[5] I

1.4K 230 409
                                    


•••

Dari kejauhan terlihat Damian berlari menembus gerimis di jam yang masih menunjukkan pukul dua pagi. Wajahnya begitu panik, dia bahkan tidak sadar sudah berlari sangat jauh dari lokasi jembatan tempat mobilnya rusak saat mendapat kabar dari pelayan rumahnya bahwa Darren mengalami kecelakaan.

Sesampainya di rumah dia langsung menuju ke kamar, seluruh pengawal Alexander tampak berdiri di depan pintu kamar itu. Damian mendorong mereka meminta akses masuk, dan disana dia melihat Darren sedang terbaring lemah dengan wajah yang tak bisa dibilang baik-baik saja.

"Darren." Saat Damian berlari mendekat, beberapa pelayan langsung menyingkirkan diri mereka.

"Apa yang terjadi, siapa yang sudah menyakitimu?" Geramnya ditengah pelukan itu.

Darren hanya diam, tidak bereaksi sama sekali. Matanya menatap kosong pada sang suami.

"Jawab aku Darren, apa yang sudah terjadi?!" Damian mengguncang dua pundak itu dengan sejuta cemas diwajahnya. "Jawab aku! Bicaralah! Aku akan membunuh orang itu!"

Tapi Darren tetap diam.

Hal itu membuat Damian mendesak tak sabar. "DARREN JAWAB AKU!"

"Apa kau pikir seseorang yang hampir diperkosa bisa menjawabmu?"

Damian tersentak mendengar suara barusan. Dia menolehkan kepalanya dan baru menyadari ternyata ada orang lain disana yang sangat dia kenali, tengah berdiri dengan sedekap di dadanya.

"Mahesa?"

"Lama tidak berjumpa, adikku."

"Apa yang kau lakukan pada Darren?"

Mendengar nada suara Damian menuduhnya, Mahesa terkekeh. Damian adiknya itu memang tak pernah berubah sejak dulu, ya.

"Kau yang membawa Darren pulang dalam keadaan seperti ini?" Damian mendekatinya dengan gelagat yang siap untuk menghantam seseorang.

Mahesa menatap adiknya itu dari bawah sampai ke atas. "Lihat dirimu, kau kacau." Dia mencibir.

"Aku akan membunuh siapapun yang berani menyentuh Darren," desis Damian mengulangi keseriusannya, dia mulai mencengkram kerah baju sang kakak.

"Kau apakan dia! Apa yang kau lakukan padanya, bajingan kotor! Aku sudah memperingatimu untuk jangan dekat-dekat dengan kekasihku!"

Mahesa hanya diam, ini tercium seperti aroma masa lalu. Dia paham betul bagaimana sifat Damian itu. Saat Damian cemburu buta, dia tidak akan menerima penjelasan apapun. Jadi percuma saja membela diri.

Satu tinjuan dari Damian berhasil menghantam wajah Mahesa hingga membuat Darren menoleh geram.

"Kenapa tidak kau tanyakan pada dirimu sendiri, tuan Alexander? Apa yang kau lakukan sampai kau lupa menjemputku? Justru tanpa Mahesa, kekasihmu ini mungkin sudah berakhir diperkosa banyak bajingan."

Damian menatapnya, sorot mata pria itu berubah teduh. "Darren-"

"Dan jika kau mau membunuh seseorang disini, kau seharusnya membunuh dirimu sendiri."

Damian terdiam kelu mendengar perkataan Darren barusan, kini dia berjalan kembali ke arah Darren untuk memegang kedua tangannya.

"Maafkan aku Darren, aku tidak lupa menjemputmu, mobilku tiba-tiba rusak jadi aku terjebak dijalan. Kalau kau tidak percaya, tanya saja Claus. Tadi dia melihatku pulang berjalan kaki. Aku sangat mencemaskanmu."

"Kau bisa mengabariku kan? Kenapa tidak kau lakukan? Kau bahkan tidak mengangkat telponku. Jika aku tahu mobilmu rusak, aku bisa menelpon supir agar menjemput. Tapi kau tidak menjawab, aku tidak tahu entah apa yang kau lakukan sampai-"

UNWRITTEN PART [Damren & Domarsen]Where stories live. Discover now