32. Permata Keluarga

Start from the beginning
                                    

Setelah mulai kondusif, seluruh insan yang ada di sana mulai duduk rapi di sofa ruang tamu.

Neil hendak mengambil P3K guna mengobati luka kekasihnya terlebih dahulu. Sayang, dirinya ditahan oleh Nicholas untuk tetap duduk.

Azura dengan senyum ramah tamah, memberikan beberapa bingkisan formalitas pada Carla tanpa menghiraukan atmosfer yang mencekam ini.

"Apa maksud kedatanganmu kemari? Ingin menculik anak saya lagi?" Herman memulai sidang kramat itu.

"Sebelumnya saya meminta maaf yang sebesarnya sudah membawa Neil tanpa seizin dari kalian. Saya mengerti kebencian kalian terhadap saya sangatlah pekat. Saya akan memperbaiki semuanya dari sekarang. Dan kedatangan saya di sini tak lain hanya ingin memberitahukan sekaligus meminta restu dari Bapak dan Ibu untuk diizinkan menjalin hubungan dengan putra bungsu dari Bapak Herman. Saya berharap kesudian kalian untuk menerima saya."

Lafran berucap dengan penuh wibawa, meski wajah dan setelan suit yang dikenakannya sudah berantakan saat ini. Namun hal itu tak mengurangi pesonanya.

"GAK SUDI!" jawab Nicholas, Nagendra dan Nevan serempak.

"Kalau begitu izinkan saya melama–" ucapan Lafran terpotong sesaat sebuah bantal sofa yang dilempar oleh Neil menimpa wajahnya.

"Hyung, benerin dulu otak lo kalo mau ke sini anjir...Situasi macam apa ini huhu..." jengah Neil seraya menutup wajah dengan tangannya.

Sudah jelas keluarga kekasihnya sangat menentang hubungan mereka. Si Lafran malah menyatakan lamarannya di situasi seperti ini. Sinting.

"Gue mau tanya jingan! Lo udah tiduri adek gua kan?!! Ngaku lo!" marah Nevan dengan menunjuk ke arah Lafran.

"Iya," jawab Lafran percaya diri.

"Aaaaakkk udah cukup! Tutup mulutmu Lafranjiing!!"

Neil semakin frustasi, dengan sikap budak cinta kelas kakap dari kekasihnya itu benar-benar membuat resah.

Sukses perkataan Lafran tadi membuat orang yang mendengarnya tersentak hingga menjatuhkan rahangnya.

Kedua orang tua Lafran tepuk jidat.

Si bungsu yang sudah mereka jaga bak permata sedari masih di dalam kandungan, kini kesuciannya telah diambil oleh bajingan yang ada di hadapan mereka.

Herman berdiri dan menghampiri Lafran dengan deru napas yang menggebu-gebu.

Satu tamparan tercetak di pipi Lafran. Namun, sang empunya tak gentar. Ia sudah memperkirakan semua ini.

Ketiga Abang Neil mengikuti langkah sang Ayah, kembali membabi buta si perusak permata keluarga.

Sedangkan sang Bunda hanya bisa mematung seraya menutup mulutnya.

Neil merasakan kepalanya akan meledak saat ini. Jika, palung mariana ada di sebelahnya mungkin Ia tak ragu untuk tenggelam di sana.

"UDAH-UDAH!!! Dia pake kondom kok! Adek udah minum pil kb juga!! Semua aman!!"

Neil mendeklarasikan semuanya karena memang sama sintingnya.

"NEIL!!"

Tentu keluarganya kecewa, murka semakin tersulut tak kuasa menerima kenyataan yang sudah terjadi.

"Apa? Kenapa? Toh, Bang Nic aja sering ekhem sama Om Angga di kantor malah. Bang Nev juga, adek perna liat dia ngewe sama mbak Echa di ruang osis. Trus Bang Nagen juga sering nyolo sama guling waifunya. Masa adek ga boleh??!!! Yang penting pake pengaman, kan?" jelas Neil dengan berkacak pinggang.

Ingin rasanya Herman membanting putra bungsunya itu, namun rasa sayangnya kian mendominasi.

Nicholas dan Nevan mamatung saling melempar tatapan sinis satu sama lain, sedangkan Nagendra menutup wajahnya yang sudah merah padam.

"By, calon menantu kita unik ya, Daddy suka," bisik Emran pada Azura yang ada di sebelahnya.

"Sama, keknya dia sefrekuensi sama kita," jawab Azura seraya memakan kue nastar sisa lebaran.

Herman mendudukan dirinya kasar, menghela napas beratnya berkali-kali, mengusap wajahnya dengan tak santai. Carla yang berada di sampingnya berusaha menenangkan.

"Lihat ini! Gara-gara kelakuan kalian, membawa pengaruh buruk buat Adek kalian sendiri!" tegur Herman pada ketiga putranya seraya mengatur pernapasan.

Yang ditegur hanya bisa diam seribu bahasa, mereka tak bisa membela diri dari kenyataan itu.

Bagaimana dengan Lafran? Keadaannya saat ini penuh luka lebam di wajah dan darah yang mengalir dari pelipis serta bibir, pakaiannya sudah tak berbentuk, dan semua itu tak membuat sang empunya merasakan sakit. Justru ini masih belum seberapa dengan apa yang sudah dilakukannya pada kelincinya itu.

"Saya akan bertanggung jawab, Ayah," ucap Lafran tiba-tiba sembari merapikan baju serta rambutnya.

"Diam kamu! Jangan panggil saya Ayah!"

Emran dan Azura mati-matian menahan tawa mendengarnya.




TBC......






Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Dom Omega Gesrek (END) ☑️Where stories live. Discover now