008: Kehadiran Sosok Misterius Lain

6 1 0
                                    

Terdorong oleh rasa amarah, Dimas langsung menembakkan senapannya beberapa kali. Sadar akan serangan barusan, laba-laba itu langsung meberikan serangan balasan berupa tembakan air liur beracun, meski dia tak mampu untuk menghindar. Merasa bahaya akan datang mengancam, Dimas langsung berlindung ke balik pohon, yang dalam sekejap layu karena terkena racun dari binatang tersebut.

Dimas berlari menuju pohon lain untuk berlindung. Sadar akan pergerakan lawannya, laba-laba besar itu berusaha menembak Dimas. Beruntung, dengan berkah elemen angin yang dimiliki, lelaki itu berhasil mencapai pohon lain yang berjarak beberapa meter darinya dalam waktu sekitar satu detik saja. Alhasil, binatang raksasa itu mengeluarkan suara desisan akibat kehilangan momentum untuk menyerang.

Dimas tiba-tiba kepikiran sebuah ide. Dia bergerak mengelilingi laba-laba tersebut sembari sesekali menembakkan senjatanya. Rupanya taktik ini membuahkan hasil positif. Binatang besar itu tak mampu menghindar sehingga beberapa proyektil peluru berhasil menembus tubuhnya. Dimas terus bergerak sambil sesekali menyerang hingga amunisi dalam senapannya habis. Karena tertolong dengan jarak yang cukup jauh dari lawannya, lelaki itu mampu mengisi ulang peluru tanpa harus menjepit ibu jarinya.

Dimas mengintip dari balik pohon untuk mengamati situasi Diky. Ia masih terbaring di tanah sambil sesekali kejang-kejang. Merasa tidak ingin membahayakan sahabatnya itu, Dimas menembak untuk mengalihkan perhatian laba-laba tersebut lalu berlari ke sisi hutan yang lain. Untungnya, binatang itu malah mengikuti Dimas dan membiarkan Diky yang masih tak berdaya.

Setelah tiba di sebuah pohon yang cukup besar, Dimas berdiri menyandar untuk beristirahat. Napasnya terdengar sedikit berat akibat terus berlari. Namun, beberapa saat kemudian laba-laba itu malah sampai terlebih dahulu dan menyerang kembali. Waktu istirahat yang dirasanya terlalu singkat membuat Dimas kesal. Dari balik tempat berlindungnya, lelaki itu menembakkan senjatanya lalu bergerak mencari pohon lain untuk tempatnya berlindung.

Pertarungan antara keduanya terus berlangsung dengan sengit. Dimas terus bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya untuk berlindung sembari sesekali menyerang, sedangkan laba-laba besar itu hanya terpaku di satu tempat sambil berusaha membalas serangan dengan tembakan liurnya yang beracun. Seiring berjalannya waktu membuat Dimas merasa frustrasi. Tak peduli berapa kali ia menembak dan ke mana proyektilnya mengenai tubuh binatang besar tersebut, ia masih saja tetap berdiri dan menyerang balik.

Lagi-lagi Dimas harus meneruskan pertarungannya. Dia terus bergerak mengelilingi laba-laba itu sambil menyerangnya sesekali. Terlalu fokus menyerang membuat Dimas tak sadar jika peluru dalam senapannya habis dalam sekejap saja. Sayangnya, ibu jari Dimas terjepit saat hendak akan mengisi ulang senjata hingga berteriak keras karena kesakitan dan terdiam untuk sesaat. Merasa diuntungkan, laba-laba tersebut bergerak dengan cepat ke belakang lawannya.

Alangkah terkejutnya Dimas kala mengetahui laba-laba tersebut kini sudah ada kurang dari lima meter di dekatnya. Binatang besar itu mengeluarkan beberapa desisan pendek, namun terdengar seperti sedang tertawa. Rupanya dia membuka mulutnya lebar-lebar dan bersiap menembakkan racun. Tiba-tiba, dari langit muncul sinar berwarna kuning emas menyoroti mata laba-laba tersebut hingga membutakannya. Kali ini dia berdesis keras seakan merasa sakit yang cukup besar. Beberapa saat kemudian, puluhan sinar lain berwarna merah menghujani tubuh binatang besar itu dan membakarnya hidup-hidup.

Dimas hanya tercengang melihat pemandangan mengerikan di hadapannya. Laba-laba tersebut berlari ke sana-sini sambil berdesis kesakitan, dengan kobaran api yang menyelimuti tubuhnya. Sayangnya, tak peduli seberapa jauhnya ia berlari, api di tubuh binatang tersebut tak menunjukkan tanda-tanda akan padam. Dia pun kini melompat-lompat agar bisa memadamkan api, namun usahanya sia-sia. Beberapa menit kemudian, laba-laba itu membalikkan tubuh ke atas dengan delapan kakinya yang mengatup. Ia harus menyerah pada kematian yang cukup tragis karena terbakar hebat.

(Moved to Karyakarsa) Navanea, 300 Years AfterDove le storie prendono vita. Scoprilo ora