Chapter 2

10.6K 573 18
                                    


Rafki pov

Kuhempaskan tubuhku di kursi kerjaku dengan perasaan tak menentu. Sedang pikiranku menerawang jauh memikirkan perkenalanku tadi dengan AL yang ku tahu kenyataannya ternyata AL adalah anak kandung Pak Rasyid satu-satunya. Yang berarti itu menyimpulkan bahwa teman yang sudah di vonis hidupnya tak lama lagi adalah Pak Rasyid sendiri. Orang yang sudah banyak berjasa padaku. Orang yang memang dari awal bertemu sudah ku anggap seperti ayahku sendiri.

"Akhhhh...". Kuusap mukaku kasar karena kegelisahan yang kurasakan.

Memang tak dapat ku pungkiri kalau ada rasa bahagia bisa bertemu dan berkenalan dengan AL. Tapi kegelisahanku mengenai penyakit Pak Rasyid seperti memposisikan aku sebagai orang jahat dan serakah. AL yang masih seumur jagung harus menikah dengan orang yang lebih pantas menjadi om-nya ketimbang jadi suaminya. Menikahinya sama dengan mengamini Pak Rasyid supaya cepat mati. Karena dengan sekali tepuk maka 2 harta kesayangan Pak Rasyid jatuh di tanganku. Perusahaan dan AL putri kesayangannya. Memangnya siapa Aku???.

"Ya Allah ... apa yang harus kulakukan??". Gumamku dalam hati. Mengetahui kenyataan seperti ini rasanya lebih sulit untuk melangkah. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 14.30 WIB sebentar lagi tibalah waktu Ashar. Lebih baik ku ambil wudlu dan sholat. Ku serahkan semua pada Rabb-ku aku tahu Rabbku pasti tahu jalan keluar terbaik.

--------#####---------

Seusai sholat aku diberitahu sekretaris Pak Rasyid bahwa Pak Rasyid memanggilku. Tibalah Aku di sini sekarang. Di ruang kantor privat Pak Rasyid. Pak Rasyid sedang menunjukkan secarik kertas yang berisikan diagnosis dokter terhadapnya yang merupakan bukti bahwa beliau memang sedang dalam kondisi sakit.

"Kamu Oase satu-satunya untuk menyelamatkan kondisi yang sedang ku alami Rafki". Ucap Pak Rasyid memecah keheningan yang sejak awal terjaga. Apa??. OASE??. Ibaratnya hanya Aku satu-satunya yang dianggap penolong keluarganya. Memang siapa Aku??. Aku hanya anak petani miskin yang sedang merantau demi sesuap nasi untuk ibu dan adikku di kampung.

"Saya ... saya ... kurang pantas pak!!". Jawabku terbata. Memang itu yang kurasakan.

"Memang begitu yang kurasa ..." Aku tersentak dengan jawaban Pak Rasyid. Yang ternyata kalimat itu menggantung dan belum selesai.

"...awalnya. Tapi setelah melihat bagaimana sikapmu dan pekerjaanmu kurang lebih 3 pekan ini Aku semakin mantab memilihmu ... Rafki". Kata Pak Rasyid sambil menggenggam tanganku. Tidak tahu kenapa jawaban itu membuat gemuruh di hatiku. Aku jadi tidak dapat berkata-kata lagi. Air mata haru jatuh seketika. Tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku saat ini. Apakah Aku harus bersyukur akan kondisi ini ataukah bersedih karena baru saja Aku dapat bernafas karena baru merasakan kasih sayang seorang Ayah melalui tangan Pak Rasyid tapi harus kehilangan lagi dalam sekejap waktu.

"Saya merasa seperti orang jahat pak ...". Akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku di tengah isakan tangisku. Kumerendahkan diriku dengan duduk bersimpuh sambil sesenggukan dan tanganku menggenggam tangan beliau dan menciumnya. Beliau mengelus-ngelus punggungku dengan hangat. Sungguh pengalaman yang tak dapat ku lupakan sepanjang hidupku dan sampai kapan pun tak akan pernah ku lupakan.

"Duduklah, dan mari kita buat kesepakatan agar kita sama-sama nyaman". Perintah Pak Rasyid yang tak lama ku turuti dengan anggukan dan menyeka air mataku dengan tanganku. Apa Aku laki-laki cengeng??. Tidak. Hanya saja peristiwa ini betul-betul menguras emosiku.

-------####-------

Akhirnya dari pembicaraan panjangku dengan beliau tercetuslah beberapa kesepakatan. Kesepakatan yang membuatku dapat bernafas lagi, seakan-akan kutelah terbebas dari himpitan dua tembok. Kesepkatan yang menimbulkan perasaan lega dalam hatiku. Hanya 2 kesepakatan, 1 permintaan dariku dan 1 permintaan dari beliau. Beliau meminta agar Aku tetap menjaga AL sebagai gadis hingga AL berumur 18 tahun demi masa depan AL. Dan menurutku itu wajar, bahkan tanpa diminta pun mungkin Aku akan tetap melakukan hal demikian. Karena menurutku di umur AL yang masih 14 tahun ini tidak mungkin melahirkan anak dan harus merawat anak. Karena pendidikan lebih prioritas. Permintaanku juga adalah untuk benteng diriku dan keluarga. Agar tidak ada spekulasi dari orang-orang bahwa Aku orang jahat dan serakah. Yakni dengan meng-atasnamakan perusahaan tetap dengan nama keluarga pak Rasyid kalau pun nanti jadi milik AL berarti perusahaan ini adalah tetap atas nama AL dan milik AL selamanya ...
"Assalamu'alaikum ...". Sapaan lembut nan ceria itu telah membuatku tersadar dari lamunanku.

MISSION OF MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang