1. Mission Accomplished

Depuis le début
                                    

"Kamu kalo kaget lucu ya," ucap Arga yang diikuti dengan kekehnya.

"Eu ...." Bia menangkup kedua pipinya lalu perlahan memutar tubuh membelakangi Arga. Tawa Arga pun semakin pecah karena tingkah tersipu cewek itu. Benar-benar menggemaskan.

"Jadi ini kelakuan kamu kalo di belakang aku!" seru Ziva yang tiba-tiba datang dengan intonasi nyaring juga wajah marahnya. Suasana seketika berganti 180 derajat.

"Ziv ...." Arga langsung bangkit menghampiri Ziva sementara Bia hanya bisa mengikuti dengan raut yang bingung.

"Ziv, aku bisa jelasin." Arga berusaha meraih tangan Ziva yang langsung ditepis kasar oleh cewek itu.

"Jangan sentuh aku! Lanjutin aja puk-puk cewek itu!" teriak Ziva dengan tatapan sangar yang dilayangkan pada Bia.

Sekarang mereka berhasil menarik atensi para pengunjung hingga bisa dibilang menjadi pusat perhatian. Hal seperti ini memang yang paling menarik.

"Ziv, jangan kayak gini, malu sama orang. Kita pergi dulu ya, aku jelasin baik-baik," ucap Arga meminta pengertian.

"Kamu yang harusnya malu!" telunjuk Ziva menuding tegas. "Bisa-bisanya selingkuh padahal kita lagi jalan."

Bia mengerjap. "Lo-lo pacarnya Arga?" tanya Bia pada Ziva.

"Iya, kenapa?! Lo juga mau bilang kalo lo pacar cowok brengsek ini?!"

Bia menunduk, matanya terlihat berkaca-kaca.

"Bi-Bia, aku ...." Arga terlihat ingin menjelaskan, tapi tidak ada kalimat tepat yang berhasil dirinya temukan.

"Bener-bener brengsek ya lo!" pekikan Ziva kembali menggema lalu diikuti suara tamparan keras yang menghantam pipi Arga.

"Kita putus!" Kalimat terakhir Ziva sebelum cewek itu pergi menghilang, menerobos lingkaran orang yang mulai berdesas-desus.

Arga terlihat mengusap wajahnya kasar sebelum beralih pada Bia yang masih terpaku dengan air mata yang mengisi penuh kelopak matanya.

"Bi, aku--"

Bia menghindar ketika Arga hendak meraih tangannya.

"Jadi, kamu punya pacar?"

Arga mengusap kembali wajahnya frustrasi. "Aku minta maaf, Bi. Aku nggak maksud nutupin ini dari kamu."

Bia mendongakkan wajahnya. Menatap Arga dengan air mata yang sudah bercucuran di pipinya.

"Seru ya Ga, mainin perasaan orang? Kamu pasti ketawa banget ya karena aku dengan bodohya malah lahap habis kata-kata manis kamu. Dengan bodohnya aku libatin perasaan sama orang yang nggak punya perasaan." Bia menggigit bibirnya, menahan isakan tangisnya agar tidak terlalu keluar. Berusaha sok tegar ketika semua yang memerhatikannya kini memasang wajah mengiba.

"Aku bener-bener nggak nyangka ternyata kamu sebrengsek itu."

Arga meraih tangan Bia. Kali ini gerakannya lebih cepat hingga Bia tak sempat menghindar.

"Bi tolong, aku tahu aku salah, tapi aku benar-benar tulus sama kamu. Nggak ada yang ngerti aku selain kamu, aku beneran sayang sama kamu, Bi, " jelas Arga dengan suara yang lirih.

"Bulshit! Kamu juga bilang gitu sama pacar kamu tadi 'kan? Dan mungkin cewek-cewek lain di luar sana." Bia menggeleng-geleng tak habis pikir.

"Bi, aku--"

Bia menarik kencang tangannya hingga berhasil lepas dari Arga.

