Chapter 4

15 2 0
                                    

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Dan Dia menemukan kamu sesat dan memberi petunjuk (kamu ) (QS. Ad-Dhuhaa (93:7) )
***

(Surat dari Allah keren yah isinya... Hampir semuanya kita dibuat gak bisa berkata-kata dari saking keren dan sweetnya yah kan 💖💖)

***




"Ayo mama ikut juga.." Ajaknya.

"Mana ada... gak mau ah.. mama gak mau jadi tiga roda. Enak disini sama papa. Berdua lagi kayak pengantin baru." Kata sang ibu Yang bernama Jasmine Daviana

"Nafas gak mau punya adik yah." Protesnya dan mendapatkan pukulan sayang dari sang ibu.

"Udah mau punya cucu juga. Udah sana.!!" Kegunaannya walaupun matanya tidak bisa berbohong ia tidak ingin anaknya pergi.

Tapi sekarang atau nantipun putrinya juga akan pergi. "Yang nurut sama suami, gak boleh bantah selagi baik. Sama mertua juga yah!" Pesan sang ibu pada Nafas yang mengangguk patuh.

Ia menatap satu persatu keluarganya, lalu berbalik kearah motor Raga yang sudah berada disana.

"Gak boleh lupain Nafas ya.." Teriaknya lalu melambaikan tangan pada keluarganya.

Padahal dia tidak akan pergi ke negara lain, masih satu negara, satu kota juga. Raga menampilkan senyum samar-samar dan mulai menjalankan sepedanya. Ia membunyikan klakson tanda pamit barulah ia keluar dari pelataran rumah mertuanya. Diikuti mobil yang menampung semua beban beban Nafas.

Ia menambahkan kecepatan hingga Nafas langsung melingkarkan tangan diperut Raga secara spontan karna ia hampir saja terjengkang ke belakang.

"Pelan-pelan dong..!" Protesnya. Raga tersenyum tipis dan tidak mengurangi laju motornya.

Hingga Raga merasa berat di punggungnya disertai suara isakan. Ia mengurangi laju motor agar mendengar dengan jelas isakan itu. Dan benar saja, suara isakan itu semakin keras terdengar dari seorang gadis yang berada di balik punggung. Ia menghela nafas pelan, menyesal juga tidak ada artinya tanpa ada tindakan untuk berubah. Jadi tekad Raga sekarang adalah menjadikan tangis gadis itu menjadi tawa semoga saja dia bisa melakukannya.

***

Raga memarkir kan motornya di garasi, Nafas masih berdiri disisi motornya menunggu Raga yang masih membuka helm. Ia kini berada dirumah mertuanya. Sedangkan mobil berisi barangnya tadi menuju tempat dimana nanti ia akan diajak hidup oleh Raga.


"Ayo.!" Ajaknya pada Nafas dan berjalan didepan Nafas.

Saat akan membuka pintu, pintu itu sudah terbuka lebih dulu, menampilkan sosok wanita paruh baya dengan daster batik membalut tubuhnya dan hijab instan membalut kepalanya. Menyambut Nafas dengan senyum merekah.

"Akhirnya anak mami nambah satu.." Sambutnya, merangkul lengan Nafas yang masih belum mampu beradabtasi dengan cepat.

Ia tau mertuanya ini adalah mertua sang kakak. Ia juga akrab hanya saja posisinya dulu sebagai adik dari kakaknya tapi sekarang masih sama sih hanya saja sudah beda perannya. Dia juga termasuk dalam jajaran menantu.

"Papi... anaknya datang." Ujarnya memanggil suaminya. Danu si suami datang menyambut anak dan menantunya.

"Ih Nafas kok jadi pendiem sih.. biasanya suka cerita sama mami. Mami masih sama loh.. masih mami Lana yang kamu kenal." Protesnya, biasanya dengan Nafas ia itu sangat klop tapi kenapa Nafas tiba-tiba pendiam seperti ini.

NAFAS RAGAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin