bab 17

12 3 0
                                    

Mereka berhenti di restoran barbeque, Jia memilih tempat duduk paling ujung lalu memanggil waiters untuk memesan menu mereka, setelah waiters pergi meninggalkan mereka Jia membuka suaranya.

"fat, gue mau ngomong sesuatu boleh?"

"boleh, lo mau ngomong apa?"

Jia menggenggam tangan Alfath dengan erat. "fat sebenernya gue punya penyakit dan harus terapi ke Singapore, dua Minggu setelah kita ospek gue bakal pergi ke sana buat terapi. Lo gue tinggal sebulan gapapaa kan?"

"lo bercandain gue? Bercanda lo ga lucu tau ga? Bawa-bawa penyakit segala" Alfath tertawa geli saat Jia mengatakannya.

"fat bisa serius ga? Gue ga bohong" Jia memiringkan kepalanya sambil menatap mata Alfath.

Alfath terdiam lalu menggenggam balik tangan Jia. "jangan tinggalin gue ya? Gue ga bisa kalau tanpa lo, gue yakin lo pasti bisa ngelewatin ini semua Ji"

Air mata mulai mengucur deras di pipi Jia. "gue sayang banget sama lo fat, gue juga berharap ga ada yang bisa misahin kita. Tapi kalau ini emang takdirnya kita bisa apa? Gue mohon dukungan lo ya"

Alfath hanya terdiam, lalu mengusap air mata Jia perlahan dan tersenyum kepadanya. "gue tau lo orang yang kuat, sekarang stop nangisnya ya? Kita makan dulu terus nanti tinggal nyari tempat yang enak buat ngobrolin ini semua oke?"

Jia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Alfath memaklumi posisi yang di alami jia sama seperti yang ia rasakan sekarang. Tapi ia tak seberani Jia untuk mengungkapkan rahasia itu. Makanan yang mereka pesan kini tiba, keduanya memakan makanan itu dengan mata yang saling menatap satu sama lain. Entah apa yang merasuki Alfath hingga ia berpindah posisi lalu memeluk Jia dengan hangat, Jia mengerti apa yang diberikan Alfath kepadanya agar dirinya tak berfikir jauh dan membuat dirinya semakin tak terkendali.

"udah selesai makannya?" Alfath menatap Jia yang masih mengusap matanya dengan tissue.

"udah kok, langsung pulang ya?" Jia mengambil handphone lalu bercermin.

"hahaha... Harus banget ya habis nangis ngaca kaya gitu? Mau lo nangis ampe ingusnya kemana-mana jug tetep cantik" Alfath terkekeh sambil meninggalkan restauran barbeque itu.

Alfath teringat dengan apa yang harus ia lakukan hari ini, ia menoleh ke arah Jia lalu menarik tangannya agar tidak menghalangi orang berjalan, Alfath mengeluarkan kotak cincin dari dalam sakunya lalu berlutut di hadapan jia.

"Ji... Sekarang gantian gue yang mau ngomong sesuatu sama lo, we've known each other for a long time right? 4 years is enough for us to know? now I want to be serious with you. would you exchange rings and enter into a marriage relationship with me?"

"Fat? Gue ga jago bahasa Inggris tapi gue tau arti kata terakhir lo dan gue..."

Alfath menatap Jia sejenak lalu berdiri di hadapannya, Alfath menggenggam tangan Jia sambil mengarahkan ke arah dadanya.

"jantung gue berdetak kenceng saat lo hadir dalam hidup gue, kalau nolak berarti lo tega sama gue? Lo ga follback perasaan gue selama ini?"

"Fat? Gue ga mau, GA MAU NOLAK MAKSUDNYA" Jia melompat kegirangan membuat semua mata orang di mall itu tertuju pada mereka berdua.

"shutttt jangan rame-rame ini tempat umum" Alfath memeluk Jia dengan erat.

Begitu pula dengan Jia yang membalas pelukan Alfath, entah apa yang baru saja ia alami ini mimpi atau bukan. Pikiran buruk tentang hubungannya dengan Alfath sejenak menghilang.

ALFATHHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin