[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS

Start from the beginning
                                    

"Ini aku, Agnes! Aku minta maaf, Theo ... hapus artikel itu. Karirku bisa hancur ..."

Ah, Mattheo tahu sekarang. Ada apa dengan wanita itu? Padahal di siaran yang ditayangkan tadi pagi, wanita ini masih mencoba tersenyum sebagai topengnya.

"Bukankah karirmu tengah naik daun? Mengapa kamu bertingkah seperti ini?"

Mattheo tidak mendengar lagi, hanya terdengar tangis yang semakin mengeras dan racauan tentang artikel yang tidak Mattheo pahami. Jadi, ia langsung memutus panggilan telponnya.

Tapi, kini ia jadi penasaran artikel apa yang Agnes maksud? Tentang dia yang menjadi korban di Adhiyaksa? Tapi, artikel itu sangat menguntungkan bagi karirnya.

Tapi kini raut tertegun terlukis di wajahnya. Mattheo bahkan sampai menutup mulutnya saking tidak percayanya.

"Aku harus tes AIDS setelah ini. Sial! Wanita itu benar-benar sangat menjijikan."

Bagaimana tidak, semua highlight berita menuliskan tentang video syur model Agnes Vandaliniea dengan beberapa laki-laki.

Sial! Mattheo ingin muntah.

Karena tidak tahan, Mattheo langsung menutup laptopnya. Ia benar-benar tidak tahan, apalagi saat wajah itu terlihat sangat menikmati. Terkutuklah dia yang pernah berhubungan dengan wanita itu.

Jadi ini maksud dari artikel yang dikatakan Agnes, tapi ini bukan ulahnya. Ia saja belum melakukan apapun pada wanita itu.

Lalu siapa?

~~~

"ARGHH!! Sa-sakit ..."

Tubuh kecil itu meringkuk kesakitan, saat cambuk kembali dilayangkan mengenai tubuhnya yang terluka.

Aksara merintih kesakitan. Rintihannya sangat pelan dan terdengar memilukan. Luka yang belum sepenuhnya sembuh kini terbuka kembali. Bahkan, perbannya jelas sekali terlihat bercak darah, dan beberapa bagian yang sudah sobek.

Aksa tidak tahu bagaimana hal ini terjadi. Tapi setelah menerima sebuah telpon, Xavier langsung terlihat emosi. Ia bahkan tidak segan menyeret Aksa yang sedang bermain di karpet, dan tanpa perasaan melempar tubuh kecil itu. Mengabaikan jika kepala Aksa sampai terbentur kepala ranjang.

Ketakutan tentu saja langsung merayap di tubuh Aksa. Bayangan tentang penyiksaan tempo hari segar di dalam pikirannya.

"Vier ... ampun ... ampun ..."

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Ranendra ... tidak akan pernah."

Xavier kembali melayangkan satu cambukan, membuat satu jeritan kencang lolos dari belah bibir Aksara.

"Apa ... APA YANG HARUS AKU LAKUKAN AGAR KAMU TETAP DI SISIKU?!!" Xavier Terus menggila, bahkan kini tertawa kencang. "Benar ... Jika kamu bisa hamil kamu akan tetap di sisiku. Sayangnya tidak bisa ... SIAL!! KENAPA KAMU TIDAK BISA HAMIL, HAH?!

Air mata Aksa menganak sungai, tidak membuat Xavier iba dengan kondisi Aksa. Bahkan, sekarang pun sambutannya semakin intens dan semakin keras. Membuat Aksara ingin pingsan saja.

Namun, kesadarannya langsung kembali saat Xavier melayangkan tamparan keras pada pipinya. Ia menatap lurus ke arah Xavier, membuat pria itu langsung mematung.

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now