lima puluh sembilan.

Start from the beginning
                                    

"Anak anak gue kenapa pada drama ya" gumam Guanlin yang untungnya tidak di dengar oleh Renjun.

Renjun menyuruh Ayden untuk tidur di ranjang terlebih dahulu sedangkan ia mencari obat di rak p3k.

"Pa? Udah selesai?"

Guanlin mengangguk, setelah ia berhasil membereskan kekacauan yang di timbulkan oleh Mingrui.

"Buset Guanlin! Anak gue lo bedakin malam malam gini mana banyak banget! Udah kayak donat kampung aja tuh muka"

"Ya kan biar wangi"

Renjun mendengus. "Tolong lari ke apotek depan bentar dong. Beli obat pilek buat kakak, sama minyak telon sekalian"

"Hah? Lari? Mager ah! Kenapa gak naik motor aja?"

Renjun menarik nafasnya dalam, "YA MAKSUDNYA NAIK MOTOR!!"

"Salah siapa kalau gini?"

"SALAH GUE! POKOKNYA SEMUA SALAH GUE!! UDAH CEPETAN!!" saut Renjun penuh kesal.

Guanlin terkekeh. Ia dengan buru buru keluar namun kembali lagi. "Kenapa lagi??!!" Tanya Renjun.

"Yang, minta duit dulu dong. Gue gak ada tunai, mau sekalian beli gorengan di depan"

Lagi lagi Renjun di uji kesabarannya oleh Guanlin. Ia menarik dompetnya dan mengeluarkan uang lima puluh ribu.

"Uang buat beli obatnya ada?"

"Ada, nanti pake debit aja. Kalo gorengan mana bisa"

"PWAPA TEPET DONGGG, NDAK BICA NAPAS INI HUH HUH ADUHHHH" teriak Ayden

"Tuh cepetan. Bocil lo keburu makin nangis"

"Den dennnnn" panggil Guanlin

"Apwaaa??"

"Nangisann!! Wleee" ledek Guanlin yang malah membuat tangis Ayden pecah.

Guanlin tergelak, ia kemudian keluar dan berangkat menuju apotek yang jaraknya tiga ratus meter dari rumahnya.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" Sapa pegawai apotek kala melihat Guanlin masuk.

"Mbak, mau beli obat buat remahan suami saya"

"Hah? Gimana mas maksudnya?"

"Itu, beli obat buat anak saya"

"Oh, buat anak. Keluhannya apa mas?"

"Banyak drama"

"Hah?" Lagi, pegawai itu tidak paham oleh ucapan Guanlin.

"Iya, anak saya bocil satu itu lagi sakit, pilek kayaknya tapi dramanya astagaaa! Katanya susah nafas"

"Oh, hidungnya tersumbat ya mas?"

"Iya kayaknya"

"Udah dikasih obat mas?"

"Ya belum mbak. Makanya saya kesini nyari obat"

Pegawai itu tersenyum, sabar batinnya. "Pileknya dari kapan mas? Demam sama batuk juga nggak?"

"Kayaknya cuma batuk pilek, hidung tersumbat. Belum sampai demam"

"Anaknya umur berapa mas?"

"Berapa ya mbak? Haduh lupa saya, tapi kayaknya dua tahun setengah kurang. Dua tahun seperempat, saya buatnya pas—"

"Mas, gak usah di jelasin panjang lebar gitu, takutnya nanti malah berlanjut mas nya cerita gimana cara buatnya"

Guanlin terkekeh, "ya itu pokoknya"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now