Kedua

1 0 0
                                    

Jaemin mengayuh sepeda berwarna biru itu ke sekolahnya, hey jangan kalian pikir jaemin tidak memiliki motor atau kendaraan lainnya hanya saja sepeda ini pemberian sang nenek kepadanya jadi dia sangat menyayangi sepeda biru ini.

Jaemin berjalan melewati taman dimana dia berjumpa Jeno kemarin, pemuda tinggi berambut hitam yang mendengarkan semua keluhan Jaemin kemarin.

Dia teringat sesuatu yang pemuda itu katakan kemarin

"Jika kau ingin bertemu dengan ku maka datanglah kemarii aku selalu di sini menunggu mu untuk datang"

Jaemin menatap Jeno dengan tatapan bingung, mengerti tatapan itu Jeno bertanya "kenapa?"

"Aku menemui disini lalu dimana rumah mu Jen? Kenapa aku harus menemui mu disini?"

Jeno terkekeh pelan mendengar pertanyaan yang di lontarkan Jaemin, dia menunjuk rumah kayu yang berada tidak jauh dari taman

"Disana rumah ku, tapi rumah ku selalu ramai jadi kau temui saja aku disini ya"

Jaemin tersenyum mengingat pertemuan nya dengan Jeno kemarin, dia melihat kerumah kayu lama yang Jeno tunjuk.

"Perasaan rumah itu selalu sepi, kenapa dia bilang rumahnya ramai?" Gumam Jaemin

Tidak mau berpikir panjang Jaemin mengayuh lagi sepedanya hingga sampai di sekolahnya.

........

Jam pelajaran pertama sudah selesai, sungguh membosankan karna pelajaran pertama disambut dengan pelajaran sejarah yang Jaemin saja tidak mengerti itu.

Jaemin duduk sendirian di paling belakang, sedangkan kedua sahabatnya Haechan dan Renjun duduk di dua bangku setelahnya.

Dia melihat keluar jendela, lagi lagi rintikan hujan turun membuatnya teringat kepada Jeno.

Asik memikirkan pemuda itu dia dikejutkan oleh manusia beruang yang menjengkelkan menurut nya.

"DORR, hayoo kau memikirkan apa sambil senyum senyum begituu oh astagaa apakah jaemin ku ini sedang jatuh cinta??" Goda Haechan yang di hadiahi tatapan malas oleh Jaemin.

Sedangkan Renjun hanya tertawa melihat tingkah si jahil Haechan dan nantinya akan mendapat balasan malas oleh Jaemin, menurutnya itu sangat lucu.

Karna Haechan walaupun tidak di respon oleh Jaemin, dia tetap menjahili nya terus menerus.

Mereka sudah berteman dari masa smp jadi Haechan mengenal bagaimana Jaemin itu, Jaemin yang sekarang bukan seperti Jaemin periang yang dulu jadi dia menjahili Jaemin agar ada sedikitnya kehidupan di dalam diri Jaemin.

Sedangkan Renjun bertemu mereka pada saat awal masuk sma.

"Renjuniee nana kita sudah mulai jatuh cinta, apakah dengan bos muda?? oh oh aku tauu apa dengan kapten basket angkatan kita ituu katakan lah na"

Jaemin memukul Haechan keras, dia mendengus pelan.

"Siapa yang jatuh cinta coba, apa salah nya melamun sambil tersenyum seperti itu lagian ya aku memikirkan nenek ku bukan orang lain" bohongnya, Renjun yang tau itu bohong tertawa pelan.

Renjun bisa melihat bohong dan jujur seseorang hanya dengan melihat dari matanya saja.

"Astaga benarkah? Kalau jaemin beneran tertarik pada seseorang gimana tuh chan"

Mendengar itu Haechan memekik pelan lalu duduk di sebelah Jaemin sambil memeluk nya.

"Aku akan sangat bersyukur kepada Tuhan karena akhirnya ada yang hidup di dalam diri jaemin astaga apakah perlu aku masukan ke dalam album kejadian ini na?" Tanya nya yang membuat Jaemin jengkel lalu memukul kuat kepala Haechan.

"Yakk aku bilang tidak ada yang jatuh cinta, tidak bisa kah kalian percaya kepada ku kenapa kalian selalu menganggap ku berbohong huh" kesal Jaemin.

"Sudahlah chan berhenti mengganggu nya kau ini tidak henti hentinya menganggu putri salju ini" ujar Renjun, Jaemin memang di juluki putri salju oleh mereka karna kulitnya yang seputih salju dan pastinya tukang makan dan tidur.

Jaemin mendelik tidak terima dipanggil seperti itu.

"YAKK KALIAN BERHENTI LAH MENGGANGGU KUUU"

Haechan dan Renjun lagi lagi tertawa keras, lalu meninggalkan Jaemin keluar.

Mereka tau Jaemin tidak akan keluar kelas, jadi mereka inisiatif untuk membelikan Jaemin makanan dan minuman agar perut nya terisi.

Jaemin kesal lalu mencoret acak bukunya

"Sialan banget punya temen sifat minus semua"

Jaemin menatap keluar jendela, dia terfokuskan pada satu hal di bawah pohon.

Seorang pemuda membawa payung bening tengah melambaikan tangan nya kearah Jaemin.

"tunggu itu seperti" Jaemin menajamkan penglihatan nya lagi karna takut salah orang.

"JENO"

Tbc

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Apr 18, 2023 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Anjani (Nomin)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum