Bab 32 • Tak Terbendung

Start from the beginning
                                    

"Tidak! Bukan begitu! Maksud saya, apa jadinya orang luar ibukota mengetahui masalah internal kita?"

"Anda harusnya bicara begitu pada Putra Mahkota."

Count Rilion menghela napas. "Yang Mulia ... ini tidak baik untuk posisi Putra Mahkota ... orang-orang yang kontra terhadap Putra Mahkota akan merepotkan."

Theroz bergeming. Ucapan Count Rilion sudah ia pikirkan. Namun, Theroz tak perduli lagi.

Theroz kembali menatap pada utusan milik Kaisar.

"Baginda bisa ditemui?"

Utusan tersebut merunduk hormat.

"Anda harus melepaskan zirah dan meletakkan pedang Anda."

Theroz memicing. Namun ia menurut untuk menyerahkan pedang, dan melepaskan zirahnya.

"Yang Mulia ...." lirih Count Rilion yang tidak ditanggapi Theroz.

Setelah melakukan persiapan, sang utusan menuntun Theroz untuk memasuki ruang istirahat Kaisar.

Di sana ia mendapati sosok Kaisar yang tengah duduk bersandar di atas ranjangnya. Tak hanya Kaisar, ada pula pelayan dan ajudan yang menemani.

Theroz memberikan salam hormatnya.

"Aku sudah mendengarnya," kata Kaisar tiba-tiba. Wajahnya tampak datar, tetapi rasa lelah tersirat di matanya.

Theroz mendongak. "Izinkan saya memasuki istana Putra Mahkota untuk menjemput istri saya."

"Jangan membuat keributan," tegas Kaisar.

Theroz mengeraskan rahang. Batinnya membara ingin menyuarakan protesnya. Namun, ia tetap menahan diri. Karena saat ini, ia sebagai bawahan tengah berhadapan dengan sang pemimpin tanah air.

"Aku sudah memberi perintah pada Putra Mahkota untuk memulangkan Duchess. Tunggulah."

"Dua puluh empat jam telah berlalu. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Kaisar menghela napas. "Saat ini Putra Mahkota akan memulangkan Duchess."

"Maka biarkan saya menjemput istri saya di istana."

"Duke—"

"Yang Mulia!" Theroz berseru. Matanya nyalang menatap tajam. Hal tersebut membuat ajudan Kaisar mengambil posisinya.

"Saya tahu Anda pernah merasa gila karena wanita."

Kaisar bergeming sesaat. Ia tampaknya mengerti maksud dari ucapan Theroz.

Kaisar memalingkan wajah. "Percayalah pada Putra Mahkota yang akan memulangkan Duchess."

"Mendapati ia menarik paksa istri saya, saya tidak percaya."

"Segera tarik suratmu."

"Saya harus membawa istri saya pulang."

Kaisar memicing tak senang. "Ini perintah."

"Kalau begitu saya akan menjadi pemberontak saat ini."

"Jangan berlebihan!" Kaisar berseru marah.

Theroz tak berubah sedikitpun. Ia tetap teguh pada pendiriannya.

Kaisar kembali mengalihkan wajahnya seraya menghela napas kasar. Ia memberikan isyarat pada ajudannya untuk membawa paksa Theroz pergi.

"Aku tidak menerima bantahan. Aku tidak ingin mendengar keributan apapun lagi. Jika kau perhatian pada ayahmu yang sedang sakit ini."


༻✧༺


"Bisakah aku bertemu dengan Yang Mulia Putra Mahkota?"

The Duchess Wants Have to ChildrenWhere stories live. Discover now