Tujuan Aylar dan Akara

Start from the beginning
                                    

Sedangkan Nara yang masih bersama ibunya didepan, menahan wanita itu untuk mendengarkan ucapannya sebentar.

"Bu, tolong jangan baper, jangan berharap apa-apa yaa.. Dia bos aku dikantor, kesini cuma nganter aku aja sebenernya.." Nara berusaha memberikan pengertian pada ibunya agar tidak berharap lebih pada Aylar, seperti ibunya yang berharap kepada Akara.

Oh ya, Akara? Bagaimana kabar laki-laki itu?

"Iya iya, ibu tau." Wanita itu bersikap sewajar mungkin, padahal sebagai seorang ibu apa yang menjadi ketakutan anaknya adalah apa yang sedang dirasakannya sekarang.

Wanita itu hanya ingin putrinya itu mendapatkan laki-laki yang benar-benar bisa menerima keadaannya.

Nara dan ibunya pun masuk kedalam rumah yang disana sudah ada Aylar yang sedang duduk manis, sedangkan kakaknya menghidangkan minum untuk laki-laki itu.

"Terima kasih, Mbak.." Ucap Aylar pada Lara. Mereka seolah sudah sangat akrab.

"Iya sama-sama.. lanjutin dulu ngobrolnya. Kebetulan didepan ada orang beli." Lara mengajak ibunya untuk keluar, memberi waktu bagi Aylar dan Nara berdua.

"Eh, sebentar Mbak. Saya bisa ngobrol sebentar dengan ibu dan mbak?" Aylar meminta izin untuk berbicara sebelum mereka meninggalkan tempat itu.

"Bisa bisa.." Lara mengajak ibunya mengambil duduk, sedangkan wanita yang sejak tadi sudah diwanti-wanti agar tidak terlalu berharap pada Aylar itu pun hanya mengikuti ajakan putri pertamanya.

Nara semakin ketar-ketir, banyak persepsi dalam pikirannya tentang apa yang akan dibicarakan oleh Aylar. Ini pasti tentang Akara yang membohongi keluarga Nara, pasti laki-laki itu mengadukan semua ke ibu dan kakaknya.

"Ibu, Mbak.. Tujuan saya kesini, ingin serius dengan Nara. Saya ingin menjadikan Nara sebagai istri saya. Jadi mohon izinnya dari ibu dan mbak." Ucap Aylar yang diluar dugaan Nara.

Semua orang yang ada disana terkejut, tak terkecuali Nara.

Ini jauh dari ekspektasi perempuan itu, Aylar secara tiba-tiba meminta Nara didepan keluarganya. Sedangkan Aylar belum tau dengan jelas siapa dan bagaimana seorang Nara.

Beberapa detik suasana menjadi hening, hingga Lara menguarkan ketegangan sore itu.

Perempuan itu meringis, "Semua dikembalikan lagi ke Nara, karna yang menjalaninya kan Nara. Bukan begitu, Bu?" tanya Lara pada ibunya, agar wanita itu juga ikut andil, dia bingung kenapa ibunya sependiam itu sejak tadi.

"I-iya, semua terserah Nara." Jawabnya, ia dipaksa untuk tidak berharap. Sedangkan anak laki-laki didepannya sedang meminta Nara untuk menjadi istrinya. Apa dia masih tidak diperbolehkan untuk berharap?

Sedangkan Nara hanya terdiam ketika giliran semua orang menatapnya.

"Apa?" Nara merasa terintimidasi sekarang. "Aku gak punya jawaban." Jawabnya.

Namun bukannya mereka berhenti mengintimidasi, Nara malah semakin terpojokkan ketika ibunya memandang dengan tatapan yang penuh harap.

"Nara nggak bisa jawab sekarang." Ucapnya.

"Yasudah, jangan terlalu buru-buru. Pikirkan matang-matang, karna ini bukan hanya tentang pernikahan, tapi kita akan hidup berdua seumur hidup." Ucap Aylar yang sangat amat bijak.

Nara yang mendengarnya menjadi bergidik ngeri. Berbeda dengan ibu dan kakaknya yang mendengar itu seperti sebuah hal yang menakjubkan. Mereka sangat yakin Aylar adalah pasangan yang tepat bagi Nara.

"Ehhh, Bu, Mbak.. bisa nggak Nara bicara berdua sama Aylar?" Nara tidak nyaman dengan suasana saat itu, ia tidak bisa membayangkan bagaimana ibu dan kakaknya akan sangat berharap pada Aylar.

SEPHILEWhere stories live. Discover now