bisa menemani macetku. Dari salah satu iklan yang tampil, muncullah iklan perusahaan transportasi bermotor yang cukup terkenal dan dari situlah ide brilian untuk mengirim bunga untuk Mama. Ojek online atau yang biasa kita kenal sebagai ojol, saya yakin bisa cukup membantu dan selagi masih terang, saya yakin para ojol  tentu mau membantu saya. Mungkin akan beda cerita kalau hari sudah mau gelap. 

Setelah mengirimkan detil yang selengkapnya pun sebelum saya lanjutkan pesanan, tidak lupa saya tanyakan kesediaan pengendaranya untuk membantu saya, berungtungnya beliau bersedia untuk melakukan sedikit tambahan tugas selain membelikan bunga Aster segar untuk Mama, eits, tidak lupa juga sedikit penghargaan secara finansial juga saya berikan untuknya. 

Terima kasih, abang ojek. 

BiasedWhere stories live. Discover now