Prolog!

26 6 0
                                    

Perempuan dengan rambut pendek berwarna cokelat tua itu memasuki rumahnya dengan lesu setelah kontrak kerjanya berakhir hari ini.

Perempuan itu adalah Naomi, dia melemparkan tasnya ke sofa dan duduk dengan lemas di dekat tasnya. Naomi menyentuh kepalanya yang terasa pening, merasa putus asa karena tidak tahu harus mencari pekerjaan di mana lagi.

Dimana lagi aku harus mencari pekerjaan? batinnya sambil memejamkan mata.

Tak lama kemudian, Naomi merasakan sentuhan lembut di rambutnya. Ia pun membuka matanya dan mendapati ibunya mengelus lembut kepalanya sembari tersenyum.

"Maaf ibu, lagi-lagi mereka tidak memperpanjang kontraknya," ucap Naomi dengan wajah penuh kekecewaan.

Ibunya menghela nafas dalam-dalam, merasa sedih melihat ekspresi putrinya. Dia memahami betapa beratnya bagi Naomi untuk terus menghadapi hal seperti ini dalam pekerjaannya.

"Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan," kata ibunya dengan lembut.

Naomi mengangkat kepalanya dan melihat ibunya dengan penuh harap.

"Ibu mendapatkan surat dari kota Mineral, tempat kebun kakekmu berada," lanjut ibunya sembari menyerahkan sebuah surat pada Naomi.

"Surat apa?" tanya Naomi lalu mengambil surat itu dengan rasa penasaran. Dia membuka amplop dan membaca isi surat tersebut. Matanya membesar saat ia menyadari inti dari apa yang ditulis dalam surat tersebut.

"Apa kamu mau mencobanya?" tanya ibu Naomi dengan tatapan lembut. "Mungkin ini tidak mudah, tapi itu cocok dengan jurusanmu saat kuliah, bukan?"

Sesuatu di dalam diri Naomi mulai bertentangan satu sama lain, bagaimana tidak? Awalnya dia mengambil jurusan pertanian saat kuliah karena rasa ingin tahunya tentang pertanian. Tapi saat mempelajari hal itu, ia tahu bahwa pertanian punya banyak risiko dan ia tidak yakin bisa melewatinya.

"Tapi bu, aku tidak mungkin bisa membuat kebun kakek seindah dulu," jawab Naomi dengan wajah tidak percaya diri. Ia mengingat masa kecilnya saat berlibur ke kebun kakeknya dulu.

"Kita tidak akan tahu sebelum kamu mencoba nya, bukan? Lagipula jika ada apa-apa, kamu bisa meminta bantuan pada Yuuto, kan?" ucap ibu Naomi, mencoba meyakinkan putrinya.

Naomipun tersenyum tipis dan berkata, "Baiklah aku akan mencobanya, lagipula capek juga dibuang dari perusahaan terus-menerus." Naomi bangkit dari duduknya, membalas tatapan ibunya dengan senyuman manisnya.

"Kalau begitu, ibu akan siapkan semuanya. Kamu istirahat lah sekarang, agar besok bisa ke kebun kakek." Ibu Naomi ikut bangkit dari duduknya lalu mengelus lembut rambut cokelat tua Naomi.

"Baik bu, terima kasih." Naomi lalu mengambil tas miliknya dan berlari dengan bersemangat masuk ke dalam kamarnya.

.

.

.

Keesokan harinya setelah bersiap, Naomi pun pergi ke pelabuhan. Sesampainya di sana, ia membeli tiket ke kota Mineral, tempat dimana kebun kakeknya itu berada.

Naomi merasa sedikit terkejut setelah sampai di kebun kakeknya, karena kebun yang dulunya penuh dengan keindahan sekarang terlihat sangat berbeda. Semak-semak dan rumput liar tumbuh subur di dalam kebun, dan beberapa bagian kebun terlihat tidak terurus dengan adanya beberapa batu kecil dan ranting berserakan.

