si kembar

157 8 0
                                    

Sudah terhitung lima menit yang lalu Cakra dan Candra keluar dari ruang BK, bersama dengan om Malik, sebagai pengganti bunda untuk panggilan kali ini.

Mereka bertiga duduk di kantin, menikmati sepiring siomay dan segelas es jeruk.

"Om, makasih udah nyempetin ke sini." Ujar Cakra pada Om Malik.

"Gak papa, santai aja. Om udah anggap kalian sebagai anak Om juga. Lagian, Ayah kalian juga nitipin kalian ke om."

"Hello everyone." Gadis berambut panjang yang di kepang satu menghampiri mereka, menyalami Om malik, sebelum akhirnya duduk di samping Cakra.

Nah ini, Serena Pramidita. Temen dari TK nya si kembar.

"Duh, Serena. Gimana kabarnya?" Ujar Om Malik.

"Baik, Om. Bentar ya, Serena pesen mie ayam dulu." Serena segera menuju ke kios mie ayam yang ada di kantin sekolahnya, memesan satu porsi dengan sebotol air mineral.

"Emang bener ya, Dek Cha, berantem sama temennya sampai beneran nampar?" Tanya om Malik.

Candra meneguk habis es jeruknya, "Iya, kemarin kata Runa, habis nampar temennya itu, dia langsung diem beberapa detik, sebelum minta maaf."

Om Malik mengaduk es jeruknya, "Gak heran, Bunda kalian juga dulu agak bar-bar juga. Eh malah dikombinasikan sama ayah kalian, ya jadinya kalian ini."

Serena kembali dengan semangkuk mie ayam dan sebotol air mineral di tangannya.

"Ayah dulu nakal juga?" Cakra bertanya sembari membuka tutup botol air mineral milik Serena.

"Sama kayak kalian, bedanya mungkin, ayah kalian gak sepintar kalian berdua. Standar lah, untuk di bidang akademik."

Om Malik bercerita banyak tentang ayah mereka, dengan sesekali di intrupsi oleh pertanyaan dari Cakra yang penasaran dengan ayahnya.

"Kasian betul Abang mu itu, Can." Ujar Om Malik.

Candra tertawa mengetahui maksud ucapan om-nya. Awalnya Cakra, Candra dan Serena mengantarkan Om Malik ke parkiran. Namun, di tengah perjalanan Serena di panggil oleh kakak kelas laki-laki, dan tentu saja Cakra tidak akan membiarkan mereka berdua.

"Ya begitulah, Om. Yang satu gak  berani ngungkapin perasaannya, yang satu berlagak seolah gak ada apa-apa."

"Yasudah, pantau kembaranmu itu, jangan sampai itu cowok di tonjok sama dia." Candra mengacungkan kedua jempol tangannya.

Setelah mobil Om Malik keluar dari parkiran sekolah, Candra bergegas kembali mencari keberadaan kembarannya.

Benar yang di ucapkan Om Malik, sekarang di depan kelas mereka, Serena berbincang dengan kakak kelas laki-laki yang Candra ketahui sebagai wakil ketua OSIS.

Cakra melipat kedua tangannya di dada, dengan tubuh bersandar di dinding luar kelas, tepat di sebelah pintu kelas. Jangan lupakan matanya yang mengamati setiap gerak-gerik kakak kelas tersebut.

Candra terkekeh kecil melihat tingkah kembarannya itu, biarkan saja Cakra dan hubungan tak jelasnya.

Di dalam kelas Candra sedikit ramai, beberapa anak memilih tidur karena tidak ada pelajaran. Candra mengambil earphone nya di tas, dan jaketnya untuk di gunakan sebagai bantal.

Dengan kelas yang lumayan luas, membuatnya mudah mencari tempat untuk tidur sesaat.

~~~~~~~

Cakra merapikan seragam Pramuka nya, dia sudah berganti baju futsal, hari ini jadwalnya untuk ektra futsal. Berbeda dengan Candra yang menonton di pinggir lapangan, dengan sekresek cemilan dan minuman.

Untuk ektra mereka memilih bidang yang berbeda, jika Cakra futsal, maka Candra memilih basket. Ya walaupun berbeda ektra mereka tetap saling menemani untuk latihan, karena memang mereka berangkat sekolah berboncengan, jadi tidak bisa pulang sendiri-sendiri.

"Kiw cowok, sendirian aja."

Candra menoleh ke samping, menemukan Serena dengan tangan membawa kresek hitam kecil.

"Mata lu min, rame nih. Di bilang sendirian." Sewot Candra.

"Basa basi doang gw, Can. Noh, batagor lu." Serena memberikan se-plastik batagor pesanan Candra.

"Makasih."

Candra menikmati batagornya sembari melihat para pemain futsal latihan, dia melirik Serena begitu mendengar perempuan itu berdecak kesal.

"Kenapa lu?"

Serena mematikan handphonenya, "coba tolong itu pacar lu di bilangin, gw cuman nemenin lu buat nungguin Cakra, dia spam gw gak jelas ngatain ini itu."

"Sorry." Candra segera mengambil handphonenya di kantung celana, membalas pesan pacarnya dan memintanya untuk tidak menggangu Serena.

"Kalian langsung pulang atau gak?" Tanya Serena, begitu latihan futsal selesai.

Candra dan Serena membersihkan sisa-sisa bungkus jajanan mereka,  Cakra berjalan kearah mereka dengan badan penuh keringat.

"Iya, Chantika sendirian di rumah. Tas lu bawa sendiri." Candra melempar tas Cakra.

Mereka berjalan bersisian menuju parkiran, sampai lampu merah, baru mereka berpisah karena berbeda arah pulang.

Rumah dengan dua lantai ini, sangat ramai. Candra dan Chantika karaokean di ruang tengah, dengan Cakra yang berkutat di dapur membuat jus apel, karena dia kalah hompimpa dengan kedua saudaranya.

Jangan tanyakan bunda, beliau sedang sibuk di butik.

"Yo! Tangan di atas. Rungkad!"

"Entek entek an."

"Kelangan Koe sing paling tak sayang."

Chantika memutar-mutar boneka stroberi ke atas, Candra berjoget di atas sofa.

"Tresno tulusku mung dinggo dolanan."

"Sikat, mas Candra." Teriak Chantika.

"Stop mencintaimu."

"Gawe ku ngelu." Chantika bergabung dengan candra, berjoget di atas sofa.

Cakra menggeleng, berjalan mendekat dengan tiga gelas jus apel di nampan yang dia bawa.

Melihat jus yang Cakra buat sudah siap, mereka berdua segera turun dari sofa. Dengan nafas ngos-ngosan, Chantika langsung meminum jus tersebut.

"Pelan-pelan, dek. Nanti tumpah." Ujar Cakra.

"Wuih, seger. Pas rasanya." Chantika mengacungkan jempol.

Setelah menegak habis jusnya, Candra rebahan di karpet, "bentar, ilang nafas gw."

Cakra memukul kaki Candra, "banyak tingkah sih, lu."

pasukan Ayah HelmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang