SF. 2 minuman

2.4K 204 23
                                    

awal awal emang masih gaje gajenya.

step Father 2 | Nomark

acara pernikahan sudah usai beberapa jam yang lalu, kini kedua pengantin baru sudah membenahi diri mereka dan bersih bersih, keluarga besar menunggu di meja makan untuk makan malam bersama.

tak lama Hayoung dan Mark muncul, kedua pasangan baru itu terlihat cerah dan segar sehabis bersih bersih, wajah Hayoung terlihat bersinar dengan senyuman manisnya, begitu juga Mark.

Mark sudah lelah dengan kegiatan hari ini, untungnya semua berjalan lancar.

Hayoung melihat Jeno ternyata sudah duduk dan menunggu makanannya sedari tadi, tetapi karena ini adalah makan bersama untuk pertama kalinya dengan pengantin baru, alhasil Jeno harus sabar menunggu sang Ibu dan Ayah barunya itu keluar dari kamar.

"bagaimana? kalian berdua terlihat cerah sekali kelihatannya"

Hayoung dan Mark saling melirik dan melempar senyum tipis, sementara wajah Jeno sudah masam sedari tadi.

"ak-

semua orang menoleh bersamaan, pada anak lelaki yang sedari pagi telah menjadi pusat perhatian "maaf memotong pembicaraanmu, tuan, kapan kita akan makan? aku kelaparan sedari tadi" jelasnya, memotong pembicaraan tuan Lee.

awalnya ruang makan yang tadi berisik menjadi hening, namun tidak lama tawa muncul, tuan Lee tertawa melihat pemuda 19 tahun itu sudah dongkol.

"hahaha, baik tuan muda. karena anggota keluarga sudah berada disini semua, kalian bisa makan"

akhirnya,

pemuda itu mengambil makanannya, dan melahapnya langsung tidak peduli jika ia benar benar tidak sopan, ini masalah perut bukannya apa apa, sedari pagi jadwal makannya hancur.

ia tidak bisa makan dengan leluasa, karena di atur atur.

Hayoung memberikan senyuman meminta maaf pada yang lain tentang anaknya, Jeno memang seperti itu, entah apa salah Hayoung, perasaan ia sudah mendidik Jeno dengan baik.

tapi anak itu justru berperilaku seolah tidak diajarkan sopan santun, Hayoung tau jika Jeno tidak mau bertemu Ayah barunya terlebih Jeno juga tidak ingin mendatangi acara pesta pernikahannya, mood anak itu bertambah jelek karena terus terusan di paksa.

alhasil Jeno seperti ini.

biarlah, asal anak itu tidak melakukan sesuatu di luar nalar, jadi Hayoung masih baik baik saja dengan itu.

step Father 2 | Nomark

"eh- Jeno, kau mengagetkan eomma! ada apa?" Hayoung terkejut, ketika putranya tiba tiba saja muncul saat itu akan masuk ke dalam kamar, Mark sudah duluan ke dalam namun kini ia tertahan oleh tubuh menjulan sang putra yang menutupi jalannya.

Jeno menatap sang Ibu sambil bersidekap dada.

"eomma, apa yang kau lakukan. kau itu menikahi siapa?" ujar Jeno.

alis Hayoung berkerut bingung.

"apa maksudmu?" Hayoung mengerutkan dahi. kebingungan dengan pertanyaan Jeno.

pria muda itu terkekeh dia tidak menyangka bahwa ibunya memiliki selera yang buruk, itu benar benar memalukan, Jeno hanya terkekeh singkat "kau menikahi bocah" jelasnya.

lagi. Hayoung di buat heran, Jeno memang suka berbicara tajam seperti itu, namun apakah sopan jika pemuda itu, menghina ayah tirinya sendiri, Hayoung tidak pernah mengajarkan Jeno untuk menjadi anak yang tidak tau sopan santun seperti itu.

wanita itu menatap sang anak dengan tatapan tidak percaya.

"jaga bicara Jeno! Mark adalah ayahmu sekarang!" tegas Hayoung, mau tidak mau sekarang Hayoung harus mampu bersikap tegas pada putra sulungnya sebelum Jeno benar benar menjadi anak pemberontak.

Jeno tersedak ludahnya, dia hampir tertawa keras mendengar pernyataan sang Ibu.

"ayah? really? boleh di coba" Jeno tersenyum geli, pemuda itu beranjak pergi setelah beradu argumen dengan Ibunya beberapa waktu lalu, Hayoung menghela nafas menatap punggung lebar sang anak, entah apa yang terjadi tetapi setelah kematian sang suami, Jeno menjadi sedikit nakal seperti itu.

Hayoung tidak kuat jika mengurus putranya sendiri, dan bersyukurnya kini ia telah menikah dengan pria yang mau menerima dirinya apa adanya, walau Mark adalah pria muda lajang, namun pria itu tidak mempermasalahkan untuk mempersuntingnya.

.

Jeno berjalan menuruni tangga dengan wajah mengantuk sembari mengusak usak rambutnya, pemuda itu melangkahkan kaki menuju dapur untuk membuat teh hangat, tiba tiba saja Jeno bangun dan ingin minum teh di tengah malam seperti ini.

namun, terdengar dari arah dapur suara suara bising bersumber dari sana, Jeno yang awalnya mengantuk kini terjaga dan membuka matanya lebar, pemuda itu berjalan pelan dan waspada.

mengintip lampu dapur yang menyala remang remang di tengah tengah kegelapan rumah besar ini, anak itu menatap sekelebat bayangan hitam yang tampak menjulang, tengah berkutat dengan sesuatu di dapur.

Jeno pikir, apa di rumah ini ada pencuri, namun untuk apa pencuri berlama lama di dapur, memang barang berharga apa yang di simpan disana.

dengan berani pria itu berjalan tanpa suara, waspada dan mencoba untuk meringkus pencuri jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.

"Jeno!"

Jeno terkejut, ketika dia baru saja meraih botol whiskey yang terletak diatas meja makan, dan tengah berancang ancang hendak memukul seseorang yang berdiri membelakanginya.

tangannya ia turunkan, botol Whiskey itu ia letakkan kembali di atas meja, menghela nafas. Jeno menatap pria pendek di hadapannya tengah mengaduk minuman.

"Jeno? ada apa malam malam bangun?" tanyanya dengan senyuman tipis, menatap mata pemuda itu tanpa mengalihkannya.

"haus."

Mark- mengangguk, pria kelahiran agustus itu melirik botol Whiskey yang Jeno pegang tadi "malam malam minun whiskey?" Jeno menggeleng.

"tadinya aku hendak memukul kepalamu, ku kira kau adalah pencuri di rumah ini" balas Jeno.

Mark terkikik, mendengar jawaban datar itu.

"mau ku buatkan minumannya?" tawar Mark.

Jeno terdiam beberapa saat berfikir, sebenarnya dia malas untuk membuat teh dan kebetulan sekali ada yang menawarkan diri untuk membuatkannya teh "tidak perlu" pemuda itu menolak.

Mark kebingungan "kenapa? aku bisa membuat kan minuman untukmu. tenang saja Appa tidak berniat untuk meracuni mu, Jeno" Mark tersenyum tipis, menekankan kalimatnya.

step Father 2 | nomark

step father | Nomark [NEW VERSION]Where stories live. Discover now