"Jangan pernah hubungi aku lagi," ucap Bia mengambil langkah pergi meninggalkan Arga yang mengerang frustrasi di sana.

Berbagai kata mengasihani masuk ke gendang telinga Bia. Tak lupa makian yang juga ditujukan pada Arga.

Bia menunduk, membiarkan rambutnya sedikit menutupi sisi kiri dan kanan wajahnya, setidaknya untuk menyembunyikan senyum yang kini terbit di bibir manisnya.

Ting!

Ziva:

Udah gue transfer ya, Bi

Thanks, Ziv.

Jangan lupa posting story galau, biar dia semakin ngerasa bersalah dan segan minta balikan.

Oke, thank you sarannya.
Nanti-nanti gue pake jasa lo lagi ya.

Bisa diatur.

Karena fokus mengetik, Bia sampai tidak sadar sekitar dan menabrak seseorang. Bia pun mendongak, untung saja orang itu tidak terjatuh.

"Maaf ya," ucap Bia dengan suara sengau khas orang yang menangis. Meskipun tangisannya pura-pura, tapi karena effort yang Bia berikan besar, efeknya pun jadi senyata itu.

Bia sedikit mengerjap beberapa kali untuk menghilangkan genangan air di matanya yang memang membuat pandangannya sedikit buram.
Sekarang terlihat bahwa orang yang ditabraknya adalah cowok berperawakan tinggi dengan wajah yang tampan.

Sayangnya berdasarkan pengalaman, yang good looking seperti ini yang paling mudah kena godaan. Merasa percaya diri dengan parasnya hingga muncul jiwa serakahnya. Bia sudah terlalu sering berurusan dengan cowok seperti  ini. Meskipun patut disyukuri karena kerjaannya jadi mudah juga.

"Sekali lagi maaf ya," ucap Bia seraya menepis air mata di pipinya yang masih mengalir.

Cowok itu hanya terdiam lalu menyodorkan sebuah sapu tangan pada Bia.

Bia pun menerimanya. "Makasih banget," ucapnya lalu mulai mengusap air mata di wajahnya.

"Ambil aja," ucap cowok itu yang membuat Bia mendongak dengan tatapan doe eyes-nya.

Sorot mata yang dimiliki Bia yang tanpa dirinya sendiri sadari bahwa itu poin terpenting yang membuat dirinya mampu membuat para cowok selama ini tertarik. Bukan pada kecantikan yang lain yang selama ini Bia pikirkan.

Tatapan yang membuat lawannya merasa diberi atensi penuh yang secara bersamaan mampu menarik rasa empati orang untuk melindunginya. Apalagi dengan keadaan habis menangis.

"Nggak perlu dikembaliin, ambil aja," ucap cowok itu lalu berlalu begitu saja.

Bia terdiam menatap kepergiannya sebelum mengangkat bahu tidak peduli. Bia sudah terbiasa diperlakukan baik terkhusus orang yang tidak dikenal. Dibukakan pintu saat memasuki cafe, diberikan alas saat Bia yang jogging di taman akan duduk, bahkan diberi tisu atau sapu tangan saat menangis ini juga bukan kejadian yang pertama.

Ini yang disebut Beauty Privilege.

Wah, Bia harus berterima kasih banyak pada kedua orang tuannya yang telah memberikan gen good looking ini. Berkatnya hidup Bia berjalan lebih mulus.

Bia melanjutkan langkahnya dengan isi kepala yang mulai bersenandyng, lalu kemudian ia menyadari sesuatu. Bia segera berbalik dan menatap punggung cowok tadi yang kini kian menjauh.

Kok rasanya Bia tidak asing dengan wajah itu ya?

oOo

Kenalan dulu nih sama Bia. Pelakor yang nggak bakal bikin kalian darah tinggi.

27 April 2023

Putus berbayarOù les histoires vivent. Découvrez maintenant