More Of Him

68 5 2
                                    


Dua Minggu Setelah Nugi 'Kesetanan'

"Nanti kalau pikiran aku udah lebih tenang aku telpon ya?"

Sejak Nugi mengantarnya pulang dua minggu lalu, Nugi masih belum menghubungi Sadi. Satu-satunya hal yang membuatnya agak sedikit lega, karena pagi tadi Nugi masih menjemputnya dan mengantarnya pulang walau hari itu tidak ada chat apapun dan lunch bersama.

Sadi kembali meraih ponsel yang ia letakkan di meja nakas. Kemudian, dibukanya chat terakhir mereka. Setelah menimbang-nimbang daripada tidak bisa tidur semalaman, Sadi pun mengirim sebuah chat untuk Nugi.

Masnu.. Udah tidur?

Sadi buru-buru meletakkan ponselnya di bawah bantal. Belum sanggup kalau-kalau Nugi membalas chatnya. Meskipun sepertinya most likely he won't text her back. Or at least immediately seperti sebelum-sebelumnya.

Gadis itu lalu menghela napas panjang. Berusaha mengatur napasnya agar jantungnya tenang supaya bisa tidur. Hampir saja Sadi berhasil menuju alam mimpinya, getar lama ponsel yang tertutup bantalnya itu reflek mengembalikan kesadarannya. Jantungnya langsung berdegup kencang saat melihat caller ID Nugi tertera di layar.

Dengan perasaannya yang campur aduk, Sadi mengangkat telepon dari Mas Pacar itu.

"Assalammualaikum... Mas?" Panggil Sadi takut-takut.

"Walaikumsalam. Aku belum tidur." Jawaban yang datang semenit kemudian itu terasa sangat lama. Napas yang tadinya tercekat, terhembus lega. Entah mungkin karena sedang kedatangan tamu bulanan atau memang karena terlalu rindu suara Nugi (abisnya di mobil Masnu diem aja gitu lho!) sesak di dada Sadi mendadak ingin tumpah dalam bentuk bulir air mata. It's okay to be emotionally wrecked once in a while kan?

"Kamu nangis?" Tanya suara berat di seberang sana.

Sadi tahu, Nugi tidak bisa melihatnya, tapi kepalanya mengangguk cepat sambil berkata, "Iya."

"Yang..."

YA ALLAH NGGAK JADI PUTUS!

Jerit Sadi dalam hati.

"Maafin aku ya..."

Sadi kembali was-was. Kalimat Nugi barusan bisa saja mengandung double meaning. Maafin, maaf buat apa? Maaf baru menghubunginya? Maaf kalau mereka harus bubar? Maaf apa?

"Aa.. Aku yang salah, harusnya aku cerita ke Masnu duluan. Gara-gara aku Masnu jadi kena masalah di kantor... Kalau Mas mau..."

"Mau apa?" Potong Nugi.

"Putus...." Ucap Sadi dengan suaranya yang sedikit tercekat.

"Sadira..."

Tuh kan! Manggilnya nggak 'yang' lagi.

"Boleh turun ke bawah bentar nggak?"

"Hah?"

"Aku di luar."

Sadi langsung bangkit dari kasurnya, lalu berjalan ke jendal dan membuka tirainya sedikit. Dan benar saja, di depan rumahnya mobil Nugi sudah terparkir.

"Bentar, Mas. Aku ke bawah dulu." Sadi memutus panggilan mereka, lalu mengambil hoodie-nya dan segera turun ke bawah sepelan mungkin agar tak mengganggu ibunya yang pasti sudah tidur itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dispenser [SVT Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang