"Mungkin karna aku ngantuk" jawab Nabila. Paul tidak dengar, dia memundurkan badannya "ha?"

"Mungkin karna aku ngantuk, Powl" ulang Nabila lagi dengan sedikit penekanan. Saat lampu merah Paul menoleh, dia menatap Nabila, benar saja mata gadis itu terlihat sayu.

Nabila balas menatap Paul sambil berkedip-kedip, memfokuskan dirinya agar tidak tertidur. luar biasa, ini pertama kalinya Nabila merasakan ngantuk yang benar-benar tidak bisa di tahannya lagi

Paul menepuk pundaknya "kalau kamu mau, kamu boleh senderan disini"

Nabila menatap pundak Paul, tapi dia tidak menyenderkan kepalanya di pundak pria itu. Nabila menunduk dan menyandarkan puncak kepalanya di punggung Paul, tangannya yang memegang jaket Paul juga di pereratnya. Nabila tertidur dalam posisi menunduk.

Paul melirik dari kaca spion, dia tertawa tanpa suara. Paul juga memperlambat kecepatan motornya agar Nabila tetap aman.

Sekarang mereka sudah sampai dirumah, Nabila terbangun dan langsung turun dari motor.
Dia menatap Paul masih dengan setengah sadar. Paul mengulum senyumnya, dia mengelus kepala Nabila dan menyuruh gadis itu untuk masuk

"Yaudah kamu langsung tidur ya. Jangan main-main hp lagi. Ingat" ucap Paul memperingati, Nabila mengangguk saja. Dia menutup mulutnya sambil menguap.

"Hoaam, yaudah aku masuk ya. Kamu hati-hati di jalan. Kab-

"Kabari kamu kalau udah sampai rumah? Iya.. aku pasti kabari" potong Paul, Nabila tersenyum mengangguk.

Nabila menunggu Paul pergi terlebih dahulu lalu dia masuk, Nabila melepas sepatunya di balik pintu dan menyusunnya dengan rapi di rak sepatu. Dia buru-buru naik tangga hingga tidak sadar langkahnya melewati satu undakan tangga.

Nabila keseleo, dia langung berpegangan pada tiang tangga agar tidak jatuh. Rasa ngantuk yang tadi begitu mendominasinya mendadak hilang tak tersisa. Nabila mendesis kesakitan. Dia bangkit dengan perlahan

"Aww, sshh" rintihnya menahan sakit, Nabila terus berpegangan pada tangga agar sampai di atas dengan selamat. Dia juga berpegangan pada dinding untuk sampai di kamarnya.

Nabila duduk di tempat tidur dan melihat kakinya yang keseleo. Dia tidak mengerti tentang masalah urat-uratan. Nabila hanya mengambil minyak kusuk yang ada di meja nakasnya, dia berdoa dan langsung mengoleskan minyak itu ke kakinya yang sakit.

"Mana besok ada ujian peraktek olah raga" gumamnya merasa kesal karna tidak hati-hati, kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan? Ya sudah pasti dirinya sendiri

Nabila melemparkan Tasnya dan untungnya tas itu mendarat dengan selamat di atas meja belajarnya, dia merebahkan badannya di atas tempat tidur.

Lelah sekali rasanya padahal tidak melakukan apa-apa, Nabila menatap langit-langit kamarnya sambil melamun, di gerak-gerakkannya kakinya untuk merasakan apakah masih sakit atau tidak. Nabila menghela nafas lega karna kakinya sudah tidak terlalu sakit seperti tadi.

Ting..

Bunyi notif pesan masuk, Nabila mengeceknya, ternyata dari Paul yang mengabari dirinya sudah sampai. Syukurlah.. ucapnya dalam hati.

Karna melamun-melamun, Nabila jadi merasa ngantuk lagi, dia menutup matanya dengan lengan tangannya, dan tidak butuh waktu lama untuk dia tertidur.

***

Hari ini Paul menjemput Nabila, Nabila sendiri yang memintanya. Karna biasanya Nabila selalu memilih pergi menggunakan angkutan umum.

Paul senang saja dimintai Nabila seperti ini, dia dengan semangat bangun lebih awal dan bersiap-siap hanya ingin menjemput Nabila, dia takut Nabila menunggunya terlalu lama. Syarla sampai terheran-heran di buatnya

The One And Only [END]✓Where stories live. Discover now