Kafin tidak sepenuhnya percaya. Wajah Airin berubah lebih pucat seperti Nawasena.

Akan tetapi, Airin berusaha menyakinkan mereka bahwa dia baik-baik saja. Namun sulit, tidak ada seorang pun yang bisa baik-baik saja dengan kondisi muntah darah. Yolai dan Kafin hanya saling memandang dalam diam.

"Penawarnya, gue usahakan akan jadi malam ini. Bisa bawa gue pulang?" pinta Airin dengan mata sendu. Kafin tidak punya alasan untuk mengatakan tidak.

...

"RACUN LEAK? LO SERIUS? AIRIN! LO GILA!"

Airin hanya mengganguk pelan. Sudah biasa baginya mendengar suara Sarina yang sebesar pengeras suara saat acara tujuh belasan.

"Jangan berisik. Gue sedang sibuk."

Sarina memutar bola mata malas. Ruangan itu penuh dengan deretan rak yang menempel di dinding. Setiap rak, terdapat puluhan toples kaca yang berjejer rapi berdasarkan bahannya. Mulai dari simplisia kering, berupa tumbuhan obat biasa hingga magis. Lalu berlanjut pada organ makhluk-makhluk seperti taring Ahool, cakar naga liar, darah orang bati, dan kulit ular.

Namun, yang paling menarik dan cukup enak dipandang bagi Sarina adalah bahan unik seperti untaian petir kecil di dalam toples, warna pelangi, kabut pagi, tetes hujan di tengah malam hingga cahaya gerhana bulan.

"Ai. Racun Leak itu sangat berbahaya. Dia jauh di atas racun Kuyang. Tubuh lo menyerap itu." Sarina mengingatkan.

"Gue tahu."

"Kalau lo tahu. Kenapa lo bisa segegabah itu? Lo bisa jadi putri tidur dan bisa enggak bangun lagi. Lo bisa mati!"

Airin menghela napas. Dia mungkin bisa membersihkan racun dalam tubuhnya sendiri. Namun, sebagai efek sampingnya. Airin akan jatuh tertidur beberapa hari. Durasi tidurnya, berbanding lurus dengan tingkat racun yang diserap.

Dan saat ini, melihat Airin bisa bertahan. Hanya masalah waktu, sebelum ia tumbang dan tertidur selama sebulan.

Penawar yang Airin buat. Hanya mengandung tiga bahan utama. Yaitu darahnya sendiri, darah naga Besukih , dan minyak bintang. Untuk mencampurkan semua bahan demi menghasilkan efek magis. Ada cara tersendiri untuk meramunya. Yaitu dengan memanaskan semua bahan di atas api sambil mengucapkan beberapa mantra tertentu dengan pelafalan yang sesuai.

Di menit pertama saat darahnya di gelas kimia mulai mendidih. Airin membisikkan Anjana Curtina. Mantra penyatuan dan peleburan. Lalu secara perlahan-lahan dia menuangkan darah naga besukih sambil mengucapkan Anjana Gantari dengan terus mengaduk-aduk larutan.

Kegiatan mengaduk memakan waktu 30 menit dan selama itu pula, Airin harus mengaduknya tanpa jeda searah jarum jam.

Setelah itu, ia meneteskan dua tetes minyak bintang dengan melafalkan Anjana Omprakash. Mantra pemanggil cahaya suci yang memperkuat semua bahan.

Namun, karena Kafin membutuhkan itu segera. Airin menambahkan sedikit cakranya untuk mempercepat pemakaian.

Dalam kemaharajaan. Cakra adalah energi metafisik yang membuat seseorang bisa menghasilkan sihir. Semakin banyak cakra yang mereka miliki. Maka, semakin besar kekuatan sihir orang tersebut.

...

"50 kristal," ujar Sarina sambil menyerahkan botol ramuan kepada Kafin. Itu harga yang sepadan untuk sebuah penawar racun Leak.

"Tidak jadi masalah." Kafin menyerahkan sebuah kantong kulit berwarna cokelat. Isinya adalah kristal biru seukuran bola pingpong dengan jumlah 50 buah. "Kemana gadis itu?" tanya Kafin setelah mengantongi penawar.

"Istirahat," ujar Sarina dengan senyum tipis. Mustahil untuk mengatakan bahwa Airin telah jadi Putri Tidur kepada pelanggan.

Airin yang tertidur selama sebulan. Membuat jatah penjualan ramuan terpaksa ditunda. Memikirkan itu, membuat Sarina menghela napas tanpa sadar.

...

"Bagaimana? Lo merasa baik-baik saja?"

Setelah memaksa Nawasena meminum penawar racun. Pria itu segera terbangun. Namun, wajah Nawasena justru menunjukkan sebuah keterjutan.

"Apa ada orang lain di sini?" tanyanya pada Yolai dan Kafin. Pasalnya, aroma permen karet kembali terendus di indra penciuman Nawasena. Aroma yang sangat familiar dan membangkitkan perasaan bertalu-talu di dada Nawasena.

"Tidak ada siapa-siapa di sini," ujar Kafin sambil memangku kaki di sofa. Mereka beruntung, seluruh rumah telah dibersihkan oleh Airin sehingga membuatnya kembali baru.

"Kami hanya menyewa seorang penyihir." Yolai memberi tahu sambil melirik ke arah Kafin. "Bukankah begitu?"

"Apa itu seorang wanita?" tebak Nawasena. "Ada bau yang tertinggal di sini, Kafin."

"Hey, lo seharusnya mengucapkan terima kasih terlebih dahulu."

Yolai segera berdiri membelakangi Kafin. Lalu memegang pundak Nawasena dengan tatapan tajam. "Apa itu aroma yang khas?"

Nawasena mengganguk. "Aromanya manis seperti permen karet."

"Aha!" Tepukan Yolai di bahu, membuat Nawasena tersentak. "Gue tahu, itu dia! Betina itu, gadis yang pernah lo ceritakan. Aroma seksual yang hanya tercium oleh pejantan. Siapa nama gadis itu, Kafin?" tanya Yolai seraya menoleh pada Kafin yang duduk dengan wajah kebingungan.

"Airin."

"Ya, Airin," ucap Yolai dengan semangat. "Cepat kawini dia pada purnama berikutnya."

__//___/___//___/____
Tbc

Oke, kalian siap? Visual Nawasena udah jadi.

Jas hitam, kalau kalian masih ingat pemberian Magma

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Jas hitam, kalau kalian masih ingat pemberian Magma. Aneh ya? Nawasena masih makai, padahal katanya benci😅

Rambut merah sebagian, efek pergolakan diri Nawasena dan darah Ahool dalam dirinya.

Mata kiri berwarna merah. Yap, karena di situlah kutukan Ahool berasal.

Roti sobek? Dia kan berlatih di dunia Ahool selama setahun. Tentu otot tubuhnya tercipta.

Pedang yang bilahnya seperti keris dan mengeluarkan cahaya magis berwarna ungu. Nah, itu yang disebut Kaditula.

The Heroes Bhayangkara Où les histoires vivent. Découvrez maintenant