38 | SELAMAT TIDUR

Start from the beginning
                                    

Sakit memang, tapi tidak sesakit hatinya saat ini.

"Arika, makasih juga buat semuanya ya. Gue nggak sempat balas ucapan makasih lo kemarin. Lo udah beneran sembuh, tapi gue yang sakit sekarang. Gue pengen marah, tapi gue nggak bisa. Kenapa lo harus pergi secepat ini coba, gue nggak siap Arika.

Gue enggak tahu gimana hari-hari berikutnya tanpa kehadiran lo, gue enggak tahu harus gimana setelah ini Arika."

Pada akhirnya tangis yang katanya tidak akan ia perlihatkan hari ini sebab tak ingin mengantar sang kekasih dengan kesedihan, kini mengalir juga. Bersamaan dengan derasnya air hujan. Tangisan pilu dari sosok laki-laki yang kehilangan cinta pertamanya.

Arjuna tidak akan pernah lupa, bagaimana awal ia bisa jatuh cinta dengan gadis bernama Arika Angelina. Gadis penyuka warna kuning serta buah pisang dan caranya bicara yang cadel. Gadis yang lebih menyukai dibawakan pisang dibanding bunga mawar, gadis yang selalu berhasil menutupi segala luka dengan senyum cerahnya. 

Waktu beberapa bulan ini memang terasa begitu singkat untuk cerita mereka yang indah, tapi justru berakhir tak bahagia. Sebab salah satunya sudah lebih dulu berpulang, meninggalkan sosok laki-laki dengan luka akan kehilangan tanpa tahu obat penawar.

Cukup lama Arjuna menangis di sana, meratapi takdir akan kisah yang ia harap berakhir bahagia justru hanya menyisakan luka baginya.

Arjuna tidak tahu berapa lama luka ini akan sembuh, sebab kehilangan Arika benar-benar tidak pernah terpikirkan dalam benaknya. Arjuna cukup yakin bahwa Arika akan tetap bersamanya selamanya, tapi ternyata keyakinan itu justru hanya membuatnya sakit. Takdir mereka memang tidak bersama, hanya sesaat dan berpisah untuk selamanya.

Sekarang, jika ia merindukan gadis cadel ini, ia hanya bisa mengirimkan doa dan mendatangi rumah baru ini, tidak akan ada yang menyambut kedatangannya seperti biasa.

Untuk terakhir kalinya, Arjuna memeluk gumpalan tanah itu, mengecup papan nama bertuliskan Arika Angelina serta fotonya.

"Selamat tidur panjang, cantiknya Arjuna. I love you more and more every day and every time, i'm always waiting you come in my dream. See you ...."

•What should we do•

Tidak ada manusia yang tegar saat dihadapkan akan kehilangan orang tersayang. Meski tidak menangis bukan berarti ia tegar, mungkin air matanya sudah tak bisa lagi mengalir sebab hatinya terlalu sakit.

Sosok yang sudah berubah sepenuhnya itu kini hanya terdiam di pinggir sebuah jalan. Menatap setiap sudutnya yang dipenuhi dengan kendaraan. Ini bukan hanya sekedar jalan raya biasa, tapi ada kenangan di sana yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. 

Arion, sosok dengan senyum mata yang kata Arika indah itu kini hanya menatap kosong pada jalanan. Ia seolah kembali pada setiap malam saat sibuk memberikan kotak makanan pada orang-orang yang membutuhkan bersama adiknya. Bukan hanya sekali, tapi hampir setiap malam setelah hari dimana Arika dan Arjuna ikut membantunya, adiknya itu bersikeras ingin terus melakukan hal yang sama. Hanya mereka berdua, sebab itulah keinginan Arika.

Arion tidak tahu, bahwa itu hanyalah alasan bagi adiknya untuk mengucapkan selamat tinggal padanya secara tak langsung. Kebersamaan mereka setiap malam dan kotak makanan yang selalu dibagikan habis tak bersisa, kini hanya tinggal kenangan saja.

"Nanti, walaupun Bang Al sendilian, halus tetap semangat ya bagiin makanannya."

"Senyum di mata Abang itu indah, Alika suka liatnya. Abang halus seling-seling senyum kayak gitu!"

Arion tersenyum mengingat kalimat adiknya, matanya hampir terpejam mengingat bagaimana wajah itu dengan ceria mengatakan menyukai senyum di matanya.

"Bang Al! Kenapa hujan-hujanan, nanti sakit loh?!"

What should we do? Where stories live. Discover now