Naomi juga merasa sedih karena tempat yang dulu menjadi tempat bermain dan bersenang-senang bersama kakeknya, kini tampak begitu berantakan.

Saat Naomi sedang fokus menatap setiap sudut kebun, tiba-tiba seorang lelaki paruh baya dengan jas merah dan topi merah yang menjulang tinggi di kepalanya mendekati dirinya.

"Selamat Siang! Kamu Naomi, ya?" tanya lelaki berjas merah itu.

Naomi pun hanya menganggukkan kepalanya menginyakan pertanyaan lelaki itu.

"Aku Thomas, suatu kehormatan bagiku untuk bisa memimpin Mineral Town sebagai walikota.

Ini dia, tanah yang di wariskan oleh kakekmu. Sudah lama tempat ini tidak di rawat, yang membuat beberapa bagiannya sedikit terbengkalai. Apa kamu ingat datang ke tempat ini saat masih kecil? Kamu menghabiskan waktu bersama kakekmu," jelas Thomas panjang lebar dan Naomi hanya mendengarkan ocehan walikota itu dengan seksama.

"Sudah 15 tahun berlalu dan kamu sudah dewasa. Kakekmu sangat menyukai kebun ini tahu," tambah Thomas sembari tersenyum.

Naomi memandang ke sekeliling, mengamati kebun yang dulu pernah menjadi tempat bermainnya. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi haru dan nostalgia.

"Ya, aku tahu." Naomi membalas senyuman Thomas saat dirinya mengingat dimana ia pernah bermain bersama sapi-sapi dan ayam-ayam di kebun ini.

"Aku yakin dia akan senang jika kamu mewarisi tempat ini. Jadi bagaimana? Apa kamu ingin mencobanya?" tanya Thomas dengan wajah penuh berharap.

"Kenapa tidak?" jawab Naomi sembari menganggukkan kepalanya.

"Baguslah! Izinkan aku menyambutmu sebagai penduduk baru di mineral Town." Thomas mengukirkan senyuman bahagianya. "Karena kamu adalah pemilik baru dari kebun ini, apa kamu punya nama baru untuk tempat ini?" lanjut Thomas.

"Nama ya..." Naomi mencoba memikirkan sesuatu, tapi hasilnya tidak ketemu. "Memangnya dulu nama kebun kakek apa?" tanya Naomi, karena dulu saat ia kesini belum bisa baca jadi ia tidak tahu dan kakeknya pun tidak pernah memberitahukannya.

"Seasons farm," jawab Thomas.

Ya, Naomi tidak terkejut dengan hal tersebut, karena dia tahu bahwa kakeknya memang sedikit aneh.

"Kalau begitu, itu saja. Lagipula aku hanya ingin mencoba nya, belum tentu aku akan bertahan." Naomi mengukirkan senyuman tipisnya saat dirinya mulai tidak yakin.

"Menjalankan sebuah kebun bukan pekerjaan yang mudah. Tapi jika kamu berusaha keras, aku yakin kamu akan berhasil dan membuat kakek mu bangga padamu!" tutur Thomas.

"Ya, aku harap begitu."

"Sepertinya kamu lelah karena perjalanan panjang ke sini. kamu bisa istirahat untuk hari ini." Thomas berjalan ke rumah kecil yang berada di sudut kebun itu, ia pun mengeluarkan sebuah kunci. "Mulai hari ini, ini adalah rumahmu," imbuh Thomas sembari membuka pintu rumah tersebut.

"Terima kasih." Naomi lalu masuk dan sedikit terkejut saat mendapati rumah tersebut bersih tanpa ada satupun debu yang terlihat.

Bersambung...

☆ THANKS FOR READING ☆

Random bat idenya yah awkwk...
Makasih yang udah baca, ga tau kapan update lagi, tunggu rame kali yah 🤣

Mau nyelesaiin Gusley dulu ah kaburr~~

@RianiAckerman

Friends of Mineral TownWhere stories live. Discover now